Shall We Dance Together?

6.5K 20 0
                                    

Hampir satu tahun ke belakang Adel memiliki dan sedang menekuni hobi baru, menari. Ia bergabung di salah satu akademi tari yang didirikan oleh Haris-seniornya.

Meskipun baru bergabung selama satu tahun tetapi kemampuan Adel patut diacungi jempol, ia belajar dengan sangat cepat. Pemahamannya akan gerakan sangat bagus dibandingkan rekan yang lain.

Atas dasar itulah Haris menunjuk Adel untuk menjadi rekannya dalam kompetisi tari berpasangan yang rutin diadakan satu tahun sekali.

Hari ini keduanya memiliki jadwal latihan rutin untuk kompetisi tersebut, rencananya mereka akan berlatih dengan satu orang lain yang berkontribusi sebagai videografer.

Namun sayangnya orang tersebut tidak hadir lantaran urusan mendadak, berakhirlah hanya mereka berdua yang ada di ruang latihan.

Adel sampai lebih dulu lalu Haris datang 15 menit kemudian, keduanya menyempatkan untuk berbincang ringan sebelum memulai latihan.

“Kak Haris kemarin pulang jam berapa? Waktu aku pulang kakak masih di sini, kan?”

“Jam 10 kira-kira, kamu pulang jam 8 kan kemarin?”

“Iya aku pulang jam 8, kak. Tapi kenapa kakak pulangnya malem banget, deh? Padahal kita selesai latihan jam 7”

“Koreo buat kompetisi nanti masih banyak yang harus dirombak, makanya betah di studio biar keburu fix koreonya, kita makin gampang latihannya”

“Oh gitu ya...” Adel mengangguk beberapa kali tanda setuju dengan ucapan Haris.

“Mulai latihan sekarang yuk” ajak Haris sebab khawatir mereka akan selesai terlalu larut.

Adel segera berdiri dari tempatnya duduk, ia melepas kemeja oversized yang sedari tadi dipakainya dan hanya menyisakan legging serta crop top yang menampilkan perut rampingnya.

Perlu diketahui bahwa koreo yang akan mereka bawakan memiliki konsep dewasa dengan sentuhan sensual di setiap gerakannya. Tak heran beberapa dari rekan mereka selalu berteriak histeris ketika melihat Haris dan Adel berlatih bersama.

Suara musik yang menggema menjadi tanda mereka harus mulai bersungguh-sungguh, tidak ada lagi gurauan maupun candaan di antara keduanya.

Mereka bergerak nonstop, mengikuti ketukan lagu bertempo pelan yang membuat suasana di sekeliling terasa lebih sensual. Sudah tak terhitung berapa kali Haris menyentuh leher dan wajah Adel, tak terhitung pula berapa kali mereka saling beradu tatap.

Awalnya Haris biasa saja dengan situasi semacam ini, ia telah menari secara berpasangan dengan beberapa orang selain Adel, tapi entah kenapa Adel seperti memiliki magnet yang menariknya mendekat dikala ia berusaha menjauh.

Tanpa seorangpun tau, Haris sengaja memilih Adel menjadi partner dikarenakan ia ingin menghabiskan waktu lebih banyak dengan gadis itu.

Setelah satu jam berlatih tanpa henti, mereka memutuskan beristirahat sejenak. Keduanya biasa berpose selama 5 detik pada akhir gerakan untuk meninggalkan kesan yang kuat.

5 detik berlalu namun Haris tak kunjung bergerak dari tempatnya, ia tetap memeluk Adel dari belakang sambil terengah, entah karena kelelahan atau gairah yang mulai menjalar.

“Kak?” panggil Adel dengan lembut takut menganggu Haris yang mungkin sedang mengatur nafas.

“Hmm?” Haris hanya menjawab dengan gumaman sebab merasa nyaman memeluk Adel yang memiliki tubuh lebih mungil darinya.

Satu menit berlalu namun Haris tak kunjung melepas pelukannya, ia malah mendekap Adel semakin erat seakan tak membiarkan gadis itu menjauh darinya.

Tak ada kata apapun yang terucap dari Haris saat tangannya mengelus perut Adel yang tak tertutup apapun sebab gadis itu sedang mengenakan crop top.

FantasiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang