CHAPTER 02

2.3K 292 539
                                    

Ku tusuk salah satu sosis di piring dengan garpu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ku tusuk salah satu sosis di piring dengan garpu. Pagi ini ibu ada rumah. Membuatkan sarapan untuk ku juga. Rambut panjang gelombangnya basah. Ibu baru selesai mandi begitu dia membuatkan sarapan.

Semalaman aku tertidur di dalam lemari ibu. Beruntungnya begitu aku terbangun. Ibu terdampar tak sadarkan diri di atas kasur. Sendirian tanpa kehadiran orang yang sepertinya ayah ku itu. Sayang sekali, padahal aku sangat penasaran seperti apa wajahnya.

Aku melirik ibu yang menyantap sarapan dengan menu yang sama. Mulutnya terus mengunyah. Tapi fokusnya itu hanya untuk ponselnya saja. Aku sungguh penasaran. Aku sangat ingin mengetahui siapa dan seperti apa wajah ayah ku itu. Tapi aku terlalu takut untuk bertanya. Merusak mood ibu di pagi hari itu malapetaka.

"I--ibu, ibu tidak lu--lupa so--soal pe--pe--perlombaan ku kan Bu? I--ibu da--da--datang kan?"

Ibu mengabaikan ku. Dia asik dengan benda pipihnya.

"I--ibu ... Ku--"

"Mocca, kenapa kau sangat memaksa ku?! Ada pelatih mu bukan? Dia akan mendampingi mu! Aku sibuk bekerja! Sekolah tempat kau belajar itu bukanlah sekolah dengan biaya murah!"

"Ta--tapi, ta--tapi ha--hari pe--pe--perlombaannya itu di a--akhir pekan. Se--seharusnya i--bu libur."

Ibu melempar garpunya. Hampir saja bagian tajam itu mengenai mata ku.
"Astaga anak ini! Aku sudah lelah dengan mu tahu! Banyak sekali keinginan mu! Kau pikir aku ini hidup hanya untuk mu?! Kau sudah menyusahkan ku sejak dalam kandungan! Masih untung aku tidak menggugurkan mu! Kalau aku tahu kau itu gagap! Sejak dulu aku sudah membunuh mu di dalam kandungan!"

Setetes air mata lolos di kedua mata ku. Aku sungguh terkejut. Ibu berteriak, memarahiku— Itu sudah sering. Hati ku juga sudah biasa terluka oleh kata-katanya. Tapi anehnya hari ini aku tidak bisa menahan air mata ku.

"Ma--maaf su--sudah me--menyu--nyusahkan mu ibu. A--aku, a--aku ju--juga ti--tidak mau terla--lahir ga--gagap." Nafsu makan ku hilang. Ku taruh garpu yang ku pegang ke atas piring. "Te--terimakasih. A--atas, atas ma--makanannya."

Aku turun dari kursi. Berjalan menuju kamar ku. Melihat ku menangis karna ulah kata-katanya. Ibu terdiam. Sepertinya dia terkejut.

Bantal ku basah oleh air mata ku. Tidak ada seorang anak yang ingin terlahir dengan kekurangan. Aku hanya ingin ibu datang. Aku ingin ibu melihat hasil latihan ku. Bertepuk tangan, melontarkan kalimat pujian.
Hanya itu. Sangat mudah tapi berat untuk ibu lakukan.

Aku hanya ingin kehangatan dari ibu ku. Untuk mengambil laporan nilai sekolah ku saja. Ibu tidak pernah datang. Ibu selalu mendatangkan wanita yang tidak ku kenal untuk mengambilkan hasil belajar ku itu. Aku tak pernah menanyakan namanya aku tidak suka dia.

Sibuk membasahi bantal. Pintu kamar ku mendapatkan ketukan.

"Mocca ..."

Itu suara ibu. Knop pintu bergerak-gerak. Ibu berusahalah membukanya. Namun hasilnya sia-sia. Aku sudah menguncinya.

STAINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang