Chapter 4: Mixed Feeling

1.1K 156 34
                                    

Seluruh badanku terasa lumpuh total karena tingkahnya. Satu sisi aku berharap ia tertawa keras dan mengerjaiku (lalu aku bisa menamparnya), satu sisi aku berharap ia lanjut, mengabulkan apa yang ada di otakku saat ini.

Dan sisi kedua lebih dominan.

Aku mencium nafasnya yang wangi, segar sekali, bau mint. Wooseok terus maju dengan tegas dan sebagai perempuan yang polos aku tutup mata, tidak sanggup melihat apa yang akan terjadi.

Ini bukan ciuman pertamaku tapi sudah hampir 5 tahun aku tidak dicium. Rasanya asing sekali.

Dalam 2 detik kemudian aku memperkirakan jika bibirnya ada di atasku.

Tapi tidak.

"Hyeyoon-ah." Ia memanggilku, aku membuka mata, sangat kecewa. Surprise, ia akan mengerjaiku.

Wooseok mundur, merenggut kupu-kupu di perutku bersamanya, kembali duduk di kursinya dengan benar, memijat kening dengan awan di atas kepala. "Maaf, aku tidak seharusnya melakukan ini."

'Dia orang yang sopan jadi wajar jika ia berhenti.' Batinku berbisik sebelum ia melanjutkan dengan pernyataan mencengangkan berikutnya.

Wooseok bicara. "Kau seharusnya menjauhiku. Aku bukan pria yang pantas untukmu."

Kemampuanku untuk berpikir dibanting ke angka nol. Terlalu banyak hal yang perlu diproses di satu waktu membuatku mati gaya.

Pertama, ini semua terlalu cepat, aku bahkan belum merasa puas dengan hubungan ini. Ia membumbungku ke langit, menunjukkan ia terang-terangan suka padaku, mengajak kencan, ingin menciumku lalu pergi.

Kedua, aku yang seharusnya menentukan apakah ia pantas atau tidak. Omong kosong tentang "pria yang pantas untukku". Aku dan hanya aku yang berhak mendapat otoritas itu. Apa yang ia lakukan tidak membuatnya kelihatan baik. Malah secara kejam ia mempermainkanku.

Ketiga, aku khawatir pada pemikiran jika ia akan pergi setelah ini. Aku benar-benar suka padanya. Apa yang sebenarnya ia lakukan?

Egoku terus berkata jika ia menyesal telah suka padaku, walaupun itu tidak masuk akal karena aku tidak melakukan hal yang salah, bahkan secara teknis aku tidak melakukan apa pun.

Ia ingin menciumku, aku menutup mata.

Apa yang salah dari kejadian tadi?

'Mungkin kau tidak menarik lagi untuknya' Alam bawah sadarku bicara.

Ya, mungkin. Karena ia tahu aku rela dicium olehnya, aku seketika jadi tidak menarik. Aku tidak percaya jika ia sangat bajingan. Ia bermental bocah, yang merengek mati-matian melihat mainan di display lalu membuangnya saat sudah jadi miliknya.

Apa pun alasan yang berusaha kubuat, faktanya ia menolakku dan rasa malu ini tidak tertahankan.

Adrenalin mengalir ke seluruh tubuh. Aku merasa gagal mempertahankan harga diri. Perasaan ingin dicium itu musnah ke titik nol. Satu-satunya nafsu yang ingin kulakukan adalah menampar wajahnya dengan keras hingga ia pingsan.

"Are you okay?" Pertanyaannya membuatku emosi. Aku menggigit daging bibirku saking kesalnya.

"Eoh." jawabku pelan, tidak berhasil menemukan suaraku meski seluruh umpatan sudah siap meluncur bagai misil. "Terima kasih untuk tumpangannya." Aku mengulang perkataanku, kali ini tanpa menyebutkan subjek seperti yang tadi kulakukan. Itu karena namanya jadi kata terlarang untukku.

"Tidak apa-apa." Wooseok masih menunduk. Kami sama-sama menghindari tatapan masing-masing. "Aku minta maaf tentang yang tadi."

Dan aku tidak akan memaafkanmu.

FSOG (Woohye Version)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang