12 Oktober

17 7 1
                                    

12 Oktober

Meskipun udah 6 tahun gak ketemu, harusnya Stefani gak begitu banyak berubah, kan? Soalnya Yunho juga merasa kalau dia gak begitu banyak berubah.

Kaki Yunho sekarang udah bisa dipakai jalan santai, langkah dia udah hampir selancar sebelum dia kecelakaan dulu.

Jujur, Yunho lumayan berdebar sih di pertemuan ini. Mungkin karena efek lama gak ketemu dan dulu banget pertemanan mereka juga harus putus dengan cara yang gak enak.

Yunho udah sampai di food court lantai 2, Stefani gak bilang spesifiknya bakal nunggu di mana sih, jadi sekarang Yunho celingukan nyari kawan lamanya itu.

Masih sibuk nyari, ponsel yang disakuin Yunho di celananya bunyi. Dia berhenti ngelihat sekitar dan ngambil ponselnya, ternyata ada chat masuk dari Stefani, bilang kalau dia ada di depan stand bakmie ayam.

Setelah balas chat Stefani pakai emoji ibu jari, Yunho pun bergegas pergi ke satu-satunya stand bakmie yang ada di sana dan akhirnya dia ngelihat Stefani yang entah kenapa kelihatan beda dari yang dulu, dan lagi, dia gak sendiri.

Yunho yang tadinya udah senyum lebar sekarang masang muka datar, dan jalannya pun jadi lebih pelan dari sebelumnya—yang buru-buru banget, seolah takut kalau si Stefani bakalan pulang karena Yunho kelamaan.

“Hei.” Sapa Yunho.

Stefani yang duduk berseberangan sama temennya itu nengok ke arah Yunho, muka Stefani juga kelihatan biasa aja waktu ngelihat Yunho, gak ada binar apapun di matanya.

Tapi meskipun begitu Yunho tetap memaksakan diri buat tersenyum, dia gak mau pertemuan pertama mereka setelah sekian lama ini jadi hambar dan gak ada kesannya sama sekali. Yunho juga nyempetin buat ngelirik ke cowok yang duduk semeja sama Stefani, dia kelihatan gak perduli dan cuma fokus sama ponselnya aja.

“Duduk.” Titah Stefani ke Yunho.

Yunho narik kursi yang ada di dekat kakinya, gabung duduk sama Stefani dan cowok asing tadi di meja bundar.

Yunho gak pernah nyangka kalau pertemuan ini bakalan terasa canggung banget. Yunho rasanya gak nyaman sendiri karena Stefani yang diem aja. Iya sih, memang Yunho yang minta mereka buat ketemuan, tapi gak harus sampai sekaku ini juga, kan?

Yunho nelan ludah, dia berusaha buat senyum lagi. Tapi di saat dia berusaha untuk senyum, Stefani tiba-tiba nyeletuk. “Lo jadi minta maaf atau enggak?”

“Ha??” Mata Yunho otomatis melebar, entah kenapa agak kaget sama cara ngomong Stefani yang ketus.

Dari dulu Stefani memang ketus sih, tapi ini lebih ketus dari yang dulu-dulu. Muka Stefani juga kelihatan gak bersahabat sama sekali.

Yunho sampai nelan ludah lagi, jadi makin gugup. “Euh...” Mata Yunho melirik ke cowok asing tadi, soalnya cowok itu sekarang udah gak fokus sama ponselnya lagi dan ikut nyimak antara dia dan Stefani.

“Bisa langsung ke intinya gak? Gue mau ngerayain ultah cowok gue soalnya.” Ucap Stefani, secara gak langsung tatapannya menuju ke cowok asing tadi.

“C-cowok?”

“Hem.”

“...”

“...”

“Ck,” Cowok asing itu mendecak, ngambil ponsel yang tadi sempat dia taruh di meja. “Fan, aku ke toilet bentar ya?” Pamitnya sambil berdiri, dan dibalas anggukan oleh Stefani.

Sekarang, tinggal mereka berdua aja di meja, Yunho juga masih bingung harus mulai dari mana.

