Hari-hari berlalu.
Hubungan Debbie dan Max mulai kembali damai seperti sediakala. Kini Max sedang berada di rumah Debbie selagi rumahnya kosong.
"Hmm..mmm, ah," desah Debbie saat berciuman dengan Max.
Tangan Max mulai bergerilya ke bagian bawah Debbie. Seketika Debbie menghentikan ciumannya.
"Ng... hei, stop," pinta Debbie menahan tangan Max.
"Kenapa?," tanya Max bingung.
"Gue... nggak mau sex before marriage lagi," jawab Debbie.
"Hah?," balas Max sambil tertawa terbahak-bahak, namun Max melihat wajah Debbie yang datar dan jutek.
"Lu serius?," tanya Max berhenti tertawa.
"Seriuslah! Udah, ketawa lagi aja!," ketus Debbie.
"Nggak kok, Deb. Maaf," ucap Max langsung memeluk dan mencium pipi Debbie. Syukurlah Debbie tidak mengelak tanda cewek itu tidak ngambek.
"Tapi kenapa? Bukannya lu... suka?," tanya Max.
"Itu dulu. Sekarang gue mau bertobat," jawab Debbie. Max ingin tertawa lagi.
"Terus... gue gimana?," tanya Max memikirkan nasib "adik"nya.
"Yah, lu tobat jugalah!," balas Debbie.
"Ya udah, pelan-pelan kita berubah. Tapi hari ini...," ucapan Max putus karena Max langsung menerjang Debbie dan menciumi leher cewek itu.
"Ah, ng... no, stop it.. gue serius!," ucap Debbie sambil mendorong Max.
Max jadi sedikit kesal. Minggu ini pikirannya cukup mumet karena banyak tugas sekolah dan pekerjaan di perusahaan start up itu. Ia pikir hari ini bisa menghibur diri dengan Debbie, namun tidak disangka ceweknya malah berpikir lain.
"Sejak kejadian itu, entah kenapa gue merasa harus jalanin hidup lebih baik. Mungkin hal itu jadi teguran buat gue juga yang selama ini... gampangan," ucap Debbie.
"Hei, hei... listen to me. Lu itu nggak gampangan, tapi lu itu istimewa," ucap Max sambil meraba paras cantik Debbie.
Debbie merasa terharu mendengar Max bicara begitu, apalagi Max sudah banyak menolong. Rasanya sulit untuk tak menyerahkan diri kepada cowok itu. Jarak wajah Debbie dan Max sangat dekat dan mereka pun berciuman lagi.
"Hmm, mmm," desah Debbie mulai merasa gairahnya bangkit.
Max memainkan bibir dan lidahnya dalam mulut Debbie sepuasnya sambil tangannya meremas-remas pinggul Debbie yang sintal.
"Ng, ah, ah... kak.. kali ini..aja," ucap Debbie memandang sayu.
"Apanya?"
"Hari ini gue kasih jatah, tapi janji hari ini terakhir? No more next time."
"Really?," balas Max antusias, ia senang bukan main.
Begitu Debbie dan Max melepas pakaian masing-masing, Max langsung menindih Debbie dan mulai memasukkan penisnya perlahan-lahan.
Slebb!
Debbie mengerang karena penis hangat Max menggesek seluruh bagian vagina Debbie. Max sendiri juga merasa nikmat karena penisnya terasa dipijat erat.
"Aah, ah, ah," desahan Debbie terdengar manja ketika Max mulai menghujam vagina dengan torpedonya.
Plok! Plok! Plok!
Max begitu menggila dengan kecepatan geraknya. Ia merasa segala perjuangan selama ini sepadan dengan Debbie jatuh ke pelukannya lagi. You're always mine baby, pikir Max.
KAMU SEDANG MEMBACA
Suck It Up!
Teen FictionDebbie, siswi 16 tahun melalui kehidupan sekolah yang keras. Berhubungan seks dengan cowok nerd, kepala sekolah dan cowok populer. Cerita dibumbui dengan konflik keluarga.