Mingyu tidak pernah sekalipun, sekalipun, melarang Wonwoo membeli tanaman-tanaman hias baru untuk apartemen yang akan mereka tinggali bersama 3 minggu lagi. Meskipun pada kenyataannya Wonwoo seringkali menginap disana, semenjak kantornya memaksa dia untuk lembur hampir setiap hari selama sebulan. Dan sejak itu pula Wonwoo mulai melakukan beberapa perubahan pada apartemen Mingyu perlahan. Alasannya karena Wonwoo tidak terlalu suka suasana industrial yang Mingyu ciptakan. Rumah pengantin baru harus hijau, segar, katanya. Sementara pasangannya yang takut dengan serangga itu dengan sangat sengaja tidak menaruh tanaman apapun karena akan mengundang teman kecil datang ke balkonnya.
"Bub, ayo balik yuk.. laper nih.."
Wonwoo yang sedang berjongkok memperhatikan Kaktus kemudian berdiri dan menyeka tanah kering pada celana di bagian betisnya.
Wonwoo tersenyum kecil, puas melihat tambahan 4 pot lagi tanaman rambat yang menurutnya akan cantik untuk diletakkan di balkon. Disekanya peluh di atas hidung bangir Mingyu, kemudian mengangguk.
"Iya ayo pulang. Udah banyak ini juga.."
'Terlalu banyak, Bub..' keluh Mingyu dalam hati.
Hari ini Sabtu sore. Mingyu dan Wonwoo seharian di luar rumah. Pagi tadi keduanya pergi ke pasar modern untuk membeli beberapa bahan makanan untuk mealprep Mingyu yang sedang diet dan stok buah-buahan untuk Wonwoo. Setelah itu mereka kembali ke apartemen untuk menaruh belanjaan sebelum kemudian turun kebawah mall apartemennya untuk menonton film yang Wonwoo ingin tonton dari seminggu lalu. Kemudian Wonwoo agak sedikit memaksa Mingyu untuk kembali membeli tanaman untuk 'rumah masa depan' mereka berdua.
"Jam berapa kamu harus jemput Ichan, Gyu?"
Mingyu menengok jam tempel di dashboard mobilnya.
"Lagi dibawa Ibu kondangan di Bogor, Bub. Nanti habis antar kamu pulang, aku jemput dia ke Bintaro."
Wajah Wonwoo agak sedikit sedih.
"Yah, gak ketemu anak aku dong.."
"Aku juga udah 3 hari kan gak ketemu. Payah banget dia terlalu betah di Bintaro. Nanti aku salamin deh.."
Kali ini Wonwoo terkekeh, namun ada ekspresi yang sulit ditebak dari pria yang sedang menyetir disebelahnya.
"Gak kerasa banget dia udah gede aja. Senin nanti udah masuk TK. Perasaan tahun kemaren aku masih repot ngomel soal dia gak bisa lepas pampers."
Tatapan Mingyu ke Wonwoo menghangat, dengan senyum yang juga lembut. "You did a good job raising him well, Gyu. You such a great papi for him."
Mingyu menggeleng.
"Aku berusaha, Bub. Dia mau apa, aku turutin. Dia mau ngapain, aku ikut. Tapi disaat yang bersamaan, aku ngerasa jadi overwhelming karena aku yang maksa diri aku sendiri untuk sangat memenuhi 2 role buat dia."
Perjalanan ke rumah sore itu agak macet. Wonwoo tidak berusaha menghakimi apa yang telah Mingyu usahakan terpenuhi untuk anak semata wayangnya itu. Mingyu sangat sensitive kalau soal Ichan.
"I'll be there soon, Gyu.. aku akan bantu kamu. Ichan kan anakku juga.."
Mingyu meraih jemari Wonwoo dan mengecupnya beberapa kali.
"Lama banget sih 6 bulan lagi tuh.."
••••••••••••••••••
"Pokoknya gue mau nanti Jihoon, Jun, sama gue nanti standby di booth untuk assist calon pengantin yang datang ke booth kita dengan informasi yang selengkap-lengkapnya. Also... kalau nanti Jeonghan bener jadi datang ke booth, behave, inget ya?? Senyinyir apapun dia, inget kalo dia adalah satu-satunya jalan WO ini bisa naruh nama di wedding festival terbesar tahun ini. Well- dia emang selalu nyinyir mau gimana pun sih."
KAMU SEDANG MEMBACA
Ego Season
RomancePernahkah kamu berpikir bahwa setelah selama ini, apa yang kamu pikirkan secara positif, malah membawa sesuatu yang negatif di kemudian hari? Angin sore yang kamu sukai, lantunan sendok stainless steel ke mangkok yang didentingkan tukang bubur yang...