..⃗. •̩̩͙⁺ 𝚃𝚠𝚘 ...🎭

860 121 8
                                    

︵‿୨ 𝙷𝚊𝚙𝚙𝚢 𝚁𝚎𝚊𝚍𝚒𝚗𝚐... 🎭୧‿︵

Dibawah cahaya siang yang begitu cerah, diantara ribuan aktivitas manusia di kota itu, lihatlah disatu tempat singgah sesaat para turis, ataupun para pendatang dari luar negeri juga kota, bila mana mereka hendak memberikan suatu hadiah. Toko bunga. Tempat itu, disana, ada seorang wanita tengah sibuk bersenandung sembari mengecek berbagai bunga warna-warni di dalam ember berisikan air.

Bila saja seseorang menatapnya, maka terlihat surai hitam indahnya yang begitu legam juga lembut. Wajahnya berkulit putih bersih dengan berhias bola mata berwarna ungu kemerahan. Hidungnya mancung dan bibirnya tipis berwarna merah muda. Tubuhnya yang tinggi juga ramping namun berisi, terbalut oleh pakaian kebesaran berwarna putih tulang serta celemek berwarna abu berada di atas permukaan. Kaki rampingnya ditutup oleh celana longgar berwarna hitam. Sedang tapak kakinya dilindungi dengan sepatu datar berwarna hitam dengan pita kecil sebagai pemanisnya.

Gemerincing lonceng, juga ketukan tapak sepatunya membuat wanita bersurai gelap itu memberhentikan aktivitasnya. Mengusap bulir keringat di dahinya dan menoleh ke arah pintu.

"Selamat datang di toko bunga kami. Ada yang bisa dibantu?" Ia buru-buru menegakkan tubuhnya. Menepuk pelan tubuhnya yang sedikit kotor karena potongan-potongan kecil kelopak bunga.

Irisnya yang indah menatap kedatangan sepasang insan yang menjadi pelanggan pada siang yang begitu benderang ini. Satu pria bersurai merah sedikit tua, dan satunya seorang gadis bersurai putih dengan sedikit highlight berwarna violet. Mereka mengangguk, tersenyum tipis, lalu mulai fokus memilih bunga-bunga indah yang tersaji di tiap sisi mereka.

Wanita itu diam memperhatikan. Sesekali ia memotong beberapa tangkai bunga yang baru saja datang hari ini. Begitu terus, selama lima menit. Ia mulai merasa gelisah ketika pelanggannya masih belum memilih bunga yang diinginkan. Daripada terus menyelam dalam rasa khawatirnya, lantas ia menyimpan gunting besar di atas meja. Bunga yang telah di potong batangnya ia simpan di dalam ember berisikan air.

Ia mendekat ke arah pria bersurai merah. Membungkukkan sedikit punggungnya, menyamakan gaya posisinya dengan ria itu. Ia bersuara di detik berikutnya.

"Permisi tuan. Apa tuan memiliki masalah untuk memilih bunga?" Suaranya lembut. Bertanya. Membuat kepala pria itu menoleh ke arahnya.

Bola mata indah sang pria yang berwarna kemuning bertubrukan dengan iris sang wanita. Pria itu sedikit tersentak ketika menyadari jarak yang begitu dekat diantara mereka berdua.

Ia mendesah pelan. "Ah, ini kali pertama aku memilih bunga."

Sang pemilik toko yang begitu antusias mengangguk. "Bunga seperti apa yang tuan inginkan? Atau, tuan membutuhkan rekomendasi bunga untuk disimpan di suatu tempat?"

Pria itu mengangguk—mengiyakan pertanyaan kedua wanita di sampingnya.

"Adakah bunga yang menurutmu cocok untuk disimpan di ruang tamu?" Suara lembut pria itu balik bertanya.

Ia mengangguk. "Tentunya tuan. Tuan bisa memilih bunga seruni bila tuan menginginkan ruang tamu yang memiliki suasana tenang."

Satu tangannya bergerak meraih setangkai bunga seruni yang tak jauh berada dari tempatnya berdiri. Ia membawa bunga seruni dengan puluhan kelopak kecil putih bersih.

"Ataupun, bila tuan ingin ruang tamu yang memiliki suasana romantis dan manis, tuan bisa memilih bunga mawar."

Ia melakukan hal yang sama lagi. Meraih setangkai bunga mawar putih tulang yang letaknya tak jauh dari tempat bunga seruni sebelumnya. Kini, ditangannya sudah ada dua tangkai bunga berbeda.

𝐒𝐚𝐜𝐫𝐢𝐟𝐢𝐜𝐢𝐮𝐦 : 𝐑𝐢𝐨𝐧 𝐊𝐞𝐧𝐳𝐨Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang