Final Agreement. (END)

493 63 49
                                    

"Apa aku harus berlutut?"

Mendengar suara lelaki itu yang bergetar, membuat Hinata perlahan mendongak kan kepala nya menatap Naruto, ia pun terkejut tatkala melihat mata lelaki itu yang tampak memerah berkaca-kaca.

Hinata memilin bibir nya saat melihat wajah menyedihkan Naruto yang berhasil membuat nya merasa bersalah.

Sebagai jawaban atas pertanyaan lelaki itu, Hinata pun menggeleng kecil, ia tak mungkin tega membiarkan lelaki itu menjatuhkan harga diri dengan berlutut pada nya, dan sesungguh nya ia sangat tahu betapa besar lelaki itu mencintai nya.

"Maafkan aku ya" pinta Naruto bersungguh-sungguh dan meraih tangan Hinata dengan ragu-ragu, sungguh takut mendapat tepisan kembali.

"A-aku juga minta maaf" cicit Hinata pelan dan membunuh ego nya, ia sadar bahwa sebetulnya masalah ini menjadi begitu larut karena tingkah kekanakan nya serta sikap keras kepala nya sendiri, jujur ia juga tak sanggup melepas Naruto, dua minggu berpisah saja membuat nya hampir gila.

Darah Naruto pun terasa mengalir kembali, diikuti dengan rasa lapang di dada, sungguh lega mendengar ucapan gadis itu dan tak mendapat tepisan kembali. Lelaki itu menarik napas dalam dan tanpa sabar langsung memeluk gadisnya.

"Tolong jangan pernah minta berpisah lagi" pinta Naruto dengan sendu dan mencium lama kepala Hinata seraya melepas kerinduannya.

Kala itu ia begitu terkejut hingga tak sanggup berkata-kata saat Hinata meminta berpisah, ia sangat mencintai Hinata dan cinta nya telah habis untuk gadis ini seorang.

Hinata pun mengangguk dalam pelukan sang kekasih seraya membalas pelukan dengan air mata yang telah jatuh bercucuran.

Setelah cukup lama berpelukan dan saling menangis, dengan lembut pelukan mereka pun terlepas. Naruto tersenyum lembut seraya mengusap pipi Hinata yang basah dengan air mata. Hinata mendongak dengan tangan yang turut terangkat untuk menghapus air mata di pipi Naruto.

"Kau menangis" ucap Hinata lalu terkekeh kecil untuk mencairkan suasana.

Naruto mengangguk dan tersenyum, sungguh senang mendapati Hinata yang kembali tertawa untuk nya.

Tak mau kalah, Naruto mengusap hidung Hinata "ingus mu kemana-mana" ucap nya lalu terkekeh membuat Hinata terkejut dan malu, gadis itu pun mengenyahkan cepat tangan Naruto, dengan tergesa ia berbalik dan mengambil sapu tangan di dalam tas salempang kecil nya.

"Hey tidak usah malu, seperti pada orang lain saja, mana sini aku bersihkan ingus mu" tawar Naruto mencoba merebut sapu tangan Hinata.

"Naruto berhenti berkata begitu!" Omel Hinata kesal sambil menyikut perut lelaki itu yang malah membuat tawa Naruto semakin kencang, ia senang karena mereka telah berbaikan.

Sesaat kemudian, tawa Naruto pun terhenti. Lelaki itu diam membisu tatkala teringat sesuatu, ia pun mulai berpikir keras.

Sementara Hinata yang menyadari gelagat aneh dengan wajah gelisah dari Naruto pun mengernyit, ia menyimpan sapu tangan nya kembali dan menatap cemas sang kekasih.

"Ada apa?" Tanya Hinata penasaran seraya menatap lekat wajah Naruto.

Lelaki itu meneguk ludah susah payah, tak ingin melewatkan kesempatan, lelaki itu membungkuk meraih tas di dekat kaki nya, dengan tergesa ia meraba dan mencari sesuatu disana.

Naruto lalu mengeluarkan sebuah kotak kecil, mengambil sebuah benda dari dalam sana dan melemparkan kotak itu kesembarang arah, lalu dengan terburu-buru menyematkan benda kecil itu di jari manis Hinata.

Sementara Hinata sedari tadi hanya melongo memperhatikan tingkah grasak-grusuk sang kekasih yang berakhir meraih tangan nya.

Hinata mengerjap lucu melihat tangan nya yang kini telah dilingkari sebuah cincin dengan batu permata kecil yang sangat indah, masih belum dapat mencerna, ia pun memandang Naruto dengan wajah polos meminta penjelasan.

Can I Stay With You? -NaruHina- ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang