Pertemuan Pertama.

308 36 0
                                    

"Argh Gun! Gua tadi nyuruh apa? kejar kan? ngapain masih disini? pergi sana! " Gugun kaget, disaat seperti ini Aran masih bisa menyahut? Apakah ini saat terakhir nya Gugun mendengar Aran berbicara?

"Gua gabakal mati, tenang aja. Lagian pencuri sialan itu bilang gabakal bunuh gua sebelum waktunya. " Gugun yang mendengar itu hanya mengangguk dan menghapus air matanya, dimalam ini, entah mengapa. Gugun merasa lebih dekat terhadap Aran.

Gugun perlahan mulai bangkit dari duduknya, Tak lupa juga Gugun memberikan perintah terhadap Favian agar mengurus sisanya, Favian yang mendengar itu hanya menunjukkan jari jempolnya dan mengatakan "Santai aja, ini emang udah jadi tugas gua. "

Belari sambil mengumpat, itu yang sedang Gugun lakukan saat ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Belari sambil mengumpat, itu yang sedang Gugun lakukan saat ini. Entah sudah berapa banyak kata umpatan dia berikan terhadap pencuri itu. Yang pasti, Gugun berjanji agar membalas setiap darah yang mengalir dari para rekan rekan polisinya. Pintu lantai empat terbuka, atau lebih tepatnya pintu yang menuju rooftop. Angin mulai menyisir pelan rambut Gugun yang berkeringat, membawa Gugun terhadap dinginnya tengah malam. Benar, Jam sudah menunjukkan waktu dua belas lewat lima menit.

Dengan samar samar, Gugun melihat punggung pencuri itu, pencuri brengsek itu. Gugun berjalan dengan pelan, berharap suara kakinya tak terdengar sama sekali. dia mulai merogoh celananya, mencari pistol. Gotcha! dia mendapatkannya. Gugun mulai mengangkat pistolnya, dengan terlatih mengarahkan pistol kearah pencuri itu.

Gugun melihatnya, pencuri itu mengangkat tinggi tinggi lukisan yang sangat mahal itu, Gugun meringis. Jika saja itu Gugun, dia tidak bisa membayangkan seberapa banyak denda yang akan dia dapat jika menyentuh benda itu. Tepat sebelum Gugun menarik pelatuknya, pencuri itu berbalik.

DOR!!

Bunyi tembakan terdengar, menemani sunyi nya malam saat itu. Gugun memejamkan matanya, tidak rela melihat orang didepannya jatuh tersungkur karna hantaman peluru darinya. Terdengar suara benda terjatuh, tapi yang Gugun tau, pastinya itu bukan tubuh manusia. Dengan cepat dia membuka mata, benar. Pencuri itu tidak ada. Hanya menyisahkan lukisan mahal itu yang terkena tembakan Gugun. Tepat sebelum Gugun berbalik, Gugun merasakan tubuh nya tertahan. Tangannya yang tengah memegang pistol mulai gemetar. Merinding dan takut, itu lah yang saat ini Gugun rasakan.

Herpaan nafas berat seseorang Gugun rasakan diperpotongan lehernya, Tidak lupa juga suatu benda tumpul nan dingin menyentuh leher Gugun. Seakan akan memberikan peringatan, jika Gugun bergerak sedikit saja, benda itu tidak akan segan segan menggores lehernya.

"Polisi baru ya?" Keberanian yang semulanya Gugun siapkan kan tiba tiba lenyap seketika mendengar suara berat pencuri tersebut, suara itu tepat berada ditelinga nya. Menusuk kedalam otak, dan tidak akan pernah Gugun lupakan seberapa mengerikannya.

"Tapi gua salut sih sama keberanian lu, Polisi kecil. " Pencuri itu mulai angkat bicara lagi, Gugun mengerang sakit. Merasakan pisau itu mulai tergerak, tak terbayang betapa tajamnya pisau itu. Bahkan dengan gerakan sedikit saja, Gugun sudah merasakan darah mulai mengalir di lehernya.

"Kalian para polisi memang sebodoh ini ya? memberikan nyawa kalian dengan percuma. Benar benar gabisa diajak bercanda. " ejekan terus dikeluarkan dari mulut pencuri itu, Gugun yang semula daritadi menahan diri akhirnya mulai menggerakkan kakinya, berusaha menendang pencuri itu.
Namun seakan akan sudah tahu hal tersebut, pencuri itu dengan cepat menghindar dan menjauh dari Gugun.

Gugun dapat melihat pencuri itu tengah menggunakan topeng, tidak lupa juga dengan seragam polisi yang masih ia gunakan. Saat Gugun ingin mengangkat pistolnya, dia pun terkejut. Sejak kapan dia melepaskan pistolnya? Dia mulai menatap lagi ke arah pencuri itu, dan Gugun pun dibuat terdiam seribu bahasa. Pistol itu diarahkan tepat didepan Gugun, Ya. Pistol itu telah berada ditangan si pencuri.

"Gua beri lu satu permintaan. " Gugun mendengar itu tercengang, disaat nyawa nya tengah diambang maut begini, pencuri itu masih bisa memberikan permintaan? apa yang sedang dipikirkan pencuri ini?

"Karna lu lucu" Pencuri itu mulai berbicara lagi, seakan menjawab semua pertanyaan yang ada diotak Gugun. Gugun lengah, entah sudah sejak kapan pencuri itu berada tepat didepannya, menondongkan pistol itu tepat didahinya.

"Tunjukin wajah lu. " Titah Gugun mutlak, pencuri itu bingung, dia mulai memiringkan kepalanya.

"Terus, nyawa lu? " Tanya pencuri itu, Gugun dengan perlahan menggeleng, "Gua tau gua bakalan mati, jadi gua gamau mati penasaran." Pencuri yang mendengar itu pun hanya tertawa keras, menertawai seberapa bodohnya Gugun.

"Gua rasa lu lebih cocok main di taman daripada berurusan sama gua, polisi kecil. " Pencuri itu mulai menurunkan pistolnya, dan membuka topengnya secara perlahan. Gugun melihatnya, melihat wajah pencuri itu. Ditengah gelapnya malam yang hanya disinari cahaya bulan, wajah itu dapat Gugun lihat dengan jelas.

 Little Police. (Aegun) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang