Mulai Hari Ini

17 4 0
                                    

Toko Sania tutup selama 3 hari setelah kembalinya Selena. Sania juga melarang gadis itu untuk bepergian sendiri. Dia pasti akan menemani kemanapun Selena pergi

Selama 3 hari itu, mereka tetap ke toko untuk bersih-bersih. Merapihkan kembali toko yang sempat tidak diurus selama 1 hari 2 malam, yang masih menyisakan beberapa roti di dalam

"Rotinya tidak basi, tapi ini juga tidak layak untuk dijual"

"Kita makan sendiri saja"

"Kau mau sakit perut, Selena?"

"Hanya perlu membuang bungkusnya lalu menghangatkannya kan? Tidak akan membuat kita sakit perut kak Sania. Aku yang membuatnya, jadi kak Sania harus percaya padaku"

Dengan yakin dan percaya diri secara tidak langsung Selena membanggakan dirinya sendiri. Roti buatannya tanpa bahan pengawet, namun bisa tahan sampai 3 hari meskipun tidak disimpan di dalam lemari pendingin. Asal bungkusnya masih tersegel, Rotinya dijamin aman

Namun jika untuk dijual, sebisa mungkin Sania akan menjual Roti yang baru dan hangat. Biasanya kalau lebih, malamnya akan mereka bawa dan dikasihkan ketetangga atau anak kecil yang masih berkeliaran di jalan. Atau Selena simpan untuk camilan malam. Namun selama kurang lebih 1 bulan ini toko Sania selalu ludes dan jarang tersisa. Itu kenapa membuat Selena harus sering berbelanja

Sekarang, mereka tidak perlu berbelanja keluar lagi. Ada Rigo yang siap mengantarkan belanjaannya. Rigo tiba-tiba menjadi kurir di toko ibunya

Saat bibi toko mendengar kalau sehari sebelum bibi pulang Selena pernah menghilang, bibi langsung menyuruh Rigo untuk rutin mampir ke toko Sania. Terutama saat beliau baru saja kembali dari desa, Rigo seperti tidak diijinkan masuk rumah sebelum Sania dan Selena menutup tokonya

Tentu saja, Selena merasa tidak enak jika harus merepotkan semua orang. Jadi dia mencoba untuk memastikan kalau selama ada Sania, Selena aman

Dengan begitu Rigo hanya bertugas sebagai pengantar belanjaan mereka di setiap 3 hari sekali

Dan hari ini, hari pertama toko roti Sania kembali buka, Selena sudah bersiap untuk memulai kembali rutinitasnya. Namun saat mencari satu barang yang biasanya dia pakai, Selena kebingungan karena barang itu tidak ada

Dan seketika dia teringat kalau ternyata barangnya tidak ada disini sejak 3 hari yang lalu. Akhirnya Selena menemui Sania untuk meminta yang lain

"Terakhir kali kau pakai saat ingin berbelanja kan? Aku lupa memberitahumu waktu itu"

Benar, apron coklat Selena tertinggal di Sior, Selena lupa membawanya saat kembali. Pasti sudah Sior buang entah kemana karena barangnya tidak begitu penting bagi pria itu
"Sepertinya aku lupa menaruh karena sibuk mencari jalan"

"Tidak masalah Sel, ada banyak di lemari. Jika perlu aku akan membuat yang baru dengan warna lain. Apa yang bagus? Abu-abu atau merah maroon?"

Selena cekikikan mendengar Sania yang seperti mencoba untuk tidak membuat Selena merasa bersalah. Dia juga lebih sering melontarkan lelucon yang entah darimana belanjarnya. Galaknya juga berkurang, tidak lagi seperti harimau liar yang pernah Selena bahas dengan bibi toko

"Apapun itu akan ku pakai Kak"

"Bagus, anak baik"

Memulai kembali, Selena memang masih terbayang-bayang malam yang dingin itu. Dua pria membawanya secara paksa, bahkan tubuhnya masih pegal-pegal rasanya karena semalaman hanya diduduk di kursi dan berjalan berpuluh kilometer

Anggap saja yang sudah berlalu itu ujian olahraga berat, batinnya
Yang harus dia lakukan sekarang, kembali memanggang roti sebanyak-banyaknya karena antrian di toko Sania semakin panjang

"Ini pasti selama 3 hari mereka sangat merindukan rotimu kak"

Sania mengangguk, lalu bersuara "Kenapa tidak ada yang merindukanku? bukankah aku terlihat lebih cantik dari roti-roti ku?"

Lelucon itu lagi, Selena memilih untuk tidak menanggapi dan berlari ke dalam dapur. Mengangkat beberapa rotinya yang sudah matang. Membuat Sania cemberut dan berdecak tak terima

"Selena!"

"Tapi sepertinya kalau ingin terlihat lebih cantik harus ditepungi secara tebal dulu seperti roti-roti ini"

Bukan Selena yang menjawab, salah satu pelanggan toko yang ingin membayar tiba-tiba menimbrung. Hampir saja Sania memarahinya karena merasa jengkel, namun tertahan karena kalau dia terlihat galak yang ada pelanggannya akan kabur

Alhasil tersenyum ramah yang bisa dia lakukan sekarang. "Ingin membayar?" tanyanya dan mendapat anggukan dari orang didepannya

"Ini sudah ketiga kalinya kau kemari"

"Betul, aku berencana untuk datang setiap hari. Sayangnya tokomu tutup selama 3 hari, aku kebingunan membeli roti dimana lagi yang enak. Untung saja hari ini kau buka"

"Terimakasih, semoga rotiku bisa menemani hari-hari mu"

"Tentu saja, semoga kau juga"

Pelanggan itu pergi setelah mengatakan kalimat terakhirnya, senyumnya masih membekas di kepala Sania. Manusia menjengkelkan yang tidak bisa Sania marahi, disisi lain Sania merasa beruntung karena semakin banyak orang yang tau akan nikmatnya roti di tokonya

Tanpa disadari Sania, Selena mengintipnya dari balik tembok perbatasan antara dapur dan kasir yang memiliki lubang persegi panjang dengan ditutupi gorden itu

"Sepertinya ada yang merindukanmu kak" Ceplos Selena berhasil membuat Sania langsung berbalik karena terkejut

"Semoga kau juga" Dengan intonasi yang sama seperti yang diucapkan orang tadi. Selena menggoda Sania sampai wajah perempuan itu dibuat merah merona karena menahan salah tingkahnya

"Selena! Awas ya! Aku akan mencarikanmu jodoh nanti saat pulang dari toko"

"Tidak mau, aku masih ingin menikmati masa mudaku"

"Biar saja, setidaknya harus ada laki-laki yang bisa menahanmu untuk tidak menggodaku"

Selena muncul, dengan kedua tangannya yang ditaruh di pinggang. Tangan Sania sudah siap dengan posisi seperti sedang silat. Dan dengan hitungan detik, keduanya malah beradu saling menggelitik

Begitu menyenangkan interaksi antara kakak beradik yang tak sedarah ini. Selena beruntung bisa bertemu dengan Sania dan Sania juga beruntung bisa memiliki adik seperti Selena

Suara pintu menghentikan mereka, menyisakan tawa dan tangisan kecil dari Sania yang tidak bisa menahan kegeliannya. Membuat seseorang yang baru saja masuk merasa kebingungan menatap kedua gadis didepannya

"Kalian kenapa?"

Keduanya hanya menggeleng dengan senyuman 3 jarinya. Rigo yang datang membawa pesanan belanjaan. Ditemani Bito yang berjalan di belakangnya

"Rigo, kau cocok sekali menjadi ayah Bito" Kata Sania yang mendapat gelengan dari Rigo

"Apa yang kau ajarkan sampai dia terus mengikuti kemanapun aku atau ibuku pergi?"Tanya Rigo ke Selena yang sudah berpindah mengelus bito di dekat pintu

"Untuk terus menjaga pemiliknya, aku memberitahu bito untuk tetap di samping orang yang merawatnya. Namun aku tidak menyangka kalau bito akan mengikutimu. Pasti kau juga ikut merawat bito sekarang"

"Hanya memberinya makan dan minum sesuai perintah ibuku"

"Itu sudah bagus, jika besar nanti bito bisa menamanimu bermain bola"

"Ada ada saja kak Sania"

Dari luar, toko Sania terlihat hangat dengan lampu kuning di setiap sudutnya. Bunga-bunga kecil di depan toko yang tidak kunjung tumbuh besar itu ikut menghiasi toko Sania. Hanya terhalang kaca yang transparan dari dalam dan luar membuat orang-orang yang lewat bisa melihat bagaimana keadaan toko roti Sania

"Bagaimana kabarnya?"

"Dia terlihat baik-baik saja"

...

Bloodline RivalryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang