HAPPY READING
TYPO BERTEBARAN DIMANA-MANA
Tandai YANG TYPOJANGAN LUPA VOTE DAN KOMEN 😁😁
MAU NYA SIH DI FOLLOW JUGA 😁😁😁****
"𝗧𝗶𝗱𝗮𝗸 𝗮𝗱𝗮 𝗵𝗶𝗱𝘂𝗽 𝘁𝗮𝗻𝗽𝗮 𝗺𝗮𝘀𝗮𝗹𝗮𝗵 𝗱𝗮𝗻 𝘁𝗶𝗱𝗮𝗸 𝗮𝗱𝗮 𝘂𝘀𝗮𝗵𝗮 𝘁𝗮𝗻𝗽𝗮 𝗿𝗮𝘀𝗮 𝗹𝗲𝗹𝗮𝗵 𝘁𝗲𝘁𝗮𝗽 𝘀𝗲𝗺𝗮𝗻𝗴𝗮𝘁 𝘀𝗮𝗺𝗽𝗮𝗶 𝗯𝗶𝘀𝗺𝗶𝗹𝗹𝗮𝗵 𝗺𝗲𝗻𝗷𝗮𝗱𝗶 𝗔𝗹𝗵𝗮𝗺𝗱𝘂𝗹𝗶𝗹𝗹𝗮𝗵."
.
.
.
.
.
.
.
.
."Kenapa berakhir gini?"
"Ini gak sesuai rencana seharusnya. Apa emang sesuai yah?"
Jefan menatap sang adik yang terbaring lemah di brankar. Nev dinyatakan koma. Dari kemarin juga belum ada kemajuan sama sekali.
Menatap jam tangannya sebentar lagi waktu besuk sudah mau habis. Mengusap surai sang adik. "Gue janji Nev. Gue akan balikin kepercayaan semuanya sama lo." menatap sang adik cukup lama. "Sebenarnya. Bukan lo yang nabrak Nadhif."
Flashback...
"Bohay amat ini body." Jefan menatap fokus layar ponsel nya. Tidak takut menabrak siapapun karena bentar lagi juga bunyi bel pulang tiba. Jefan dari toilet dari pada balik ke kelas mending scroll tik-tok. Bukan bolos. Tapi bel pulang sebentar lagi bunyi. Jadi memutuskan menunggu bel bunyi saja.
Seketika langkah nya terhenti kala netra nya tidak sengaja melihat seseorang yang dirinya kenal. "Mata gue rabun apa gimana? Itu Karta? Tapi ngapain disini?"
"Eh kok bawa motor Nev?" mengerutkan keningnya kala sang Paman membawa motor milik adik bungsunya.
Namanya Karta Pratama. Bersekolah di SMA bulan. Karta adalah anak nenek dan kakek Jefan. Singkat nya adalah Adik Meisa.
"Bodo amat lah. Gue gak perduli."
Singkat cerita. Kini Jefan dan Nadhif sedang kebut-kebutan di jalan. Bukan balapan. Hanya ingin cepat sampai rumah. Tapi sepertinya yang mengebut hanya Nadhif. Jefan mengendarai motornya santai dan berada di belakang Sang kembaran.
BRUKKK..
Tanpa tau darimana motor berwarna hitam menabrak motor Nadhif.
"Akhhss.."
Nadhif terjatuh. Dirinya terpental. Beruntung dirinya memaki helm. Ditengah diambang batas sadar nya. Menatap motor yang menabrak nya. Dan memikirkan dari mana motor itu? Tiba-tiba muncul? Pada akhirnya Nadhif memilih memejamkan matanya. "Nev?"
Sementara sang penabrak tersenyum miring. "Syukurin!"
"BANGSAT!"
KAMU SEDANG MEMBACA
We are Family
Teen FictionHanya kisah sederhana, kisah cerita ketujuh bujang Nata. Fachri Sebastian Nata, sebagaimana kepala keluarga, dulu dia menikah muda umur tujuh belas tahun sudah mempunyai anak satu, jadi jangan heran ketika melihat Fachri masih awet muda padahal suda...