2. Morgan Pandu Arkana
Bel istirahat berdering, menandai berakhirnya jam pelajaran Bu Dewi. Sebagian besar murid berhamburan beranjak setelah Bu Dewi keluar dari ruang kelas.
Flora menoleh saat cowok di sampingnya tersebut berdiri dari bangkunya dan pergi begitu saja. Flora ingin menghentikannya, tapi kalau dipikir-pikir untuk apa juga ya?
"Hai, Flora. Gue Kriss," ujar seorang cowok yang sudah duduk di depannya.
"Mau ke kantin bareng nggak, Flo?"
"Jangan mau, Flo. Dia banyak ceweknya!" timpal seseorang.
"Ganggu aja, lo!"
Kedua cowok itu masih adu mulut. Sedangkan Flora terdiam di tempatnya tidak tau harus bertindak apa.
"Minggir kalian!" Seorang gadis menghampiri dan ternyata itu Lili. "Jangan ganggu Flora!"
"Yaelah, Li, kita cuma mau kenalan sama Flora," kata Kriss.
"Namanya Flora. Udah kenal, kan?!" Lili ngegas.
"Galak banget lo, Li. Sawan ntar!"
"Jangan galak-galak, biar nggak jomblo terus!"
"Pergi!" Lili menghentakkan kakinya. Membuat keduanya kabur sambil cengengesan.
Wajah garang Lili berubah lembut setelah menatap Flora. Membuat Flora mengerjap tak percaya secepat itu Lili mengendalikan raut wajahnya.
"Yuk, Flo. Ke kantin bareng."
*****
Flora dan Lili duduk setelah antri mengambil makanan yang sudah disediakan oleh sekolah.
Mata Flora tak sengaja menangkap Morgan yang tengah duduk seorang diri sambil menyantap makanannya dengan tenang.
"Lihatin apa, Flo?" tanya Lili yang kemudian mengikuti arah pandang Flora.
"Dia emang selalu sendirian gitu orangnya?" tanya Flora pada Lili.
"Iya, dia emang gitu orangnya. Nggak pernah berbaur sama yang lain," kata Lili.
"Kenapa?" tanya Flora penasaran.
"Gue denger sih orang-orang pada nggak tahan sama sikapnya. Lihat aja udah ketebak dari muka orangnya kaya apa."
"Saran gue sih lo jauhin dia kalau nggak mau kaya yang la-"
Terlambat. Gadis itu sudah beranjak dari tempatnya dan menghampiri Morgan. Lili menganga tak percaya dengan sikap Flora yang cukup berani.
Seisi kantin bahkan menatap ke arahnya sambil berbisik-bisik.
"Hai, boleh duduk di sini?" Padahal Flora sudah duduk di depannya.
Morgan berhenti makan. Ekspresi wajahnya jelas sekali merasa bete.
KAMU SEDANG MEMBACA
FATA(MORGAN)A
Teen FictionDua tepian sungai yang tidak akan pernah menyatu, seperti itulah kita - FATA(MORGAN)A