Elara terbangun dengan kepala yang terasa berat. Rasanya seolah baru satu jam yang lalu ia terlelap, tapi cahaya matahari yang mengintip dari sela-sela tirai tebal mengisyaratkan bahwa pagi telah tiba. Dengan mata setengah terpejam, ia duduk di tempat tidur, berusaha menyesuaikan diri dengan kenyataan yang sekarang ia hadapi. Tubuh ini, kehidupan ini, bukan miliknya. Ia bukan Elara yang dulu, melainkan Seraphina Winterbourne, seorang pewaris dari keluarga terpandang yang tak ia kenal sama sekali.
Ia menghela napas panjang, mencoba menenangkan diri. Pikiran tentang pertemuan keluarga yang akan dihadirinya hari ini berputar di kepalanya. Pertemuan keluarga. Tapi dengan siapa? Siapa mereka? Apa yang harus ia katakan? Semua ini asing baginya, dan yang lebih buruk lagi, ia sama sekali tidak memiliki ingatan tentang kehidupan Seraphina.
Elara tahu dia tak bisa berpura-pura lebih lama lagi. Dia membutuhkan bantuan. Dan satu-satunya yang bisa membantunya saat ini adalah Cass, hantu konyol yang dikirim oleh Damien untuk menjaganya. Meski Cass sering kali bertindak sembrono dan penuh canda, dia tahu lebih banyak tentang situasi ini daripada Elara sendiri.
"Cass!" panggil Elara dengan nada tegas.
Dalam sekejap, Cass muncul, berdiri dengan gaya sok santai di sudut kamar. Wajahnya tampak ceria seperti biasa, seolah dia baru saja melakukan lelucon yang sangat lucu. "Ada apa pagi-pagi begini, Putri Seraphina?" katanya dengan nada menggoda.
Elara mendengus kesal. "Aku butuh ingatan Seraphina. Hari ini ada pertemuan keluarga, dan aku bahkan tidak tahu apa yang harus kulakukan."
Cass memiringkan kepalanya, mengamatinya dengan tatapan penasaran. "Oh, jadi kau akhirnya minta bantuanku? Lucu sekali melihatmu panik seperti ini."
"Tolong, Cass. Ini serius!" kata Elara dengan nada yang lebih mendesak.
Cass tertawa kecil sebelum menghela napas. "Dengar, aku bisa memberimu ingatan Seraphina, tapi aku tidak bisa memberimu semuanya sekaligus. Jika aku melakukan itu, kau mungkin tidak akan tahan dengan ingatan terburuk yang dia miliki."
Elara mengerutkan kening. "Apa maksudmu dengan 'ingatan terburuk'?"
Cass berjalan mendekat, ekspresinya berubah serius, sesuatu yang jarang terlihat di wajahnya. "Seraphina... dia tidak hidup tanpa beban. Ada banyak rahasia gelap dalam hidupnya, banyak rasa sakit dan penderitaan. Jika kau mendapat semuanya sekaligus, kau mungkin akan kewalahan. Percayalah, itu bukan sesuatu yang ingin kau alami sekarang."
Elara menelan ludah. Peringatan Cass membuatnya cemas, tapi ia tahu bahwa ia tak punya pilihan lain. "Kalau begitu, beri aku sedikit saja. Setidaknya cukup untuk bertahan hari ini."
Cass terdiam sejenak, lalu mengangguk. "Baiklah. Aku akan memberimu sedikit, tapi jangan harap ini akan cukup untuk menghadapi semua orang di sini."
Cass mengulurkan tangannya, dan dengan satu jentikan jari, Elara merasakan sesuatu mengalir masuk ke dalam pikirannya. Wajah-wajah, nama-nama, dan tempat-tempat mulai bermunculan dalam ingatannya-meski masih terasa kabur dan terpecah-pecah. Ini tidak lengkap, tetapi setidaknya cukup untuk memberi Elara gambaran tentang siapa dirinya sekarang dan apa yang diharapkan dari dirinya.
"Sudah," kata Cass setelah beberapa saat. "Kau harus berhati-hati dengan apa yang kau katakan dan lakukan hari ini. Ingatanmu masih belum sepenuhnya lengkap, jadi jangan bertindak terlalu jauh."
Elara mengangguk. "Terima kasih, Cass. Aku akan ingat itu."
Setelah Cass menghilang, Elara berdiri dan berjalan menuju kamar mandi. Dia melihat ke cermin, menatap wajah Seraphina yang menatap balik. Mata biru yang dingin, kulit pucat yang sempurna, dan rambut panjang yang tergerai lembut. Penampilan ini mungkin tidak berubah, tapi di dalam tubuh ini, Elara masih merasa seperti orang asing.
Dia mandi dengan cepat, mencoba menghilangkan sisa-sisa kecemasan yang masih menggelayut dalam pikirannya. Setelah selesai, ia membuka lemari besar di kamarnya dan memilih pakaian yang sederhana namun elegan, sesuatu yang tampaknya sesuai dengan selera Seraphina.
Setelah berdandan, Elara turun menuju dapur. Ia merasa canggung untuk memanggil pelayan atau menunggu mereka menyajikan makanan untuknya, jadi ia memutuskan untuk memasak sendiri. Ini adalah kebiasaan Elara saat ia masih hidup sebagai dirinya sendiri, tapi sekarang, dalam tubuh Seraphina, ia merasa perlu menyesuaikan diri dengan kehidupan baru ini.
