April Mop?

364 39 3
                                    

Wajah putih bersih, bulu mata lentik dan alisnya yang tebal, tak lupa juga mata tajam nya menatap kearah Gugun. hidung mancung dan juga bibir tebal yang semulanya mengucapkan kata kata ejekan, rambut pendek dengan sedikit acak acakan itu terlihat jelas oleh Gugun. Wajah itu, Bagaikan wajah seorang pangeran mimpi, yang hidup didunia nyata.

"Bahkan orang jahat kaya lu dikasih tuhan wajah yang sempurna. " Gugun berucap pelan, Gugun akhirnya melihat  wajah yang telah menjadi buronan satu negara itu. Gugun yang sibuk berkecamuk dengan pikirannya, tanpa sadar merasakan sebuah tangan mulai membelai pipinya. Gugun dengan cepat menepis kasar, dia melihat sebagaimana senyuman ejekan itu dilayangkan si pencuri, tak lupa juga dengan tawa ledeknya.

"Ngapain ngeluh? lu kan punya wajah manis juga? " Ucap pencuri itu seakan membujuk, Gugun geram dan dengan kesal mengangkat tangannya. Seakan akan sudah siap akan ajalnya, "Gausa banyak ngomong, cepat ambil nyawa gua. "

"Bisa ketemu orang seimut lu itu benar benar suatu berkah ya." Pencuri itu mulai mengangkat pistolnya, mengarahkan tepat didepan Gugun. Gugun memejamkan matanya, sudah terima dengan takdir. Dengan nyawanya yang akan menghilang juga hari ini.

DORR!

bunyi tembakan kembali terdengar, Gugun yang semulanya memejamkan mata mulai membuka nya dengan cepat. Dia tau, bukan dia yang ditembak. Tidak ada rasa sakit sama sekali. Dia melihat sekeliling, pencuri itu sudah mendekati lukisan mahal itu dan mengangkatnya, dan dengan perlahan mendekati Gugun. Gugun yang melihat itu dengan cepat menyiapkan kuda kuda ingin berkelahi, takut tiba tiba pencuri didepannya ini melakukan hal tak terduga.

pencuri itu menatap Gugun, mata itu saling memandang. Saling memuja ciptaan tuhan yang tiada tandingnya. Akhirnya si pencuri memutuskan kontak mata dan mulai melempar lukisan itu. Terdapat dua tembakan, ternyata yang ditembak pencuri itu bukan lah Gugun, melainkan lukisan itu. "Kenapa lu ga bunuh gua? "

"Biar gua ingetin lagi, April Mop. Lagian gua bukan Tuhan yang nentuin kapan lu mati. " Gugun mengalihkan pandangannya dari lukisan itu lalu menatap wajah sang pencuri, dan matanya terpaku terhadap senyuman manis pencuri itu. Gingsulnya terlihat jelas oleh Gugun, senyuman tanpa dosa. Pencuri itu tanpa rasa bersalah masih bisa tersenyum seperti itu setelah membunuh banyak polisi dengan kejinya?

"Panggil gua Sultan, jangan pernah lupain nama dan wajah gua ya, Gugun. " Suara itu kembali terdengar, Gugun merinding, entah sejak kapan pencuri itu melihat nametag nya. Tak lama dari itu, Gugun merasakan tangan seseorang mengelus rambutnya lembut. Dengan cepat dia berbalik, sialan. Kenapa pencuri itu sangat cepat menghilang!? bahkan Gugun tidak merasa pencuri itu telah menghilang dari pandangannya.

"Gugun!! lu gapapa!? " Suara teriakan Favian menggema di gedung, bahkan terdengar sampai ke rooftop. Gugun menatap kearah pintu, dan iaa pun menemukan Favian datang dengan nafas terengah-engah. Gugun dengan cepat berlari mendekati Favian dan mulai mengajukan pertanyaan, "lu liat ada seseorang turun dari sini ga tadi? " Favian yang mendengar itu hanya mengangguk, "Iya, tadi ada polisi dari atas, bilang lu sekarat. Makanya gua cepat cepat kesini. " Gugun mendengus sebal mendengar pernyataan itu, bagaimana bisa Sultan menyamar dengan cepat!?

"Itu pencurinya, sialan. Gua aja gatau dia bisa secepat itu menyamar, bahkan ngilang dari pandangan gua." Gugun lagi lagi menghela nafas kesal, setelah malam yang panjang dilewatkan, dia tetap tak bisa menangkap pencuri sialan itu. Gugun merutuki dirinya sendiri, kenapa bisa seceroboh itu? bahkan Gugun dibuat tak berdaya oleh Sultan. Dia malu, setelah diberi kepercayaan oleh Aran, dia malah tidak menghasilkan apa apa.

"Maafin gua Gun, gua terlalu panik dengar suara tembakan diatas, jadinya gua malah ngebiarin si pencuri lolos gitu aja" Favian mengucapkan nya dengan nada yang sangat menyesal, Gugun yang mendengar itu jelas menggeleng keras, "Ga, bukan salah lu. Gausah minta maaf, Daripada itu. Orang orang dilantai tiga gimana?"

 Little Police. (Aegun) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang