Prolog

24 2 1
                                    

Aku memiliki kebiasaan setiap hari libur sejak dulu ketika tidak dipaksa keluar oleh teman sekelasku itu adalah mendekam di kamar. Aku selalu menghabiskan sebagian besar waktuku di kamar dengan membaca buku. Aku suka membaca novel. Aku akan berbaring di tempat tidur, meletakkan kepala atau dagu di atas bantal putih, lalu membaca buku-buku saku.

Hari beranjak sore, kuhabiskan separuh isi buku yang tersisa di atas tempat tidur. Kututup tirai, kunyalakan lampu, lalu aku pergi mandi.

Drttttt

Kulihat ponselku yang berdering, bukan telepon penting. Dari ibu, aku mengacuhkan dua panggilan masuk sebelumnya.

Tiba-tiba terbesit di kepalaku, jika kuabaikan telepon lebih dari ini bisa-bisa makan malamku hari ini terganggu. Terpaksa kuangkat telepon tersebut. Ibu menyuruhku menanak nasi, aku pun mengiyakan sebelum menutup panggilan masuk tersebut.

Sekitar 15 menit aku baru keluar dari kamar mandi. Aku mengenakan kaos berwarna biru dan celana pendek putih, setelah itu aku pergi ke dapur untuk menanak nasi seperti perintah dari ibuku.

Aku terduduk diam di meja makan menunggu kedatangan ibuku, sejenak aku terpikir untuk melakukan hal baru untuk mengisi waktu luang yang belakangan ini cukup membosankan.

Tiba-tiba dalam benakku terpikir seorang gadis yang kutemui saat SMA, seorang gadis yang berhasil membuatku hampir tidak dapat melupakannya. Kakiku secara otomatis tergerak menuju kamar dan duduk di depan meja belajar, lalu membuka laptop kesayanganku dan mulai mengetik disana.

Dia, yang abadi di hati [OS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang