"Kita ganti hari aja, deh please," pinta Debbie memelas.
"Jangan khawatir, mereka pasti suka kamu," jawab Max.
"Kalau enggak gimana? Aku ini masih kuliah, belum kerja. Kalau mereka mikir aku nggak sebanding denganmu gimana?," tanya Debbie yang berulang kali mengaca untuk mengoreksi penampilannya.
"Mereka nggak akan mikir gitu. Kedua orangtuaku cukup open minded. Ayo!," ucap Max menggandeng Debbie masuk ke restoran Korean BBQ.
"Max, tunggu! Aduh," ucap Debbie panik.
Mereka pun memasuki sebuah restoran mewah. Staf restoran mengantar mereka ke ruang yang lebih privat. Disana sudah ada 2 orang pria dewasa yang berwibawa, tampan dan matang. Juga ada seorang anak cowok sekitar umur 9-10 tahun.
"Debbie, please introduce my gay dads and my little brother," ucap Max.
Apaaa? Pikir Debbie.
Sepanjang jamuan makan malam, Debbie cukup takjub pada keluarga Max yang beda dari keluarga normal, namun mereka semua menyenangkan dan menyambutnya hangat.
"Deb, hangus tuh," ucap Max mengambil alih capitan dari tangan Debbie.
"Oops, sorry," ucap Debbie panik.
"Kamu mikir apa? Kaget ya sama keluarga ini?," bisik Max.
Debbie mengangguk. Banyak yang ingin ia tanyakan pada Max, tapi sebaiknya nanti saja.
...
Di mobil.
"Jadi udah dari dulu papamu gay... eh, maksudnya hidup bersama?," tanya Debbie dalam perjalanan pulang.
"Ya, sejak kita sekolah dulu. Aku berkali-kali mau cerita tapi takut kamu minta putus karena menganggap itu aneh."
Debbie terdiam, memang aneh dan tidak biasa sih. Ia baru pertama kali melihatnya.
"Kamu... mau meninggalkanku?," tanya Max dengan raut muka cemas.
"Iiih, apaan sih? Enggak, kok," ucap Debbie sambil memeluk Max yang sedang menyetir.
"Habis kamu jadi diam..," ucap Max.
"Maaf, aku kaget aja. Banyak yang ingin kutanya tapi takut kamu marah."
"Kamu boleh tanya apa aja."
"Mamamu gimana?," tanya Debbie. Ia ingat pernah melihat foto almarhum ibunda Max saat ke rumahnya dulu.
Max menarik nafas sebelum menjawab pertanyaan Debbie.
"Awalnya aku juga nggak suka om Raga karena mereka selingkuh di belakang mama. Saat itu mama sedang sakit dan ketika dia tahu kalau ternyata papa seorang biseksual, kondisinya semakin drop."
Debbie kaget, ternyata kehidupan Max tidak jauh berbeda dengannya. Kenapa Max tidak pernah cerita?
"Aku selalu berpikir papa dan om Raga lah yang membunuh mama sedikit demi sedikit. Aku benci mereka. Tapi... suatu hari aku menemukan buku harian mama dan disitu tertulis alasan mama tetap bertahan dengan papa," ucap Max dengan suara agak bergetar.
Debbie masih setia memeluk Max untuk menghibur cowok itu.
"Mama memaafkan papa karena mengingat segala kebaikan yang papa lakukan pada keluarga dan nggak meninggalkannya hanya karena satu kekurangan."
Debbie jadi merasa tertampar dengan kalimat itu dan teringat ayahnya sendiri.
Sepanjang jalan, Debbie bertanya cukup banyak hingga mereka tiba di apartemen.
KAMU SEDANG MEMBACA
Suck It Up!
Teen FictionDebbie, siswi 16 tahun melalui kehidupan sekolah yang keras. Berhubungan seks dengan cowok nerd, kepala sekolah dan cowok populer. Cerita dibumbui dengan konflik keluarga.