Begitu ia memasuki dapur, pelayan-pelayan yang ada di sana menatapnya dengan bingung. Salah satu dari mereka, seorang wanita paruh baya dengan seragam hitam putih, mendekatinya dengan wajah penuh kebingungan. "Nona Seraphina, ada yang bisa kami bantu?"
Elara tersenyum tipis. "Tidak perlu, aku hanya ingin memasak sendiri hari ini."
Para pelayan saling bertukar pandang, tampaknya terkejut dengan permintaan itu. Elara tahu ini bukan sesuatu yang biasa dilakukan oleh Seraphina, tapi dia tetap bersikeras. "Aku butuh sedikit waktu untuk diri sendiri," tambahnya, berharap bisa meyakinkan mereka.
Meskipun mereka tampak ragu, akhirnya para pelayan itu mundur, memberi ruang bagi Elara untuk memasak. Dia mulai menyiapkan bahan-bahan sederhana untuk sarapan. Tidak butuh waktu lama baginya untuk menyelesaikan hidangan, dan setelah selesai, dia duduk di meja makan dan mulai menikmati makanan buatannya.
Namun, tak lama kemudian, Lady Amara dan Lord Alexander, orang tua Seraphina, muncul di ruang makan. Mereka berhenti sejenak, menatap Elara dengan tatapan aneh.
"Seraphina?" panggil Lady Amara dengan nada dingin. "Apa yang kau lakukan di dapur?"
Elara merasa jantungnya berdetak lebih cepat. "Aku hanya... ingin memasak sendiri hari ini," jawabnya pelan, berharap itu cukup untuk menjelaskan perilakunya.
Lady Amara menatapnya dengan curiga, tapi tidak mengatakan apa-apa lagi. Dia hanya berjalan menuju meja makan dan duduk di ujung, sementara Lord Alexander mengikuti di belakangnya.
Sarapan berlalu dalam keheningan yang canggung. Elara bisa merasakan tatapan aneh dari orang tuanya, seolah-olah mereka tahu ada sesuatu yang tidak beres, tapi mereka memilih untuk diam.
Setelah selesai sarapan, Elara memutuskan untuk berjalan-jalan di sekitar mansion. Dia perlu waktu untuk merenung dan menelaah apa yang baru saja terjadi. Mansion Winterbourne begitu besar dan megah, dengan koridor panjang yang dihiasi dengan lukisan-lukisan tua dan perabotan antik. Setiap sudut rumah ini seolah menyimpan rahasia, dan Elara tidak bisa berhenti merasa seperti dia sedang diawasi oleh sesuatu yang tidak terlihat.
Dia berkeliling, mencoba mengenali tempat-tempat yang muncul dalam potongan ingatan yang diberikan oleh Cass. Ruang tamu, perpustakaan besar, taman belakang yang luas-semuanya mulai tampak sedikit familier, meski masih ada banyak yang terasa asing.
Saat berjalan-jalan, Elara juga berusaha mengenali para penghuni mansion. Ada beberapa pelayan yang tampak sibuk dengan pekerjaan mereka, dan Elara menyempatkan diri untuk mengamati mereka satu per satu. Dia bertemu dengan Lily, seorang anak perempuan dari salah satu pelayan yang tampak malu-malu namun penuh rasa ingin tahu. Elara berbincang sejenak dengannya, mencoba mencari tahu lebih banyak tentang kehidupan di mansion ini.
Lily tampak terkejut saat Seraphina berbicara dengannya dengan ramah. "Nona Seraphina, Anda terlihat berbeda hari ini," kata Lily dengan senyum kecil. "Biasanya Anda tidak terlalu banyak bicara dengan kami."
Elara tertawa kecil, mencoba menutupi kebingungannya. "Mungkin aku hanya sedang dalam suasana hati yang baik," jawabnya sambil tersenyum. "Kau suka bekerja di sini, Lily?"
Lily mengangguk antusias. "Ya, Nona. Saya dan ibu saya sudah bekerja di sini sejak lama. Keluarga Winterbourne sangat baik kepada kami."
Percakapan dengan Lily memberi Elara sedikit ketenangan, meskipun masih banyak yang belum ia ketahui tentang kehidupan barunya ini. Setelah berbincang sejenak, Elara meminta kue dari dapur, lalu duduk di taman belakang mansion untuk menikmati sore yang tenang sebelum pertemuan keluarga dimulai.
Namun, meskipun ia berusaha tenang, Elara tidak bisa sepenuhnya menghilangkan rasa cemasnya tentang pertemuan keluarga nanti malam. Siapa yang akan datang? Apa yang akan mereka bicarakan? Dan yang terpenting, bagaimana ia bisa berpura-pura menjadi Seraphina tanpa diketahui?
Please Vote dan comment
Don't be silent/dark reader😭
KAMU SEDANG MEMBACA
Revenge of the Fallen: A Bully's Nightmare
Teen FictionElara, seorang gadis pendiam dan cerdas, menjadi korban bullying di sekolah elit. Setelah mengalami kejadian tragis, ia tiba-tiba bertransmigrasi ke tubuh 'Seraphina Aurelia Winterbourne', pewaris keluarga terkaya dan paling berkuasa. Di tubuh baru...