Kisah ini menceritakan tentang Atma perempuan yang mencari ke adilan, bukan untuk dirinya melainkan untuk seluruh kaum perempuan, kisah ini bermula ketika keadilan perempuan belum di tegakan.
..................Sandrina Atma Talita, gadis dengan panggilan sapaan Atma itu, merupakan seorang mahasiswa yang lahir dari keluarga yang terpandang, Ayahnya merupakan seorang Letnan jenderal di tahun 1988.
"Aku di aliri darah seorang jenderal, namun tak seorang pun memperlakukan ku dengan terpandang," Atma.
Kehidupan sehari-hari hari gadis, itu tidak lepas dari tuntutan perkuliahan, dari banyak nya tugas-tugas kuliah yang harus dia selesai kan terlebih lagi, dia sudah memasuki semester 7. Atma, seorang gadis yang tidak di tuntut menjadi anggun, namun di tuntut menjadi seorang wanita yang tangguh.
"Serendah apa pun kamu di mata masyarakat, di dalam diri mu tetap mengalir darah seorang Letnan Jenderal," ucap sang Ayah kala itu.
Pada tahun 1988 memang, kedaulatan wanita di Indonesia belum di bentuk, banyak masyarakat Indonesia kala itu yang masih menganggap wanita sebagai kaum yang redah, dan tidak pantas di hormati apalagi menjadi pemimpin.Wanita-wanita yang menempuh pendidikan, masih di rendahkan bukan hanya dari pihak masyarakat namun tenaga-tenaga pengajar pun ikut melakukannya.
Di tahun itu, banyak sekali kekerasan, dan kasus pelecehan yang terjadi pada kaum wanita, bukan merasa bersalah namun para pelaku merasa bahwa kodrat wanita memang menjadi bahan mainan dan kesenangan.
Begitu juga dengan Atma, gadis itu kerap kali mendapatkan perlakuan tidak mengenakan pada lingkungan masyarakat maupun lingkungan kampusnya.
"WANITA BUKAN BUDAK NAPSU KALIAN! WANITA DAN PRIA SAMA SAJA DI HADAPAN TUHAN!," teriaknya lantang, gedung kampus yang tadinya sunyi kini di penuhi banyak orang, yang rata-rata mereka adalah seorang pria.
PLAK!
Tiba-tiba tamparan keras, di layangan seorang pria pada Atma, wajah Atma menoleh ke samping lantaran kerasnya tamparan tersebut."wanita adalah makhluk menjijikkan! Hanya menjadi bahan mainan! Jangan pernah berkata kalo kita itu setara!," ucap seorang pria, sambil kembali melayangkan tamparan keras pada Atma.
Sudut bibir Atma sudah mengeluarkan cairan merah, gadis itu gemetar sambil meringis kesakitan.
"Tutup mulut mu rapat-rapat, tanpa seorang wanita, kalian semua tidak akan ada di dunia ini!," Atama kembali berteriak dengan lantang.
PLAK!
BUGH!
BRAK!Kembali terdengar suara tamparan keras, namun sekarang tidak hanya satu orang yang melayang kan tamparan melainkan hampir 4 persen dari kerumunan di sana yang melakukan itu, bukan hanya tamparan namun pukulan pun Atma dapatkan, hingga gadis itu tersungkur ke lantai dan kepalanya terbentur ke tembok dengan sangat keras.
Gadis itu hanya bisa pasrah tanpa bisa membela diri, tanpa bisa kabur, tanpa bisa menghindar.
Sura gemuruh sorakan terdengar dari mulut orang-orang yang tidak mempunyai rasa kemanusiaan itu, penderita, kesakitan yang di rasakan oleh Atma ibarat hiburan yang begitu memuaskan bagi mereka."DEMI TUHAN, JIKA SAYA MATI DETIK INI, SAYA TIDAK AKAN BERHENTI MENCARI KEADILAN," Teriak Atma sambil menahan rasa sakit yang begitu mendalam. Namun beberapa saat setelahnya terdengar suara seorang peria yang menggantikan aksi kekerasan para mahasiswa yang tidak terpelajar itu.
"BERANINYA KALIAN MENGANIAYA PUTRI SEORANG JEDRAL!," teriak seorang peria yang tak lain adalah Letnan Jendral Hasbullah Syahir, jendral sekaligus Ayah kandung Atma.
Mendengar suara itu, sontak semua orang yang ada di sana berhamburan melarikan diri.
Dengan panik, sang Ayah menghampiri putrinya, mata sang Jendral terlihat berkaca-kaca, bagaimana tidak, putrinya kandungnya di penuhi luka lebam di sekujur tubuhnya."Ayah, akan mencari keadilan itu Nak, keadilan untuk kamu, Ibumu, dan wanita-wanita di luar sana," ucap sang Ayah dengan nada sendunya.
Atma menggenggam tangan sang Ayah, Atma memandang wajah teduh Ayahnya itu kemudian berkata
"Demi Tuhan Ayah, Atma akan mencari keadilan itu sendiri, namun jika waktu nya Atma pergi, Atma titip suara pada Ayah, suarakan keadilan bagi masyarakat yang membutuhkan keadilan," ucap Atma pada Ayahnya.
Mendengar itu sang Ayah mengangguk patuh, hingga di detik berikutnya, sang Ayah mengangkat tubuh putrinya yang terpenuhi oleh luka, dengan gesit Sang ayah mengendong putrinya untuk di bawa ke rumah sakit.Keadilan adalah satu kata yang menyimpan makna, namun tidak semua orang mau mengakui makna sebenarnya, keadilan? Adalah hal yang seharusnya bisa di nikmati bisa di dapati setiap masyarakat, namun sebelum kata keadilan di tetapkan, ada pihak tidak bermoral yang sudah menyimpang kata tersebut.
Jika keadilan adalah 'adil' tidak mungkin ada jiwa yang menangis untuk mendapatkan nya, jika Keadilan adalah 'adil' tidak mungkin akan ada jiwa yang di tuntut karena kesalahan yang tidak dia lakukan. Jika keadilan adalah 'adil' kenapa banyak petinggi yang memilih uang usang ketimbang harga diri?. Jika keadilan memang 'adil' lantas mengapa.....mengapa selalu rakyat yang mati dalam kesengsaraan.
Setelah di bawa ke rumah sakit, sang Ayah kembali ke kantor nya, untuk menjalankan tugas seperti bisa ya.
Seperti biasanya juga, selalu saja ada petinggi negara yang datang, untuk bertemu dengan Ayahnya."Selamat siang, jenderal Hasbu, saya mendengar bahwa kamu, melaporkan beberapa siswa di kampus Semseta, terkait penganiayaan terhadap putri mu, apa itu benar?" tanya petinggi pada sang Jendral. Mendengar itu Jendral mengangguk pelan.
Petinggi itu mengeluarkan sejumlah uang, yang di letaknya di dalam sebuah tas kecil berwarna hitam.
"Cabut laporan itu, karena salah satu dari yang anda laporkan adalah Putra saya, Terima uang ini," ucap petinggi itu.
Mendengar itu, raut wajah sang Jendral yang tadinya terlihat santai kini terlihat tersulut emosi.
"Tenanglah Jendral, lakukan apa yang saya katakan, atau saya akan membuat kamu di pecat dan jangan salah kan saya, jika kamu dan keluarga mu, habis terbantai. Lagian, saya heran mengapa kamu begitu mencintai anak gadis mu itu, anak itu hanya wanita lemah, dan wanita itu sangat rendah, dia tidak bisa menjadi penerus mu, dia tidak bisa menjadi pemimpin," ucap sang petinggi di akhiri dengan kekehan.
"Ambil uang ini, saya tidak punya cukup waktu untuk bermain-main lagi," ucap petinggi itu.
Dengan rasa gelisah, dan berat hati, sang Jendral pun mengambil uang tersebut dan menyetujui apa yang di katakan oleh petinggi tersebut. Sang Jendral tentu tidak ingin mengambil resiko, terhadap ancaman petinggi itu."Maafkan Ayah, Atama, Ini demi keselamatan kita semua," ucap sang Jendral, sambil menatap hampa ke arah pintu, yang terbuka karena kepergian petinggi itu.
Sejatinya, keadilan akan selalu gagal di dapatkan ketika lawan mu berpangkat lebih tinggi, setiap kasus selalu di selidik, setiap kasus memiliki bukti, namun terkadang kekuasaan dan uang mampu merampas keadilan, kejujuran adalah hal paling mahal di dunia, jiwa-jiwa yang memiliki rasa kemanusiaan akan di buat buta oleh jiwa-jiwa yang memaksa untuk di menangkan. Duri mawar bisa terlupakan oleh merekahnya bunga, Asam jeruk bisa terlupakan akibat lidah yang mati rasa.
Di sisi lain, Atma yang terbaring di bangkar rumah sakit, sambil mendengar kan sebuah radio yang berada di atas meja yang ada di ruangan putih itu.
Atma mendengarkan, berita-berita panas tentang keadaan negara, tentang berbagai macam kejahatan yang korbannya kebanyakan perempuan dan anak-anak kecil tak berdosa. Berita panas tentang keadaan negara yang katanya menjunjung tinggi keadilan, namun 'adilnya' hanya untuk orang-orang yang berpangkat.............
Jadilah perempuan cerdas, agar kecantikan mu tak sia-sia, jadilah perempuan cerdas agar kamu tidak di kendalikan oleh dunia__NEGRI SERIBU DUSTA.
KAMU SEDANG MEMBACA
NEGRI SERIBU DUSTA
Ficción histórica"Dengarkan gadis ringkih ini berbicara Tuan, Aku ingin merdeka tanpa dusta"___ seorang gadis yang tubuhnya lebam-lebam dengan luka, wajah cantiknya tak lagi terpancar, mata sebab, sudut bibir penuh luka, siapa gadis itu? mengapa kakinya tak beranjak...