Sudah lewat pukul 10 pagi ketika Renjun melangkahkan kakinya ke dapur. Ia berjalan melewati meja makan menuju kulkas dan membukanya untuk mencari sesuatu yang bisa ia masak.
“Injun-ah! Apa yang kamu lakukan?” Jaemin keluar dari kamar sambil mengucek matanya.
“Mencari sesuatu yang bisa kita makan. Ngomong-ngomong, jam berapa kita tidur tadi malam? Kurasa aku sakit kepala karenanya,” Renjun mendesah lalu melemparkan beberapa sayuran ke atas meja. “Apakah ramyun kedengarannya enak untukmu?”
“Ya, tidak apa-apa. Kurasa sekitar pukul 4 pagi,” Jaemin menjatuhkan dirinya di kursi.
“Tidak heran. Aku akan mandi dulu. Bisakah kamu memotong beberapa sayuran di sana?”
"Ya, tentu saja."
“Cuci mukamu dulu atau kamu akan terluka jika tidak fokus.”
“Ya, Ibu!”
Renjun memutar matanya ke arah Jaemin lalu berjalan ke kamar mandi. Setelah beberapa menit di dalam, Renjun keluar dengan pakaian kasual dan handuk di atas kepalanya. Renjun melihat Jaemin sedang memegang ponselnya dan meneleponnya.
“Ibumu menitipkan pesan untukmu, nih,” kata Jaemin sambil menyerahkan kembali ponselnya pada Renjun lalu beranjak keluar.
Renjun membaca pesan ibunya lalu mengetik balasannya dan menaruh kembali ponselnya di meja samping tempat tidurnya. Dia keluar dan tidak melihat siapa pun, menduga Jaemin sudah ada di kamar mandi, Renjun melanjutkan pekerjaan Jaemin.
****************
Hari Senin dan Renjun tampak seperti akan pingsan karena wajahnya yang pucat. Dia memasukkan kedua tangannya ke dalam saku dan memasang earphone di kedua telinganya. Saat itu baru pukul 7:30 tetapi matahari sudah bersinar sangat terang di atas sana. Meskipun tidak terasa panas sama sekali karena musim dingin akan segera berakhir.
Renjun melangkahkan kakinya ke dalam kelas yang hampir penuh, menaruh tasnya di atas meja, lalu melepas earphone-nya. Suara yang tidak didengarnya saat ia masuk mulai memenuhi telinganya. Ia melihat sekeliling dan menemukan Hyunjin, yang tidak masuk sekolah minggu lalu, dan memutuskan untuk mendekatinya.
“Hyunjin-ah!” panggil Renjun. Hyunjin menoleh ke arah Renjun yang berjalan ke arahnya sambil tersenyum.
“Hai! Apa kabar? Kita tidak sempat ngobrol sama sekali minggu lalu karena aku membolos,” katanya sambil menyeringai.
Renjun tertawa lalu berkata, “Tidak apa-apa. Aku hanya ingin bertanya; apakah Jaemin sudah memberitahumu tentang festival seni yang akan diadakan sekolah kita lagi tahun ini?” tanyanya.
“Oh ya, dia sudah mengatakannya padaku kemarin dan kami memutuskan untuk mengadakan pertemuan hari ini sepulang sekolah,” katanya sambil tersenyum. Renjun hanya menganggukkan kepalanya.
“Selamat pagi, hadirin sekalian!” Tepat saat Renjun kembali ke tempat duduknya, Jaemin masuk dengan senyum cerahnya, menyapa semua orang di kelas. Bel pun berbunyi dan wali kelas mereka pun masuk, memulai pelajaran.
****************
Bel berbunyi, menandakan hari sekolah akhirnya berakhir. Renjun merapikan mejanya dan membagi barang-barangnya antara yang akan dibawa pulang dan yang akan ditaruh di lokernya.“Renjun-ah, aku pergi dulu ya. Hyunjin sudah menungguku. Sampai jumpa besok, ya?”
“Ya! Semoga berhasil dengan pertemuanmu!” Jaemin hanya menganggukkan kepalanya lalu mengikuti Hyunjin yang menunggunya di luar.
Renjun menaruh setengah barangnya di dalam lokernya lalu menguncinya dan berjalan keluar kelas menuju ruang klub musik. Ia menyapa siswa lain yang menyapanya di lorong. Beberapa tidak dikenalnya dan beberapa lainnya adalah orang-orang yang pernah menyatakan cinta kepada Jaemin tetapi akhirnya ditolak karena Jaemin ingin menunggu belahan jiwanya tanpa mencoba memulai hubungan dengan orang lain. Manis sekali, pikir Renjun.
Tepat saat ia hendak membuka pintu, seseorang menepuk bahunya. Ia terkejut karena sedang memikirkan apa yang harus ia katakan saat bertemu dengan anggota baru klub musik itu. Renjun membalikkan tubuhnya dan ada seorang gadis yang tersenyum padanya.
“Hai! Huang Renjun, kan? Temanku ingin bergabung dengan klub musik, tetapi dia tidak sempat mengisi formulir terakhir kali ketika sekolah mengadakan festival klub. Jadi, bisakah dia bergabung dengan klub sekarang?” tanyanya sambil tersenyum lagi kepada Renjun, yang dibalas oleh senyum oleh Renjun.
