Prolog

278 37 17
                                    

This story is dedicated to FindYour_Sky97 and other readers. I hope you like it ❤️❤️








⚠️⚠️

Cerita ini sama dengan cerita Our Sweet Dreams versi Shimyudings (Arga x Aluna). Jadi next InsyaAllah kalau update, bakal barengan.

 Jadi next InsyaAllah kalau update, bakal barengan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.








Ost.

Percaya Padaku —— Ungu
Pejantan Tangguh —— Sheila On 7
I Love You —— Samsons

Percaya Padaku —— UnguPejantan Tangguh —— Sheila On 7I Love You —— Samsons

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sandy Baskara,

“Aku boleh tidur sama kamu?”




“Aku boleh tidur sama kamu?”

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bulan Wibowo,

“Maksud kamu apa tidur sama aku?! Tidur di luar!”











Selamat Membaca ❤️❤️

















Jam dinding sebuah kamar yang cukup besar menunjukkan pukul sepuluh pagi.

Terlihat seorang perempuan dengan gaun tidurnya tengah tertidur pulas di balik selimut tebal. Entah apa yang terjadi, perempuan itu bergerak gelisah dengan tangan memegangi perutnya.

Matanya kontan terbuka karena merasa harus memuntahkan isi perutnya.

“Ugh...” perempuan berambut panjang itu menutup mulutnya dengan tangan lain menyibak selimutnya.

Ia segera turun dari ranjang dan berlari ke kamar mandi untuk memuntahkan isi perutnya yang ternyata hanya air ludah.

Mual dan pening.

Apa yang terjadi dengan dirinya? Kenapa perutnya terasa mulas dan kepalanya terasa begitu pusing?

Perempuan itu terus memuntahkan air ludah. Ia cukup bingung kenapa hanya air ludah padahal ia merasa ingin memuntahkan semuanya.

Cklek.

Pintu kamar mandi baru saja terbuka dan memperlihatkan seorang pria yang hanya melapisi bagian bawah tubuhnya dengan handuk dan membiarkan dada bidangnya yang sangat memanjakan mata terekspos begitu saja.

“Baskara? Kamu ngapain di kamar aku?” tanyanya kaget campur marah karena melihat sosok itu di sana.

Baskara sama kagetnya dengan Bulan.

Kenapa ada Bulan di kamarnya?

“Kamu yang ngapain di sini?”

“Kamu yang ngapain? Ini kamar aku!” Bulan segera memeluk tubuhnya sendiri karena ia menyadari kalau gaunnya terlalu seksi.

“Ini kamarku,” kata Baskara tak mau kalah.

“Kamar——ugh!” Bulan mual.

“Bulan Sayanggg... Mama bawa susu hamil buat kamu,” pintu kamar yang terbuka membuat seseorang masuk ke dalam kamar. Ada sosok wanita berumur lima puluhan tahun tengah membawa segelas susu hamil untuk Bulan.

“Eh? Ibas di sini juga? Kirain gak dibolehin masuk sama calon Mama muda,” kata wanita yang adalah ibu Baskara sendiri.

Mama muda?

Apa maksudnya?

Dua orang itu tak mengerti.

“Maksud Mama?” sebelah alis Baskara naik. Heran dengan apa yang terjadi pagi ini, belum lagi orangtuanya yang membawa susu hamil untuk Bulan.

“Mama?” desis Bulan yang melihat orangtua Baskara membawa segelas susu dengan senyum bahagia.

“Iya, Mama muda. Loh, Bulan kan hamil anak kamu. Kalian lupa apa ya kalo Bulan hamil tiga bulan?” tanya wanita itu tak mengerti.

“Apa? Hamil?” wajah Baskara terlihat terkejut berat. Dia dan Bulan punya anak dalam kandungan Bulan?

“Hah? A-aku ha——ughh!” sial, Bulan ingin muntah lagi.

“Aduh, kan. Mual lagi. Ini, nanti minum dulu susunya. Ibu hamil harus banyak makan minum bergizi supaya sehat apalagi sering muntah mual begitu,” kata sang Mama.

Demi apapun.

Apa yang terjadi?

Kapan nikahnya?

Sejak kapan mereka bisa akur?

Bukannya mereka musuhan?

“Ma, Bulan itu bukan istri aku——”

“Astagfirullah, Ibas. Udah nikah sama kamu hamili masih bisa bilang bukan istri kamu?” potong Mama.

Baskara dan Bulan mendelikkan mata tak menyangka dengan apa yang terjadi.

Kenapa mereka tidak ingat semuanya?

“Kamu apain aku sampe hamil?!” Bulan menyentak Baskara marah.

“Ya mana aku tahu?!” balas Baskara sewot. Sumpah, ia gak ingat apa-apa. Kok bisa dia menghamili Bulan? Pertanyaannya lagi, kenapa bisa mereka menikah?

Mama tampak bingung.

“Biasa panggil sayang satu sama lain. Ini kenapa gak ada embel-embel Sayang?”

“Enggak, Tante. Saya bukan istri Baskara,” kata Bulan. Matanya berkaca-kaca. Kenapa jadi punya suami dan hamil tiga bulan? Kapan nikahnya?

“Loh? Kalian gimana sih? Udah nikah, lho. Kalian gak berantem, kan? Ini kenapa manggil Tante? Biasa manggil Mama sejak tunangan sampe nikah sekarang.”

“Ma? Serius udah nikah? Baskara gak mungkin nikah sama Bulan, Ma. Baskara juga——”

Bulan malah nangis. “Kenapa bisa hamil?”

Mama menghela napas. “Ibas, baby blues-nya udah keliatan sejak dini. Biasa gejala ibu hamil. Tangani ya, Sayang? Susu hamilnya Mama taruh meja. Suruh mantu Mama entar minum susunya, ya. Mama tinggal dulu,” bisik Mama lalu tersenyum lebar melihat Bulan yang menangis. Pasti Bulan mulai lagi kayak biasa. Biasalah. Ibu hamil punya suasana hati yang berubah-ubah.

Baskara menelan ludahnya.

Demi apa dia udah nikah sama Bulan?























49. J - Our Sweet Dreams (Jangkku Ver)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang