Semenjak kepergian sang kakak, setiap kali ia merasa kesepian karena merindukannya, Xiao Zhan datang ke tepian Hutan Bayangan yang tumbuh subur dengan baik, melalui barisan pohon bunga-bunga wisteria beraneka warna. Menyapa burung-burung dan sekawanan kelinci, tupai, dan anak rusa yang terkesiap dan melompat ke balik semak belukar.
Rakyat hutan bernasib baik dan menemukan seorang pemuda baik hati yang memiliki kecintaan terhadap alam dan binatang.
Sesekali menyelinap keluar dari lingkungan rumah yang sarat aturan dan pembatasan. Xiao Zhan bekerja sama dengan beberapa orang pelayan kepercayaannya yang akan membawanya naik kereta kuda dan menuju air terjun, danau dan hutan di alam bebas. Dia berjalan-jalan menikmati kemiringan pesawahan yang menghijau, padang rumput dan ladang yang dibingkai oleh rangkaian pepohonan. Beberapa pasang mata hewan menatap diam-diam, telinga mereka terangkat, mendengarkan penuh waspada.
Satu siang di pertengahan musim gugur, rerumputan mengangguk lesu di bawah sinar matahari, angin bertiup kencang menawarkan kesejukan. Xiao Zhan menghabiskan waktu di tepi hutan, memeluk beberapa ekor kelinci seolah mereka kedinginan.
Xiao Zhan tidak menyadari bahwa ada dua orang pengawal menguntitnya hingga ke tepi hutan. Kedua pengawal itu tiba di sana, berdiri tegak di atas kaki dan bahu yang kuat. Sepasang mata mereka menikmati lengkung hijau dari perbukitan, di atas sana, di kejauhan, air terjun mengalir megah dan deras.
"Bagaimana bisa Tuan Muda tidak tersesat di antara hutan luas dan jalan setapak berliku," gumam salah seorang pengawal pada kawannya.
Mereka melangkah ke balik pepohonan yang serupa pintu masuk hutan. Kesunyian yang damai menyambut, melindungi mereka dari hiruk pikuk dunia luar.
Cahaya matahari meredup di bawah atap dedaunan. Kemudian mereka menyusuri jalan setapak yang panjang dan berkelok-kelok. Mereka berhenti dan menyaksikan Xiao Zhan duduk di bawah pohon memeluk kelinci liar dalam hening dan damai.
"Tuan Muda," salah seorang dari mereka berkata.
"Kenapa kau betah tinggal di tempat seperti ini?"
Xiao Zhan mengangkat wajah dari mahluk imut berbulu di pelukannya. Alih-alih menjawab, dia balas bertanya,
"Ada apa? Mengapa kalian mengikutiku?" Suaranya dingin dan memberontak.
"Tuan besar mencari Anda. Seorang tamu kehormatan telah datang berkunjung."
"Tamu?"
"Ya. Utusan dari istana Huan Ming Yuan, Tuan Xichen, orang kepercayaan Raja Wang, datang berkunjung untuk membicarakan satu perjodohan penting."
"Perjodohan?" Xiao Zhan merenung, membiarkan kelinci itu melompat dari pelukannya.
"Ya. Tuan besar dan tamunya menunggu Anda di istana."
Xiao Zhan tidak langsung menjawab, dia menikmati beberapa lama lagi di hutan dan membiarkan mereka menunggu tanpa kata.
Apa maksud semua ini?
Dia memakukan pandangan pada dua ekor kelinci yang menyelinap di balik belukar, lalu tersenyum tipis. Walaupun ia pernah mengatakan pada Xiao Wei bahwa ia tidak terlalu menikmati menjadi keluarga bangsawan, tetapi pada akhirnya statusnya sebagai putra yang tersisa di keluarga Xiao menyeretnya pada satu perjodohan yang tak terhindarkan. Takdirnya telah memanggil.
Dialihkannya pandangan pada sekelompok bunga liar di antara pepohonan.
Tidak apa-apa, ini mungkin hanya sementara.
Aku pasti bisa kembali ke tempat ini.
🌿🌿🌿
KAMU SEDANG MEMBACA
The Replacement Wife
Fiksi PenggemarKematian tak terduga Xiao Wei membuat sang adik, Xiao Zhan terpaksa menggantikannya menikah dengan Pangeran Wang Yibo dari Kerajaan Huang Ming Yuan. Namun sayangnya, Wang Yibo belum bisa melupakan sosok kekasihnya. Demi mendapatkan cinta sang panger...