28. SAKIT

388 37 5
                                        

"Banyak orang yang sakit tapi enggak seberisik kita"

HAPPY READING

Gibran memejamkan matanya sebentar untuk memastikan jika yang dilihatnya bukan orang yang ia pikirkan, namun kenyataannya musnah. Ia tetap melihat kedua orang itu sedang tertawa dan bercanda bersama. Gibran tak bisa berbohong jika hatinya sangat sakit melihat kedekatan dua orang yang ia kenal. Tetapi, ia tak mungkin marah kepada keduanya. Karena hal itu bisa terjadi juga karena perintah darinya.

"Secepat itu akrabnya"

Meskipun hati Gibran sakit melihat kedekatan mereka berdua, ia tetap menghampirinya dengan perasaan yang pura-pura tegar. Gibran berjalan santai mendekati kedua orang itu. Sementara, Irsyad berdoa berharap tidak akan ada keributan diantara keduanya. Irsyad hanya melihat dari jarak yang cukup jauh.

"Rashya, Adara," panggil Gibran kepada kedua orang yang ia kenali itu.

Betapa terkejutnya Rahsya saat mengetahui jika Gibran yang menyapa dirinya. Adara juga tak kalah terkejutnya dengan Rahsya, Adara benar-benar kaget saat mengetahui bahwa di hadapannya terdapat Gibran seorang diri. Perasaan takut dan panik menjadi satu membuat Adara sesak napas. Namun, Adara mencoba menyembunyikan ketidaknyamanan itu kepada Rahsya serta Gibran.

"Eh, Gibran ngapain di sini?" tanya Rahsya sedikit ketakutan.

"Santai aja kali enggak usah ketakutan gitu," balas Gibran, yang sadar akan gerak-gerik Rahsya terhadap dirinya.

"Eh iya, Gib," lirih Rahsya seraya tersenyum getir.

"Gibran ada di sini. Dia marah enggak ya lihat gua berduaan sama Rahsya," batin Adara.

Irsyad memberanikan diri untuk  mendekati ketiga temannya tersebut. Namun, sebelum mendekati ketiganya, Irsyad sempat heran mengapa Gibran tak marah kepada Rahsya. Apakah Gibran memang sudah tak ada hubungan ataupun perasaan lebih terhadap Adara? Ingin sekali Irsyad menanyakan hal ini kepada Gibran tapi, sepertinya hari ini bukanlah hari yang baik untuk membicarakan hal itu.

"Sya, Dar," ucap Irsyad yang kini bersebelahan dengan Gibran.

"Ternyata ada lo juga," ucap Rahsya yang menjadi lebih tenang dibanding sebelumnya.

"Untung aja ada Irsyad," batin Rahsya.

"Kalian berdua ngapain di sini?" tanya Rahsya kedua kalinya.

"Makan lah, yakali mau nyanyi," jawab Gibran dengan sarkas.

"Lo sama Adara di sini lagi ngapain?" tanya Irsyad basa-basi.

Rahsya memberikan senyum tipis sebelum menjawab, "Seperti yang lo lihat."

Irsyad tersenyum getir mendengar jawaban dari Rahsya. Jawabannya yang sangat lantang dan penuh percaya diri membuat Irsyad merasa Rashya sedikit berbeda dari biasanya. Sementara Gibran hanya diam karena tak menyukai pembahasan antara kedua temannya itu. Gibran memandangi wajah Adara yang sangat pucat menandakan sepertinya Adara sedang tak baik-baik saja.

"Adara kenapa?" tanya Gibran cemas.

Gibran perlahan mendekati tubuh Adara yang terlihat lemas tak berdaya itu. Irsyad dan Rahsya yang mendengar perkataan dari Gibran, langsung menolehkan wajahnya. Melihat wajah Adara yang pucat membuat Rahsya menjadi panik dan cemas. Baru saja Gibran ingin membopong tubuh Adara, Rahsya malah menyingkirkan tangan Gibran.

Perantara [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang