Baru saja Regan ingin turun, kaca mobilnya di ketuk oleh seseorang. Regan membuka kunci pintu lalu Nahla kembali masuk mobil.
"Kenapa? Nggak jadi?" tanya Regan mengerutkan kening.
"Cari tempat lain aja. Lagi nggak selera." Nahla memakai sabuk pengaman. Lalu Regan mengikuti perintah Nahla meninggalkan lokasi.
Usai kompromi, kini keduanya duduk di salah satu cafe dengan air terjun buatan di tengah cafe membuat daya tarik tempat tersebut. Regan memilih tempat vip sehingga tidak terekspos langsung dengan pengunjung lain. Regan dan Nahla makan tanpa suara.
"Lo nyakin nggak mau kasih tau Naomi?" tanya Regan di sela mereka sedang makan.
Nahla mengangguk. Naomi tidak perlu tahu pernikahan kontrak yang ia lakukan. Lagi pula ia akan bercerai, Nahla tidak ingin membuat Naomi kecewa nantinya.
"Setelah kita nikah, kita tetap tinggal terpisah kan?" tanya Nahla menyantap daging terakhir di piringnya.
"Kalau gue sih, nggak," Regan menatap Nahla jahil.
Nahla menendang kaki Regan di bawah meja. "Cariin gue kosan,"
Regan meneguk minumnya, mengambil tissue untuk mengelap ujung bibirnya. "Setelah kita pulang dari Bali."
Nahla berdeham. "Lo masih nggak mau usaha buat menyakinkan Aruna?"
"Nggak." kata Regan mantap.
"Kenapa?" Tanya Nahla santai namun sebenarnya ia sangat penasaran. "Dia tau kalau lo bakalan nikah sama gue?"
"Nggak. Lo mau dia tahu?"
Nahla menggeleng. "Sekali lagi gue tanya. Lo nggak mau tanya Aruna? Siapa tau dia berubah pikiran."
"Terus? Kelau dia berubah pikiran, semua yang sudah dipersiapkan hilang gitu aja? Atau jangan-jangan lo yang berubah pikiran?"
Nahla memilih diam.
"Lo nggak ada rasa lagi sama gue?" tanya Regan tiba-tiba membuat Nahla yang sedang minum tersedak. "Sedikitpun?"
Meletakkan gelas ke meja. Tanpa Regan tahu jika jantungnya saat ini berdegup tidak karuan. "Apa pentingnya perasaan itu sekarang? Pernikahan ini juga atas dasar kesepakatan bukan perasaan. Bukannya lo hanya anggap gue sebagai adik?" sindir Nahla.
"Kita nggak tahu perasaan seseorang, Na."
Nahla bangkit berdiri. "Sudah malam, kita pulang."
Regan memberikan kartu kreditnya pada pelayan. Usai membayar keduanya meninggalkan tempat. Tidak ada percakapan di antara keduanya. Nahla memilih memejamkan matanya sementara Regan fokus mengemudi.
"Gue ada kerjaan di luar. Lo berani masuk sendiri?" tanya Regan begitu tiba di parkiran basement.
"Nggak." Nahla meloncat turun dari mobil Rubicon Regan.
Regan menatap Nahla dari dalam mobil yang berjalan meninggalkannya. Ia mematikan mesin mobil lalu berjalan dengan langkah lebar mengikuti Nahla. Mengantarkannya sampai depan pintu apartemen.
"Kalau ada yang pencet bel nggak perlu lo buka."
"Em." Nahla melepas sepatunya mengganti sandal.
Regan menutup pintu usai memastikan Nahla aman. Ia berbalik menuju mobilnya melaju menuju tempat tujuan. Kurang lebih dua puluh menit perjalanan, Regan tiba di depan rumah dimana seorang perempuan sudah berdiri di depan pagar.
Setelah Aruna masuk, Regan mengemudikannya dengan kecepatan sedang tanpa tujuan. Tempat berbicara yang tepat saat ini hanya di dalam mobil.
Aruna berulang kali menyisir rambutnya dengan jemari tangan. Menatap foto dirinya dan Regan masih tergantung menjadi penghias.

KAMU SEDANG MEMBACA
Regan & Nahla [END]
RomanceCerita romansa mantan kekasih yang masih terhubung meski hubungan keduanya telah kandas. Akankah kebersamaan mereka sejalan atau hanya kenangan? Akankah berakhir di pernikahan atau datang sebagai tamu undangan? Inilah cerita tentang kisah klise Reg...