Beberapa hari kemudian.
Debbie tidak menyangka hari ini akan merubah hidupnya.
Ricky menghubunginya untuk bertemu dengannya di area belakang sekolah untuk membicarakan sesuatu. Kebetulan Debbie juga berniat minta putus ke cowok itu.
Debbie sudah tiba, tapi area belakang sekolah masih kosong tidak ada siapapun. Debbie memutuskan untuk menunggu.
Hingga sekolah sepi karena para murid dan guru sudah pada pulang, Ricky tidak muncul juga. Debbie kesal merasa dipermainkan dan memutuskan untuk pulang. Tepat saat itu, akhirnya Ricky datang bersama Gavin, Kian, Elang dan Keyzan.
Deg! Entah kenapa perasaan Debbie jadi tidak enak melihat raut wajah mereka semua.
"Hei, kak," sapa Debbie gugup. Ricky menatapnya dengan tajam, begitu juga yang lain tanpa senyum sama sekali.
"Kenapa ramean? Abis dari mana? Gue udah nunggu daritadi," tanya Debbie.
Ricky pun memberi kode pada teman-temannya agar menjauh agar ia dan Debbie bisa bicara berdua. Belum mulai bicara, ponsel Debbie berbunyi tanda pesan masuk.
"Lihat hp lu dan jawab foto apa itu?," tanya Ricky. Debbie langsung mengecek ponselnya dan terbelalak melihat foto dirinya dan Max di restoran terlihat mesra.
"..ng.."
"Gue selalu kasih yang terbaik tapi lu tetap milih Max, KENAPA?!," tanya Ricky menggelegar.
"Nggak, kok!"
Plak! Ricky menampar Debbie.
Debbie syok sambil memegang pipinya sendiri. Serius? Ricky menamparnya? Pikir Debbie.
"Jangan bohong, pengkhianat!," teriak Ricky.
Debbie menunduk menahan tangis. Hanya karena kesalahan ini, Ricky memukulnya?
"Hiks... dari awal gue juga nggak pernah berkhianat. Bukannya lu yang maksa gue pacaran dan ninggalin Max?," balas Debbie sambil menangis.
Ricky terdiam. Ucapan Debbie memang benar, tapi Ricky berpikir ia bisa membuat Debbie jatuh cinta. Rupanya dia terlalu naif.
"Gue ini kurang baik buat lu ya, Deb? Apa yang dia bisa kasih yang gue nggak bisa? Jawab!," tanya Ricky.
"Diam! Lu yang egois dan nggak mikirin perasaan orang. Stop playing victim!," teriak Debbie.
"Playing victim?? Right back at you!," ucap Ricky tidak percaya, padahal Debbie yang selingkuh dan ketahuan sudah bersetubuh dengan omnya, dengan Max juga.
"Gue... gue minta putus," ucap Debbie takut. Ricky maju ke arah Debbie yang reflek mundur.
"Apa? Coba ulangi lagi," ucap Ricky.
"Gue.. minta putus," ulang Debbie.
"Ooh ya.. boleh banget kok kita putus. Asalkan lu kasih yang gue mau," ucap Ricky tersenyum sinis.
Debbie bertanya-tanya melalui sorot matanya, ia tidak mengerti.
"Selama gue jadi pacar lu, gue selalu hargai mood lu yang selalu ogah-ogahan itu. Setidaknya sekarang kasih gue yang lebih hot daripada yang udah lu kasih ke Max dan pak Landy dan mungkin cowok-cowok lain," ucap Ricky sinis.
"Apa? Jadi lu..," ucap Debbie kaget. Ia sakit hati dianggap gampangan seperti itu.
"Gue udah tahu semuanya. Pak Landy adalah om gue."
Apa? Ricky dan pak Landy adalah paman dan keponakan? Pantas saja kelakuan mereka berdua tidak jauh berbeda, sama-sama rusak, pikir Debbie.
"Sekarang... bayar dosa dengan tubuh lu," ucap Ricky dengan mata gelap. Debbie ketakutan dan mundur.
KAMU SEDANG MEMBACA
Suck It Up!
Teen FictionDebbie, siswi 16 tahun melalui kehidupan sekolah yang keras. Berhubungan seks dengan cowok nerd, kepala sekolah dan cowok populer. Cerita dibumbui dengan konflik keluarga.