30 Menit Melihat Masa Lalu

438 41 13
                                    

"Ril, kalau lo bisa jawab pertanyaan gue nanti gue kasih hadiah ini loh," ujar Karin sambil mengacungkan sebuah kacamata bewarna merah muda kepada gadis yang berada di hadapannya.

Rila tersenyum jail. "Gue pasti bisa jawab! Emang apaan pertanyaannya?" balas Rila penuh percaya diri. Melihat Karin yang memutar bola matanya, Rila hanya menepuk bahu temannya pelan.

"Ini teka-teki. Coba dengarkan baik-baik!" Karin menyimpan kembali kacamatanya ke dalam tas. Melihat Rila yang mengangguk paham, Karin menambahkan, "Jangan sampai ada yang terlewat di telinga!"

Rila memutar bola mata. "Iya iya. lanjutkan!"

Sejenak Karin mengambil jus mangga yang sudah disiapkan Bi Minah tadi. Ia kemudian menyesapnya lalu kembali memandang Rila dengan pandangan menggelitik. Kemudian ia menjelaskan, "Pak Beni pulang kerja sambil membawa map berisi segepok uang. Karena masih ada urusan, dia menaruh uang tersebut di atas meja ruang tamu. Tapi yang pas dia pulang ke rumahnya lagi uangnya udah gak ada, yang ada cuma amplop coklat yang ngebungkus itu uang..."

Karin menghela nafas lalu hendak kembali membuka mulutnya, namun Rila dengan cepat memotong ucapannya. "Kalau gue jadi Pak Beni gak bakal taruh uang di atas meja gitu aja."

"Sttt!" Karin mendengus lalu kembali menjelaskan, "ada tiga orang di rumah itu. Supirnya bilang dia nemuin amplop coklat di atas meja. Karena tahu itu pasti penting, pak supir taruh uang itu di atas meja kerja Pak Beni. Istri Pak Beni bilang kalau dia nemuin amplop berisi uang itu di atas meja kerja Pak Beni lalu dia taruh di laci meja dan dia bilang uangnya masih ada. Sedangkan satu orang lagi adalah pembantunya. Dia nemuin amplop itu di majalah pada halaman 63-64, dan dia bilang uangnya udah gak ada, jadi dia buang amplopnya. Nah diantara ketiga terduga siapa yang berbohong dan siapa tersangkanya?"

Rila berpikir sebentar. Ia mengetuk-ngetuk pelipisnya dengan jari telunjuk. Beberapa menit berlalu tak ada jawaban yang keluar dari mulutnya. Hingga sepuluh menit terakhir ia bergumam lebih kepada dirinya sendiri. "Gue nggak bisa dapetin kacamatanya deh."

Karin tersenyum menang. "Tuh kan lo gak tahu." Ia menunjuk-nunjuk Rila dengan jus mangganya.

Rila tak menjawab. Ia tenggelam dalam pikirannya sendiri hingga sampai akhirnya ia bergumam, "Kayanya gue tahu!" Melihat wajah Karin yang penasaran ia cepat-cepat menambahkan, "Pasti pembantunya yang menjadi tersangka. Pembantunya bilang menaruh amplop di halaman 63-64 tapi coba dilihat. Memang halaman itu bisa untuk menyelipkan amplop? Pada halaman buku, angka ganjil terletak di kanan, sedangkan genap terletak di kiri. Jika 63 di kanan, sedang 64 mau tak mau di lembar baliknya."

Karin tertegun lalu sedetik kemudian bertepuk tangan. Tak menyangka bahwa ia mempunyai teman yang begitu pintar. "Hebat lo Ril! Ckck.." pujinya tulus seraya memberikan kacamata merah muda tersebut kepada Rila.

"Haha. Gue gitu!" Rila mengambil kacamata merah muda tersebut. Belum sempat ia mencoba hadiahnya, tangan Karin langsung mencengkramnya. Rila menatap Karin dengan kening dikerutkan.

"Eh, ini bukan kacamata biasa. Dengan ini lo bisa baca masa lalu orang lain selama 30 menit." ujar Karin serius.

"Tahayul, Rin!" elak Rila sambil melepaskan genggaman tangan Karin lalu menyesap segelas jus mangganya. Melihat Karin yang mendengus kesal ia cepat-cepat menambahkan, "Ayolah Rin, bangun gih jangan mimpi mulu!"

Karin langsung merebut kacamata merah muda yang berada di tangan Rila. Melihat Rila yang membolakan mata, Karin berkata, "lo kan gak percaya, yaudah buat gue aja."

"Oke deh! Gue percaya sama lo Rin. Yah, Karin cantik? Hahaha..." bujuk Rila sementara yang dibujuk hanya senyum sapi sambil mengembalikan lagi kacamata merah muda tersebut ke Rila.

30 Menit Melihat Masa Lalu (SHORT STORY)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang