3. Latihan

90 10 0
                                    

"Kalian janjian? ga mungkin kan?" ucap Paul tiba-tiba setelah melihat Saliza dan Ronan memakai baju yang tampak senada.

"GA!" ucap Saliza dan Ronan dengan kompaknya

"Santai dong, tapi lucu tau jadi kayak couple gitu"

"Ngomong sekali lagi gue pukul ya lo!"

"Gue bantu pegangin Sal, emang pantes dipukul si bule ini "

"Gass Ronn"

"Bentar deh gue serius, kok bisa bajunya senada gitu?" tanya Paul tanpa mengindahkan ucapan Saliza dan Ronan sebelumnya.

"Ya bisa aja, orang ga sengaja" ucap Ronan santai.

"Iya kebetulan aja, ga usah lebay deh lo" Saliza menambahkan.

Paul yang mendengar itu malah menyunggingkan senyum penuh arti.

"Cieeee baru ketemu dua kali aja chemistrynya udh kuat bgt gitu" ucap Paul dengan senyum menyebalkan nya, dia berjalan cepat meninggalkan Saliza dan Ronan yang sudah siap mengejarnya.

Tanpa diketahui Saliza dan Ronan, Paul diam-diam mengabadikan momen mereka saat sedang berlatih. Entahlah Paul sepertinya gemas dengan kedua sahabatnya yang hari ini tampak begitu serasi dengan baju senadanya.

Sejujurnya, Saliza dan Ronan sendiripun kaget saat melihat mereka memakai baju yang begitu senada dari atas sampai bawah. Tapi mereka mencoba untuk biasa saja dan menganggapnya hanya sebuah kebetulan.

"Yaudah yuk kita mulai latihannya Ron" kata Saliza memulai pembicaraan setelah terjadi keheningan diantara mereka.

Ya, kini Saliza dan Ronan sedang berada di studio musik milik Paul. Mereka akhirnya memenuhi permintaan Paul untuk duet di intimate concert yang akan Paul selenggarakan satu Minggu lagi. Awalnya Saliza dan Ronan bingung atas dasar apa Paul meminta mereka untuk duet padahal mereka belum kenal sebelumnya.

"Gue ngerasa kalo kalian yang cocok buat bawain lagu ini, lagian kalian berdua sahabat terdekat gue, jadi gue pengen kalian ada di intimate concert pertama yang gue bikin, masa kalian ga mau si" jika Paul sudah mode serius seperti ini, mana bisa kedua sahabatnya ini menolak.

"Yaudah ayo" kata Ronan sambil berjalan mendekati Saliza.

Awalnya mereka tampak canggung namun dengan segala usaha Saliza untuk mencairkan suasana, pembicaraan merekapun mengalir dengan sendirinya. Latihan mereka sudah selesai dari satu jam yang lalu tapi obrolan mereka masih terus berlanjut. Mereka tampak begitu asyik membicarakan banyak hal, mulai dari musik, perjalanan karir mereka sampai hal random sekalipun.

"Gue ga nyangka ternyata lo seru juga" ucap Saliza tiba-tiba.

"Gue juga ga nyangka ternyata obrolan kita bisa se nyambung ini" jawab Ronan sambil terkekeh

"Btw, gue mau minta maaf buat pertemuan pertama kita minggu lalu, first impression lu ke gue pasti jadi jelek bgt ya"

"Hahahaha, santai aja kali Ron, gue juga minta maaf udh marah marah, biasalah red day jadi emosian gitu"

"Lah bukannya hari-hari biasa juga lu emosian ya"

"IHHH NYEBELIN BANGET SI LO!" teriak Saliza sambil memukul bahu Ronan yang ada disampingnya.

"Nah kan bener hahahaha"

Sepertinya mulai saat ini, membuat Saliza kesal adalah hal yang begitu menyenangkan bagi Ronan.

Hasil foto yang berhasil Paul abadikan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hasil foto yang berhasil Paul abadikan

★★★

"Ronnn, laperr"

"Ya makanlah Sal"

"Ihhh kan disini ga ada makanan"

"Ya terus?"

"Ya kita carilah, dasar ga peka, males bgt" ucap Saliza dengan kesal, dia bahkan berjalan sambil menghentakkan kakinya dan keluar dari ruangan tempat mereka berlatih.

"hahahaha, lucu bgt marah marah mulu" ucap Ronan gemas sambil mengejar Saliza.

Ini adalah hari ke tujuh mereka berlatih, yang artinya besok adalah hari diselenggarakannya intimate concert Paul.

"Kenapa lagi lu berdua?" tanya Paul heran dengan kedua sahabatnya yang sepertinya sedang mode bertengkar.

Ya, Paul sudah biasa melihat pemandangan Saliza dan Ronan yang tiba-tiba bertengkar seperti saat ini. Kemudian kembali tertawa bersama selang beberapa menit setelah mereka bertengkar. Pertemanan yang aneh, pikir Paul.

"Powl cari makan yuk, gue lap-"

"Ayok Sal sama gue aja" ucap Ronan sambil menarik tangan Saliza dan menggenggamnya, membawanya keluar dari studio musik itu.

Saliza sangat kaget dengan tindakan Ronan yang tiba-tiba. Ini adalah pertama kali mereka berpegangan tangan. Saliza merasa ada yang aneh dengan dirinya. Saliza heran kenapa jantungnya berdetak lebih cepat ketika tangan Ronan menggenggamnya, padahal ini adalah hal yang seharusnya biasa saja, apalagi kebanyakan teman Saliza adalah pria. Sementara Ronan, dia sepertinya dalam keadaan tidak sadar ketika melakukannya. Bagaimana bisa seorang cowo cool yang tidak pernah dekat dengan wanita seperti Ronan bisa tiba-tiba menggenggam tangan wanita yang baru satu minggu dikenalnya.

Ketika sudah sampai di parkiran, Saliza dan Ronan masih terdiam dalam keadaan tangan yang masih saling menggenggam, mereka sibuk dengan pikiran mereka masing-masing. Sebelum ada sebuah suara yang mengagetkan mereka.

"Ehem, sepertinya ada pendekatan yang natural" Paul dengan wajah tengilnya. Dia sepertinya sangat suka menggoda kedua sahabatnya ini.

Saliza dan Ronan yang mendengarnya reflek melepas genggaman tangan mereka.

"Yaudah deh gue pergi aja, silahkan dilanjut mba mas pegangan tangannya" ucap Paul dengan senyuman khasnya yang begitu menyebalkan dimata Saliza.

Saliza melotot mendengar itu dan hendak mengejar Paul yang sudah lebih dulu berlari masuk kedalam studio. Tapi lagi-lagi, Ronan menahannya dengan kembali menggenggam tangan Saliza.

"Biarin aja Sal, mending cari makan aja yuk, katanya tadi laper" Ronan dengan suara lembutnya kembali membuat Saliza termenung.

"Duhh Ronn, kenapa lembut bgt gituu, ini juga hati gue kenapa lemah bgt dah, baru digituin dah mleyot" ucap Saliza dalam hati.

"Sal"

"Sal"

"Sal, kenapa malah ngalamun"

"Hah, iya ayo berangkat sekarang" ucap Saliza setelah tersadar dari lamunannya.

Ronan hanya terkekeh melihat itu, mereka berdua pun segera masuk kedalam mobil Ronan.

★★★

Garis WaktuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang