Dini Hari

26 4 0
                                    

Diperjalanan, Selena merasa tidak nyaman. Dia seperti boneka kayu yang berada di bawah kendali manusia. Kedua tangannya masih setia digandeng, pipinya yang tiba-tiba gatal membuatnya ingin menggaruk namun apa boleh buat, dia sedang tertekan

Semakin didiamkan rasanya semakin gatal, akhirnya gadis itu tak bisa menahan lagi dan menghentakkan kedua tangan yang berhasil terlepas membuat Sior maupun Migel terkejut dan memberhentikan langkahnya

"Bisakah kalian sedikit santai? pipiku gatal susah untuk menggaruknya kalau tanganku terus dikekang seperti itu. Aku juga bukan buronan yang harus dikawal seperti aku sudah melakukan aksi kriminal saja" Keluh Selena yang panjang lebar itu membuat kedua pria itu tertegun, ini sangat tiba-tiba

Sior maupun Migel tau kalau mereka ini memang bukan orang baik, emosinya yang kadang naik turun, makanya sering disebut jahat. Namun Selena juga berhak marah, sabar ada batasnya. Kalau dia memang ditakdirkan untuk diculik ya diterima saja. Tapi jangan sampai menggaruk pipi sendiri saja susahnya minta ampun

"Selena" Panggil Migel mencoba untuk menenangkan gadis itu. Tangannya terulur untuk menepuk pundak Selena, tapi gadis itu segera menepisnya. "Aku bisa jalan sendiri. Lagi pula tas ku berat, kubawa sendiri saja"

Ucapnya kemudian, mengambil alih tas belanjaannya dari tangan Sior secara paksa. Kalau mereka bersikap kasar, Selena bisa lebih kasar dari yang mereka duga

Gadis itu menyuruh Sior untuk berjalan di depan, dia akan tetap di tengah dengan formasi yang berbeda dengan Migel di belakangnya

"Awas saja kalau sampai salah satu dari kalian ada yang menyenggolku, aku akan teriak sekencang-kencangnya"

Masih di dalam suasana hati yang mendung, Selena berhasil membuat dua pria itu menjaga jarak. Padahal yang dia ucapkan hanya ancaman saja, namun memang terdengar meyakinkan

Jalanan yang mereka lewati sudah memasuki area padat penghuni. 5 meter dari posisi ada banyak toko seperti di kotanya. Namun karena Masih terlihat asing, Selena tidak tau dirinya berada dimana sekarang

Meskipun terlihat anteng, Sior yang berjalan memimpin mempunyai banyak pikiran. Dia banyak membatin hari ini, berkat ulah Selena yang tidak biasa itu. Seperti berfikir, sejak kapan Selena menjadi pemarah dan berani membentaknya

Apakah badan besarnya tidak cukup untuk menakut-nakuti gadis itu. Sangat mustahil jika dua pria setinggi hampir 2 meter dengan badan kekarnya malah menciut saat dibentak gadis yang lebih mungil dari mereka

Ketiganya begitu senyap, tidak ada yang bersuara. Hanya Sior saja yang beberapa kali menoleh ke belakang, memastikan 2 manusia dibelakangnya tetap mengikuti. Angin subuh menerpa ketiganya, membuat helaian rambut terkibas beberapa. Sampai dimana Sior memberhentikan langkahnya tiba-tiba, membuat Selena dan Migel yang tak begitu fokus saling menabrak punggung didepannya

"Kenapa?" Tanya Selena yang hampir memarahi Sior namun tertahan saat pria itu menyuruh mereka untuk diam

"Migel, arah toko"

"Sial"

Entah apa yang mereka bicarakan, Selena melihat kesana-kemari mengamati apa yang sebenarnya terjadi. Perginya Migel juga membuat Selena makin kebingungan

"Ikut aku, kita akan mengantarmu setelah ini" Ucap Sior sambil menggeret Selena, keduanya berjalan ke arah yang berbeda dengan yang dilewati Migel tadi

Jalannya cepat sekali, membuat Selena yang membawa tas berat ditangannya kerepotan. Namun kalau dia bersuara sekarang energinya akan habis 2 kali lebih cepat. Apalagi langkah Sior yang lebar jika dibandingan dengan langkah kaki Selena membuat Selena harus berlari kecil untuk menyeimbangkan badannya

Belum jauh mereka pergi, ada 3 orang terlihat mengikuti. Jalan Sior semakin cepat karena orang-orang itu semakin mendekat. Sampai akhirnya "Selena lari!" Ucap Sior tanpa hitungan membuat keduanya berlari sekuat tenaga

Tentu saja masih dengan Selena dan barang belanjaannya, tangan gadis itu rasanya mau patah saja. Apalagi tangan satunya masih digandeng Sior dengan erat

Jalanan berliku-liku mereka lewati demi menghindari kejaran dari orang-orang yang mengikuti mereka. Selena semakin jengkel dibuatnya, dia tidak mengenal orang-orang itu, ataupun mempunyai masalah dengan mereka. Namun kenapa dia harus merasakan kesengsaraan yang seharusnya tidak dia dapatkan. Berlari membawa barang berat itu susah dikondisikan

"Aku akan benar-benar membencimu setelah ini" Kata-kata yang keluar begitu saja dari mulut Selena. Sebuah ungkapan yang mendalam dengan intonasi sarkas dan dinginnya membuat Sior berhenti seketika

Mengambil tas dari tangan Selena. Tanpa mengeluarkan sepatah kata, pria itu melanjutkan langkahnya dengan tangan yang masih setia menggandeng gadis yang dia culik semalam

Sudah sekitar 30 menit berlalu, Selena beberapa kali menoleh ke belakang untuk mengecek, sudah tidak ada yang mengikuti mereka lagi

Sior juga sudah memperlambat langkahnya, tangannya sudah terlepas dari tangan Selena. Membuat gadis itu merasa sedikit lega dan memilih berjalan di belakang Sior sambil mengatur kembali nafas nya

"Kau tahu, terakhir aku berlari itu 10 tahun yang lalu" Sior tahu, tapi dia memilih untuk diam dan enggan menanggapi. "Meskipun tidak seberapa rasanya tapi lambungku seperti sedang terbakar sekarang"

Keduanya duduk di salah satu kursi panjang pinggir jalan, Sior mengernyit beberapa kali, nafasnya masih memburu. Selena yang melihat itu memicingkan matanya, mulutnya sudah siap mengeluarkan kata-kata. Namun tangan Sior lebih cepat menutup bibir mungil itu dengan tangannya
"Jangan sekarang, kau bisa memarahiku nanti" Kata Sior dengan suara yang lemah, membuat Selena bergeser membuat jarak antara duduknya

"Kalau kau seperti ini, lalu kenapa berani-beraninya menculikku? Keuntungan apa yang kau dapatkan setelah ini? Seharusnya kau menculik anak orang kaya, peras orang tuanya dengan tebusan yang besar. Jadi kau tidak perlu bersusah payah mengancam nyawa untuk mendapatkan uang"

"Ide bagus, tapi aku sudah punya uang banyak. Untuk apa aku mencari uang lagi?"

"Terus kenapa kau menculikku? Sior gila!"

Akhirnya, makian yang selama ini dia tahan keluar juga. Selena berhasil mengeluarkan unek-uneknya, dan berhasil memaki pria pirang itu. Seperti yang dibayangkan, Sior melongo dibuatnya. Rasanya bukan hanya dimaki dengan lisan tapi juga kepalanya dipukul dengan keras lewat kata-kata Selena

"Apa? Mau menarik rambutku lagi?"

"Tidak, kenapa kau mengatakan itu dengan mudahnya?"

"Karena aku punya mulut"

"Tap-" ucapan Sior tertahan, dia memilih diam dan kembali menyenderkan dirinya. Badannya terlihat semakin lemas, wajahnya pucat dan tidak ada energi menggebu-gebu seperti biasanya. Selena bingung dia harus senang atau khawatir dnegan situasi ini
Dilain sisi dia juga bingung harus menolong Sior dengan apa. Tidak ada orang disini selain mereka. Kalau Selena mencari bantuan dan meninggalkan Sior disini apa yang akan terjadi?

Migel juga belum datang, kemana perginya dia? Sebenarnya apa yang tidak diketahui Selena? Apa ini masih menyangkut dengan keluarganya?

"Sior" panggil Selena saat Sior diam dengan mata tertutup. Harusnya kesempatan ini bisa dia gunakan untuk kabur dari Sior. Dengan kondisinya yang lemah, pasti Sior tidak kuat jika harus mengejar Selena. Namun gadis itu malah tetap duduk tanpa berniat untuk mengangkat pantatnya

Sior yang dipanggil hanya membuka matanya, tanpa bergerak. Perutnya sakit seperti melilit, kepala pusing dan keringan keluar deras dari dahi sampai seluruh badannya. Apa mungkin salah makan? Tetapi dia hanya makan sekali semalam. Nasi goreng dengan telur ceplok seperti yang dimakan Selena dan Migel

"Kau kenapa?" tanya Selena yang mendapat gelengan dari Sior. Mendapati respon Sior yang tidak ada untungnya, Selena dengan tidak sopan menyibakkan rambut depan Sior yang berantakan. Menempelkan punggung tangannya ke dahi pria itu lalu ke dahinya sendiri untuk mengecek perbedaan suhu Sior dengan suhunya. Sior panas.

Selena lalu membuka tas belanjaannya, menggeledah mencari sesuatu untuk dia berikan ke Sior. Dan menemukan sebungkus roti yang sempat dia beli di pasar malam itu

"Kalau kau mati disini, aku yang disalahkan." Ucapnya sambil menyodorkan roti ke Sior "Makan, kau tidak boleh mati sekarang. Aku masih perlu menghajarmu lain kali"

...

Bloodline RivalryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang