Rosiella Park—seorang designer yang hidup di antara warna dan bentuk, merancang keindahan dari setiap garis yang ia ciptakan. Di matanya, dunia adalah kanvas tak terbatas, menunggu untuk dihiasi oleh imajinasi dan kreativitasnya. Setiap potongan kain adalah peluang untuk mengeksplorasi emosi dan cerita, dan setiap desain adalah ungkapan dari apa yang ia lihat, rasakan, dan hargai di sekitarnya. Dalam setiap jahitan, Rosiella tidak hanya menciptakan mode, tetapi juga merayakan setiap keindahan, mengajak orang lain untuk melihat dunia dari sudut pandangnya yang penuh warna.
Dia bukanlah gadis sempurna; ia hanyalah sosok yang menghabiskan sebagian besar hidupnya di dunia seni. Dengan senyum ceria yang tak pernah pudar, ia melangkah bebas, menghidupkan setiap ruangan dengan energi positif. Meski dunia melihat kesuksesannya, hanya Rosie yang tahu bahwa ada ruang kosong di dalam hatinya, ruang yang belum pernah ia temukan jawabannya.
Sementara itu, Park Sunghoon—seorang editor yang selalu tenang dengan dunia literaturnya. Ia seseorang yang hidup di antara halaman-halaman buku, tempat di mana kata-kata menjadi penghibur di tengah kesendirian. Setiap hari, ia menjelajahi makna di balik setiap kalimat, menyelami lautan emosi yang terukir di atas kertas. Baginya, banyak hal tak terucapkan, dan dalam tulisan, ia menemukan jawaban yang sering kali hilang dalam keheningan.
Ia tentu mencintai pekerjaannya, namun hal itu tidak serta merta menjadikannya sosok seperti karakter fiksi yang menjadi dambaan banyak orang. Ia hanyalah laki-laki biasa yang berusaha menjalani hidupnya dengan tenang dan damai. Dalam kesederhanaannya, ia menemukan kebahagiaan dalam detail-detail kecil—sebuah kalimat yang tepat, aroma kopi yang menghangatkan, dan momen hening saat menelusuri halaman-halaman buku. Sunghoon menyadari bahwa keindahan hidup tidak selalu megah, melainkan terletak dalam ketulusan dan keberanian untuk menjadi diri sendiri, meski terkadang dunia di sekitarnya terasa penuh tekanan.
Mereka adalah dua sosok yang berlawanan, namun mungkin, justru itulah yang membuat semesta mempertemukan mereka. Di sinilah kisah mereka dimulai—di sebuah titik di mana waktu terhenti sesaat, seolah memberi ruang bagi takdir untuk bernafas.
Di antara mereka, akan ada kata-kata yang tak terucap, perasaan yang tersimpan dalam-dalam, dan perjalanan yang penuh liku. Namun, bukankah dalam setiap kisah yang istimewa, kita selalu berharap bahwa hati yang kosong akan menemukan tempat untuk pulang? Bagaimana kisah ini berakhir nantinya?
•••••••••
•••
••
•
Main Character
••••••••••••••••
Hello, my lovely readers! I'm back with a new story. I know it can be tiring to see me return with fresh tales while some of my previous stories are still awaiting continuation. But don’t worry, I promise to pick those up as well. For now, I hope this new story can be a delightful companion for your day. Enjoy!💖💝
Oh, and I also realized I haven’t properly introduced myself yet. So, you can call me Fefee or Febyy. Let’s get to know each other better!😍
Last but not least, I want to express my heartfelt thanks to all of you. Thank you for being a part of this journey, because without you support, this story would never be complete. Love you all!🥺💞
With love,
Fefee
KAMU SEDANG MEMBACA
𝙰𝚖𝚋𝚒𝚟𝚊𝚕𝚎𝚗𝚌𝚎
FanfictionSunghoon, seorang pemuda berusia 25 tahun, terpaksa tinggal bersama tantenya yang berusia 32 tahun ketika kedua orang tuanya harus pergi ke luar negeri untuk urusan penting. Awalnya hubungan keduanya canggung, tetapi seiring berjalannya waktu, situa...