🐹 - Satu

29 3 0
                                    

1- Bungsu Kita
---

"Ibu ...."

"Iya, Andy? Ada apa?" tanya Arina dikala si bungsu sudah pulang sekolah dengan raut wajah tertekuk.

Anak itu justru langsung menutupi wajahnya dengan siku, kemudian menangis terisak.

"Andy, ada apa, sayang? Cerita sama Ibu." Arina yang sedang menjahit baju langsung berdiri untuk memeluk anak bungsunya.

"Maaf, bu. Baju Andy sobek ..." Andy mengusap kasar air matanya. "Jangan peluk Andy."

Arina mengerutkan keningnya. "Kenapa, sayang?"

"A-Andy kotor, Bu. Baju Andy abis dilempar sampah tadi ..."

Arina jelas terkejut dengan penuturan anaknya itu. "Andy, Leon kemana?"

"Andy sama Leon beda, Ibu." Andy berujar pelan. "Leon selalu disayang semua orang, sedangkan Andy cuma beban ..."

"Siapa yang bilang gitu sama superhero-nya ibu?"

Andy menahan tangisnya. "Andy sendiri, karena Andy ngerasa gitu."

"ASSALAMU'ALAIKUM, IBUUUUU!!" Dua anak laki-laki dengan celana biru itu berlari menuju rumah kediaman Argana.

"IBU! INI SEPATUNYA ANDY KAH?! KOK SOBEK?!" Chandra mengangkat sepatu milik Andy yang berada didepan pintu, menunjukkan pada Ibunya. Chandra berjalan, diikuti dengan Jevin.

"Siapa yang rusakin sepatu kamu?" tanya Jevin sambil menaruh tasnya di meja panjang ruang tamu.

"Bang, kok dibawa masuk, sih?" Andy mencebik kesal.

"Andy, kenapa nggak bilang Ibu soal ini semua?" Arina menatap sendu anak bungsunya itu.

"Andy sadar kalo Andy beban, makanya Andy nggak mau semakin repotin kalian," ujarnya. "Sepatunya nggak usah beli lagi nggak papa, Bu. Tapi Andy minta tolong jahitin sepatunya, ya, hehe."

Ekspresi bungsu Argana itu menjadi normal, dirinya bahkan tersenyum kecil. "Andy mau bersih-bersih, terus tidur siang."

Anak itu pergi dari ruang tamu, meninggalkan tiga orang disana, yang sama-sama merasa bersalah.

Andy itu, definisi dari nyaris sempurna ...

"Jendral kok, belum pulang?" Arina mengalihkan topik pada kedua anaknya yang tengah menginjak kelas delapan itu.

"Jendral tadi katanya mau bareng temen, jadi Chandra sama Jevin aja pulangnya." Chandra menjawab.

"Bu," panggil Jevin pada Arina.

"Kenapa, Jev?"

"Jevin boleh pelihara kucing?" tanya adik kembar Argana itu dengan raut memelas.

Arina menghembuskan nafasnya. "Nanti kalo mati, gimana? Emang Jevin tau cara rawatnya?"

Jevin mencebik kesal. "Jevin mah tau, kalo soal kucing, Bu."

Chandra ikut mengangguk. "Orang Jevin melihara satu kucing diem-diem, numpang tuh dirumahnya  Om Bambang."

"Hush, Chandra! Namanya bagus-bagus Om Baskara kok seenaknya aja diganti." Arina mengingatkan. "Jevin bener melihara kucing disana?"

Jevinza tersenyum kikuk, lalu mengangguk. "Iya, Bu. Gak papa, kan?"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: 6 days ago ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Kapal Kecil Si Bungsu || Park Jisung Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang