Heahh....
Persis seperti bagaimana orang yang bosan plus letih, aku memasang wajah datar seraya menyangga daguku. Selain sederet ibu-ibu yang tatapannya mengintimidasiku tanpa alasan dari bangku seberang, tidak ada hal menarik yang bisa ditemukan di kabin angkot ini.
Aku melemaskan punggung ke sandaran lalu berpaling, membuang pandangan menembus kaca jendela. Angkutan yang kunaiki tengah melaju, otomatis membuat pemandangan luar tampak seolah bergulir dalam bidang transparan itu. Di sanalah batinku coba melarikan diri dari suasana pengap bilik penumpang dengan memperhatikan apa saja yang melintas di luar sana.
Kendaraan, mulai dari sepeda motor, mobil, angkutan lain, armada bus dan truk berseliweran melindas aspal tanpa jeda. Mereka kompak meracuni udara dengan polusi hangat serta gemuruh bising mesin.
Wajahku mengerut. Baiklah, ini sama sekali tidak membantu, komentarku datar dalam benak. Namun begitu, angkotku berbelok ke jalan yang lebih sempit, perhatianku segera jatuh ke pematang jalan.
Trotoar itu berlalu, dipenuhi oleh berbagai kalangan. Anak-anak sekolah berlarian sambil cekikikan, pelajar remaja sedikit tergesa-gesa, dan para orang dewasa dalam ritmenya masing-masing. Ada yang senang, namun tidak sedikit yang berwajah suram. Bagaimanapun, mereka telah larut dalam lalu lintasnya sendiri.
Kemudian yang menjadi background mereka adalah sederet bangunan komersial. Ruko, kios kecil dan warung; mereka berdiri selang-seling. Tiang listrik berdiri tiap belasan meter dengan kabel hitam yang melintang-lintang seperti jaring kusut. Segelintir pedagang terlihat semangat menawarkan produk dan diskon, sementara kebanyakan lainnya diam menghibur diri dalam gawai, mengandalkan banner sebagai jimat.
Meski aku sama sekali belum familier dengan susunan tampilan ini, tapi serius, tidak ada yang spesial dari seluruh detail barusan. Namun di samping itu, aku bisa melihat dengan jelas kalau semuanya sudah berjalan; orang-orang tampak seakan memiliki peran sendiri-sendiri, dan mereka menjalani peran itu, menghidupkan hiruk pikuk di kota ini seperti bagaimana semestinya sebuah perkotaan.
Sama halnya denganku. Di tengah gemerlap zaman yang semakin maju dan menuntut, aku juga tidaklah lebih dari pemeran diriku sendiri. Tidak ada yang begitu istimewa.
Memuakkan.
Roda angkutan terus bergulir, latar dalam bingkai kaca turut bergeser dan terasa semakin rengang. Perlahan kami mulai memisahkan diri dari ingar bingar. Mesin menggerung. Seisi kabin terguncang pelan saat melawan kerikil atau lubang aspal. Angkotku pun turun melandai lalu belok kanan di jalanan melinkar dengan empat cabang jalan.
Di saat bersamaan, rasa bosan kembali menyerang jiwaku. Tepat di saat itu juga aku berniat untuk beralih main ponsel.Namun, sebelum niat itu benar-benar terlaksana ...
Hm? Sececah cahaya menyilaukan yang segera diikuti pergantian tema pemandangan dalam kaca jendela itu telah terlebih dulu menarik kembali minat mataku, lantas sontak membuatku terbeliak. Oh woww.... Gerakan tanganku terhenti. Sebelum bisa sadar, aku telah tertegun kagum.
Lihatlah, ladang pertanian nan segar terhampar luas bersama ratusan petak sawah yang berundak-undak. Padi dan jagung mulai menguning, sementara komoditas tambahan di pematang terlihat seperti coretan warna yang menyelingi, tomat, terong, kacang dan cabai seolah ikut menghias agar tidak monoton.
Sejumlah sungai kecil mengalir tenang membelah persawahan. Beberapa pohon serta rimbuan banbu tersebar secara acak, tambah meramaikan. Para petani pun bertebaran dan kelihatan menikmati waktu bekerja dengan bercengkrama, sekaligus menjadi sentuhan final yang melengkapi.
Heahh.... Aku membuang napas dalam-dalam. Lengkung senyum akhirnya dapat terurai di sudut bibirku setelah sekian lama. Bahuku merosot bersama terangkatnya rasa gelisah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bayangan Bringkasan
FantasyHei! Apa kamu sedang bosan dengan kehidupan yang begitu-begitu saja? Kalau iya, maka kita samaan. Kamu tau? Sebenarnya ada sesuatu yang janggal dengan kota tempatku berada sekarang. Jadi bagaimana jika kau mengikuti ceritaku? Ini pasti akan seru.