“Ya, tentu saja. Masuk saja dan aku akan memberikan formulir pendaftaran kepada temanmu.”
“Terima kasih! Oh ya! Namaku Jeon Heejin, aku juga anggota klub musik, tapi aku tidak terlalu aktif di klub karena aku juga anggota OSIS, hehe,” katanya sambil terkekeh. Renjun hanya tersenyum padanya dan mengangguk.
“Temanku juga anggota OSIS, jadi aku mengerti kepedihanmu. Ngomong-ngomong, di mana temanmu? Aku akan segera bertemu dengan anggota baru itu,” kata Renjun sambil menunjuk pintu dengan ibu jarinya.
“Ah! Dia sedang dalam perjalanan. Mungkin sedang ke toilet sekarang. kamu harus masuk dulu, aku akan menunggu temanku di sini!”
“Baiklah kalau begitu. Kalau temanmu datang, masuk saja ke dalam, oke?”
"Baiklah!"
Renjun hanya tersenyum dan masuk ke dalam. Ia bertemu dengan sekitar 10 siswa di dalam. Mungkin campuran dari anggota saat ini dan yang baru. Ia tidak bisa benar-benar membedakannya, tetapi ia bisa mengenali beberapa dari mereka karena mereka terbiasa berkompetisi bersama tahun lalu. Renjun tersenyum pada beberapa dari mereka. Ia meletakkan tasnya lalu menghadap para siswa.
“Baiklah, sebelum memulai, izinkan aku memperkenalkan diri. Namaku Huang Renjun, ya, aku bukan dari Korea, aku dari Tiongkok tetapi sudah tinggal di sini sejak aku berusia 5 tahun. kalian dapat memanggilku dengan pelafalan Tiongkok yaitu Renjun atau bisa juga menggunakan pelafalan Korea, Injun! Apa pun yang paling cocok untukmu, aku tidak keberatan. Selain itu, aku sekarang berada di tahun kedua di jurusan vokal, dan kamu semua mungkin sudah menebak, aku adalah pemimpin atau presiden klub ini. Jadi, senang bertemu dengan kalian!”
Renjun tersenyum setelah mengucapkan perkenalannya yang panjang dan spontan, merasa cukup puas dengan dirinya sendiri. Para siswa di depannya memberinya tepuk tangan meriah, membuat senyumnya semakin lebar.
“Baiklah! Karena aku tidak bisa pergi ke festival klub sejak aku kembali ke kota asalku, aku perlu tahu, siapa di antara kalian yang merupakan anggota baru klub ini. Angkat tangan kalian jika kalian adalah anggota baru!” kata Renjun dan setengah dari mereka mengangkat tangan mereka. Renjun hanya mengangguk pada dirinya sendiri dan memberi isyarat kepada mereka untuk menurunkan tangan mereka.
“Tidak sebanyak tahun lalu, tapi tidak apa-apa! Kita bisa bekerja dengan apa pun yang kita punya sekarang.” Renjun tersenyum pada mereka.
Dia kemudian mendengar pintu terbuka dan mendongak untuk melihat Heejin tersenyum padanya. Dia hanya mengangguk padanya dan kemudian membalikkan tubuhnya untuk mengambil formulir. Ketika dia hendak membuka mapnya, dia mendengar suara pekikan dari belakangnya.
'Sekarang, siapakah orang yang dibawa Heejin ini sehingga membuat para siswa bersikap seperti itu?' pikirnya.
“Untuk teman Heejin, kamu bisa mengisi formulir ini terlebih dahulu—” Ucapannya terpotong saat melihat teman Heejin dan menyadari siapa orangnya. “Lee Donghyuck?!” teriak Renjun.
Lee Donghyuck mendongak dan menoleh ke arah Renjun. Matanya membelalak, jelas terlihat terkejut. Senyum tipis mengembang di wajahnya.
“Oh, lama tak berjumpa, Huang Renjun,” ujarnya sambil tersenyum.
“Ya ampun, kamu pasti bercanda,” gumam Renjun dalam hati.
“Oh? Kalian saling kenal?” tanya Heejin.
“Agak, tapi aku tidak tahu apakah dia akan mengatakan hal yang sama,” kata Donghyuck, atau dalam kasus ini, Haechan.
"Sebenarnya, iya, kami saling kenal. Dia dulu temanku waktu SD," kata Renjun sambil berusaha menelan kegugupan yang tiba-tiba muncul.
“Dulu…?” gumam Heejin.
“Baiklah, kalian bisa mengisi formulir ini dan kalian akan resmi menjadi anggota klub. Tolong kembalikan formulir ini kepadaku setelah kalian selesai mengisinya,” kata Renjun lalu menyuruh mereka duduk, mencoba menenangkan diri sebelum melanjutkan kegiatan mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
I Want To Hate You But I Can'T | HYUCKREN (TERJEMAHAN)
Fanfiction"Lee Donghyuck?!" "Oh, lama tidak bertemu, Huang Renjun." "Ya ampun, kau pasti bercanda."