“Fan.. Gue...” Yunho memejamkan mata, entah kenapa rasanya susah banget buat ngucapin kata maaf. “Gue minta maaf. Buat— buat semua hal buruk yang gue lakuin ke lo.”

Pelan Yunho buka matanya, memberanikan diri buat natap Stefani. “Gue.. Beneran gak mikir kalau omongan gue— semua omongan gue, bakalan nyakitin hati orang... Gue pikir... Gue pikir lo gak pernah mempermasalahkan omongan-omongan gue.. Karena lo juga kelihatan bodo amat sama omongan orang-orang ke lo..”

“Gue milih diem, gak perduli, karena gue males berurusan sama orang-orang dengan mulut gak guna kaya kalian.” Balas Stefani. “Gue gak suka hidup gue diusik, jadi gue milih buat gak ngelayanin kalian, karena dengan gue diem, gak nanggepin, kalian juga bakalan bosen sendiri. Tapi jelas, gue tetep kesel sama kalian, karena pasti ada omongan kalian yang keterlaluan dan membekas di hati gue.”

“...”

“Gue pikir, waktu SMA dulu lo tiba-tiba ngajak gue main tuh, gue ngiranya lo udah berubah, tapi ya sama aja. Berubah lo cuma sedikit, di fisik aja, mulut lo, cara mikir lo, masih sama.”

“...”

“Dulu gue juga mikir, kenapa ya gue bisa suka sama lo? Oh, mungkin karena lo tinggi? Mungkin karena lo ganteng? Terus, setelah nomor gue lo blokir, semua tingkah laku buruk lo ke gue balik tanpa diminta. Mereka seolah ngingetin gue kalau cowok kaya lo gak perlu gue sedihin, karena baiknya lo gak sebanding sama jeleknya lo ke gue dari SD sampai sekarang.”

“Iya, Fan... Gue paham.. Gue paham kok.. Makanya gue pengin minta maaf.”

“Gue gak paham, kemarin... Lo ngapain ngehubungin gue lagi? Lo kesepian? Lo bingung karena gak ada orang lain yang bisa lo hubungin? Jujur sih, gue merasa kalau lo masih menyepelehkan perasaan gue. Apa karena dulu gue pernah confess ke lo, terus lo pikir setelah pemblokiran itu gue bakalan langsung seneng waktu lo tiba-tiba chat?”

“...”

“Enggak, Yun.. Gue masih marah sama kelakuan-kelakuan lo, omongan-omongan lo ke gue dulu. Rasa suka gue nyatanya gak bisa ngalahin rasa kesal gue ke lo.”

“Gue juga gak tau... Gue juga gak tau kenapa waktu itu gue malah ngehubungin lo.. Nomor lo.. Aslinya udah lama gak gue blokir, mungkin beberapa hari setelah kejadian itu, gue udah gak blokir nomor lo... Tapi posisi nomor lo juga aslinya udah gue hapus.. Dan nomor lo gue masukin ke arsip..”

“Kenapa gak sekalian lo hapus aja? Ngapain masih lo simpen? Masih mikir kalau lo butuhin gue? Buat apa? Buat momen urgent kaya kecelakaan lo beberapa bulan lalu itu?”

Yunho gelengin kepala. “Gak tau. Gue juga gak tau kenapa chatroom lo gak gue hapus.”

“Udah minta maaf, kan? Ya udah, sampai sini aja.” Stefani bangun dari duduknya, ngehela napas pelan. Dia mandang Yunho dalam diam buat beberapa saat, terus bilang. “Gue juga minta maaf kalau gue ada salah ke lo, tapi omongan gue yang baik dan jahat emang tulus dari hati, jadi gue gak perduli kalau lo bakalan sakit hati atau enggak. Gue duluan.” Pamit Stefani, jalan pergi ke arah yang sama kaya cowoknya tadi.

Yunho masih duduk di kursinya, sambil mandang langit-langit food court dia menghela napas panjang. Entahlah, dia cuma gak menyangka aja kalau hari yang dia tunggu-tunggu bakalan berjalan dan berakhir setidak menyenangkan ini.

~ END ~

PACARNYA STEFANI

17 SEPTEMBER 2024

annoying. - jung yunhoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang