Sepasang sandal kuning berbandul kupu-kupu putih itu melangkah dengan tenang memasuki sebuah bangunan kecil, yang di dalamnya cukup sempit dan minim pencahayaan.
Krieett~
Pintu kayu usang mengeluarkan suara mencekam kala sepasang tangan dengan lembut mendorongnya agar kembali menutup akses untuk memasuki bangunan itu. Satu demi satu langkah kembali diambil oleh gadis itu, langkahnya menuju pada suatu kotak putih yang ada di tengah ruangan dengan lampu redup kekuningan yang tepat berada di atasnya.
"Ibu..." Suaranya mengalun dengan lembut, sopan dan begitu tenang. Sosoknya menyunggingkan senyum menawan sembari menatap raga yang terbujur di hadapannya. Tangannya bergerak tenang, membelai lembut kulit wajah yang terasa dingin tanpa ada sedikitpun rona. "Ellie datang, Bu..." ucapnya lembut dengan nada yang begitu dalam serta senyum lebar yang menghiasi wajahnya mungilnya.
"Ellie bawa makanan untuk Ibu. Walau rasanya memang tidak enak, tapi makanan ini akan membuat Ibu tetap bersama denganku, Ibu juga ingin seperti itu 'kan? Tentu saja, Ellie tau Ibu sangat menyayangiku, Ellie juga, sangat menyayangi Ibu." Tangannya meraih salah satu suntikan yang dibawanya dan dengan tenang mulai melakukan rutinitasnya.
"Oh iya! Cerita hari ini Bu, Ibu mau tau 'kan? Hari ini Ellie bertemu dengan Arcel lagi dan itu membuatku merasa sangat senang. Arcel sangat baik, Ibu, dia sangat menghargai perempuan, tidak seperti Ayah." Untuk sesaat wajah lembut dengan binar ceria itu berubah menunjukkan raut bengis dan tatapan yang menggila, namun hanya dalam sekejab wajahnya telah kembali seperti semula dengan raut manis dan suaranya yang ceria. "Itu membuatku sangat menyukai Arcel, Ibu. Ibu juga tau itu 'kan? Ellie sudah mengatakannya berulang kali..."
Sembari bercerita, gadis itu tak henti menggerakkan tangan mungilnya untuk terus melanjutkan pekerjaannya, hinggalah ia mengoles suatu cairan di atas permukaan tiap kulit dari tubuh yang ada di hadapannya itu.
"Tapi... Ellie tidak suka sesuatu Ibu. Asher, dia selalu ada di sampingnya, Ellie jadi tidak bisa leluasa mendekati Arcel. Huftt, andai Ellie mengenal Arcel sejak lama, sekarang Arcel pasti sudah ikut menyapa Ibu di sini. Tapi, tapi tidak masalah! Mau cepat atau lambat, Arcel pasti akan tetap menjadi milikku Bu! Jadi Ibu jangan khawatir ya, Ellie akan membawa Arcel ke sini dan memperkenalkan Ibu dengannya nanti! Hihihi~"
"Oh? Sudah habis, Ibu menerima makanannya dengan baik, Ibu jadi terlihat semakin cantik hehe~" Ia tersenyum lebar sembari tertawa lembut dengan mata berkilat senang.
"Oh! Tapi, Ibu jangan salah paham dengan ucapanku tentang Asher tadi ya, Ellie tidak membencinya sedikitpun loh, yah walaupun Asher sangat menganggu, ups... Tapi tidak masalah, karena dia Kakak kembar Arcel, jadi Ellie tidak akan mengganggunya hehe... Lagipula, Ellie tidak perduli pada Asher, Bu, terserahnya ingin melakukan apa. Tapi, Adiknya untukku!! Hihihi~"
"Ellie sangat menyukai Arcel, Bu. Sangat, Suka..." Telapak tangan kecilnya dengan lembut kembali membelai halus rambut dari sosok yang dipanggilnya Ibu.
"Seseorang sebaik Arcel hanya pantas bersama denganku, benar 'kan, Ibu? Perempuan lain di luar sana, tidak pantas mendapatkan seseorang seperti Arcel. Arcel sangat baik, hanya Arcel satu-satunya laki-laki yang baik di dunia ini." Gadis itu kemudian tertawa kecil, matanya yang berkilat seakan menggambarkan sebuah insident besar di masa yang akan datang.
"Sayangku... Arcello sayangku... Ellie tidak akan membiarkan orang lain memilikinya Ibu. Dia milikku. Arcel hanya milikku, Bu. Hanya, Milikku."
"Hihi, aku jadi tidak sabar mempertemukan Ibu dengannya~" Dan senyum lebarnya kembali terbit dengan cengiran yang lebar juga pupil hitam yang membesar seakan ikut tersenyum, hingga menambah kesan mencekam dari ruangan itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bayanaka's Daily Life.
Short StoryA short story about Arcello dan keenam saudaranya. Cerita yang dibuat sederhana untuk mencapai akhir yang bahagia. "Gak ada yang perlu disesalin. Pernah jadi salah satu bagian dari kalian adalah hal yang paling gue syukuri seumur hidup. Ayo ketemu l...