Chapter 02 : Shadow Forest

87 19 2
                                    

Enam bulan kemudian

Ada angin semilir yang sejuk menggetarkan daun-daun di pohon saat seekor rusa bertanduk indah melompat tinggi melintasi belukar, menggoyangkan tumbuhan liar, melahirkan suara gemerisik yang alami.

Rusa itu sudah pergi.

Hewan itu terlihat lebih indah dari kebanyakan jenisnya. Dengan kaki agak gemetar karena lelah, mengabaikan fakta bahwa tindakan ini tidak berguna, Xiao Zhan mengikuti si rusa ke dalam hutan. Jejak kakinya menghilang seketika, dan belukar pun terdiam lagi, tetapi Xiao Zhan terus berjalan cepat tanpa berpikir.

Dia tidak sempat memikirkan apa-apa saat rasa penasaran dan kekaguman menguasainya, terus bergerak mencari rusa itu, bagai seorang pecinta mencari kekasihnya.

Xiao Zhan terus berjalan. Waktu berlalu dengan kecepatan tidak masuk akal saat ia menerobos semak yang lebat. Sejam berlalu tapi terasa seperti beberapa menit, mungkin rasanya waktu telah membeku karena hutan terlihat sama tidak peduli seberapa jauh ia pergi.

Xiao Zhan mulai khawatir bahwa ia melakukan perjalanan dalam lingkaran, labirin hutan yang rumit. Walaupun ia cukup mengenali tempat ini, tetapi tidak menutup kemungkinan ia tersesat dan tak bisa keluar. Dia menyadari bahwa hari semakin gelap, rimbunan pepohonan tidak mengizinkan matahari mengintip meskipun hanya selarik sinar lemah.

Tiba-tiba Xiao Zhan merasa lelah. Untuk pertama kalinya sejak ia bersahabat dengan alam, hutan dan sungai, ia merasa takut berada di dalamnya pada malam hari. Dia diselimuti kegelapan. Berat, mencekik, tak berujung. Semakin lama ia berdiri di sana, rasanya semakin sulit untuk bernapas, seperti sedang tenggelam.

Dia bisa merasakan bisikan di sekitarnya, diredam, seperti paduan suara samar-samar, kadang terdengar seperti burung gagak. Xiao Zhan berteriak, suaranya memantul bagai sebuah riak bergerak dalam kegelapan, terdengar seperti suara yang bergema. Teriakan minta tolong yang tidak bisa didengar oleh siapa pun.

Bayangan berputar-putar di sekitarnya, membelai kulit dan membuat tulang punggungnya merinding. Bisikan dalam bayang-bayang semakin jelas semakin lama ia terus bergerak. Untuk detik berikutnya, gelap gulita mengelilinginya. Xiao Zhan terhuyung mundur, kemudian jatuh tersandung. Perlahan-lahan bayang pepohonan menghilang ke dalam kegelapan.

Dia seperti kelinci malang yang menunggu untuk diterkam. Menarik napas dalam-dalam, ia bersandar pada batang pohon besar dan memejamkan mata. Tak lama kemudian Xiao Zhan jatuh ke tanah, beban kegelapan terlalu berat di dadanya untuk membuat dirinya terus bergerak maju.

Xiao Zhan tidak tahu berapa lama ia melakukan perjalanan dalam mimpi buruk yang berputar-putar sebelum ia mulai putus asa. Dia belum pernah berada di hutan begitu lama sebelumnya, biasanya ia sudah menemukan jalan keluar sekarang. Dia menggigit bibir dan merasakan sulur tanaman merambat jatuh di pipinya. Dia mendengar pekik elang samar di kejauhan, menyayat keheningan. Lalu mendengar suara sekali lagi memanggil dari kegelapan. Xiao Zhan cenderung mengabaikan suara itu, mengingat mereka belum pernah bisa membantu sebelumnya.

Tetapi yang ini terasa berbeda. Lebih dekat. Dia menoleh ke arah suara itu, berusaha membuka mata. Suara itu semakin keras, semakin jelas, memanggil namanya. Kehangatan menyebar serupa percikan harapan dinyalakan di dada, mekar seperti bunga pertama musim semi.

Xiao Zhan tidak dapat berbicara, tidak dengan beban kegelapan yang menekan. Dia hanya bisa berbisik sebagai balasan.

"Aku di sini, aku di sini!"

"Xiao Zhan... "

Suara itu berkata, menggema di antara pepohonan.

"Xiao Zhan."

The Replacement WifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang