PROLOG

998 171 39
                                    

senin, 19 November 2020

Matahari yang menyinari pagi ini terlihat sangat cerah yang membuat semua orang memulai aktivitas dengan penuh semangat, begitu juga dengan sosok anak kecil yang kini terlihat begitu semangat dan sudah berpakaian rapih.

Dengan langkah kecilnya ia menghampiri sosok pria lanjut usia yang duduk menghadap jendela menikmati embun pagi yang sedikit dingin, pria itu mengulas senyum tipisnya sembari mengingat momen momen dimana istrinya itu masih ada disampingnya.

"Kakekkk!!" Teriak gadis kecil yang memeluk kakeknya itu.

Pria itu pun tersenyum lalu menggendong cucunya yang sudah berjalan 6 tahun.

Meski sang kakek tersebut sudah menginjak lanjut usia, namun seketika semangatnya berapi-api kala melihat cucunya yang sudah berdandan rapih dan wangi.

"Duh!! Cucu kakek ini mau kemana? Pagi pagi udah wangi banget sih" ucapnya dengan gemas menciumi perut cucunya itu.

Cucunya terlihat tertawa karena merasa geli yang membuat tangan mungilnya itu kini menepuk nepuk kepala sang kakek.

"Ihhh Kakek!! geli tau kek padahal aku sudah wangi loh, kan kita mau ketempat nenek" ujar anak kecil itu bersemangat.

Kakeknya tersenyum sambil merapikan anak rambut dari cucunya itu,
"Emang mau ngapain kamu kesana? Kan kakek yang kangen sama nenek" ujar kakeknya.

Dengan mengulas senyum imut khas anak kecil cucunya menatap kakeknya,
"Aku kan juga kangen ama nenek tau! Pengen tau dimana nenek sekarang" balas cucunya.

Kakeknya pun beranjak sambil menggendong cucunya menuju kamarnya lalu mengambil sebuah pigura foto dengan kayu yang dilapisi cat berwarna emas.

Foto itu adalah momen saat dimana sang kakek baru melamar istrinya yang kini sudah terlebih dahulu pergi,
"Gimana? Nenek cantik kan dulu" ucapnya sambil menunjukkan foto itu.

Gadis kecil itu menggangguk sambil memicingkan matanya,
"Iya kek! Tapi mom juga punya foto nenek kek, jadi aku udah sering liat! Sekarang tinggal jenguk nenek" ucapnya sangat bersemangat.

Saat sedang bercanda gurau anak sang kakek yang kini juga sudah menjadi orang tua mendekat pada mereka sembari tersenyum cerah mengingat anaknya masih bisa bercengkrama dengan papanya.

"Pah kita berangkat sekarang?" Tanya ibu dari anak kecil itu.

Sang kakek yang masih menggendong cucunya pun menoleh lalu tersenyum sembari mengangguk, setelah itu menurunkan cucunya dari gendongannya.

"Ayo kita berangkat sekarang" ajaknya sambil menggandeng tangan cucunya.

Skip

Diarea tempat pemakaman umum kakek, anak, menantu dan cucunya kini sudah sampai, disinilah istri sang kakek berada.

Sang kakek keluar terlebih dahulu dengan menggandeng tangan cucunya yang memilih ikut dengan kakek.

Dihadapan makam sang istri kakek itu perlahan menekuk lututnya untuk berjongkok sembari menatap batu nisan yang tertera nama sang istrinya sendiri.

"Aku selalu gak menyangka atas semua ini, kita bisa menjadi sepasang suami istri bahkan sampai kita mempunyai seorang cucu yang cantik dan gemas ini" gumam pria itu dengan pandangan matanya terus mengarah kearah batu nisan itu.

Lalu dirinya menoleh menarik cucunya yang sedari tadi hanya berdiri disamping kakek lalu dengan memeluknya sang kakek kembali menatap nisan sang istri.

"Liat cucu kita! Cantik banget kan? Kamu juga kalau masih disini pasti sangat menyayangi dia" ucapnya yang tanpa sadar air mata pun mengalir dari pelupuk matanya.

DEAR GITATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang