[Sedang revisi]
Chapter yang belum ada ✅, itu belum di revisi, dan nama karakternya beda. Jadi agar tidak bingung jangan di baca dulu, tapi kalau kalian nggak masalah ya baca saja.
Intinya cerita tentang pria muda yang serumah dengan 6 wanita, ikuti...
Kereta melaju kencang di atas rel, mengguncang pelan tubuh penumpangnya. Di salah satu sudut gerbong, seorang pria muda duduk diam, pandangannya terpaku pada lanskap yang berlalu di luar jendela. Langit mendung, seolah mencerminkan badai kecil yang tengah berkecamuk di hatinya. Galen Mahendra, nama itu telah menjadi satu-satunya warisan yang pasti ia miliki sejak tiga bulan lalu, ketika ibunya-satu-satunya keluarga yang ia miliki-mengembuskan napas terakhir.
Kesepian menjadi temannya yang setia sejak kepergian itu, hingga dua hari lalu suara asing mengusik kehampaannya. Seorang wanita menelepon, mengaku sebagai sahabat lama ibunya. Suara lembutnya membawa kabar yang mengejutkan: ia diajak untuk tinggal bersamanya di sebuah rumah yang, konon, adalah bagian dari warisan sang ibu. Awalnya, Galen meragukan kebenaran itu. Namun, wanita tersebut menunjukkan bukti-sertifikat rumah itu memang atas nama ibunya. Setengahnya kini milik Galen.
Dengan berat hati dan sedikit harapan yang tersisa, ia akhirnya memutuskan untuk menerima tawaran tersebut. Dan kini, kereta yang membawanya menuju rumah itu seolah menjadi simbol perjalanan hidupnya-bergerak maju ke arah yang belum ia kenal, menuju tempat yang mungkin akan mengubah segalanya.
Di dalam benaknya, berbagai pertanyaan terus berkecamuk. Siapa wanita itu sebenarnya? Apa yang membuatnya menawarkan tempat tinggal kepada orang asing seperti dirinya? Dan lebih dari itu, apa yang menantinya di rumah yang dulu direncanakan menjadi milik ibunya dan wanita tersebut? Galen menatap jauh ke cakrawala, tak mampu menemukan jawabannya. Yang ia tahu, takdir baru saja mengetuk pintu hidupnya, dan ia tak punya pilihan selain membukanya.
...
Setelah perjalanan panjang yang membuat tubuhnya terasa remuk, Galen akhirnya tiba di depan gerbang rumah yang dijanjikan. Namun, pandangannya langsung terpaku, terhenti oleh pemandangan di depannya. Rumah itu-dengan desain modern minimalis yang mencolok-jauh lebih megah daripada yang pernah ia bayangkan.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Langkahnya terasa ragu saat ia membuka gerbang dan memasuki halaman depan yang luas. Sebuah taman hijau terhampar dengan rapi, dihiasi jalur batu menuju teras rumah. Bagian depan bangunan didominasi kaca besar yang memamerkan interior mewahnya. Balkon kecil di lantai atas terlihat seolah menantangnya untuk masuk dan menjelajahi setiap sudut rumah itu.
Galen menelan ludah, pandangannya menyapu seluruh tempat. Area terbuka di bagian depan yang terhubung dengan taman, kursi-kursi santai yang tertata di teras, hingga jendela-jendela besar yang menciptakan kesan terang dan lapang. Napasnya terhenti sejenak. "Anjir, serius ini rumah setengahnya jadi punya gue..." gumamnya dengan nada tak percaya.
Ia berdiri di sana, membiarkan dirinya tenggelam dalam kenyataan baru ini. Rumah yang kini setengah menjadi miliknya adalah sesuatu yang tidak pernah ia bayangkan, baik dalam mimpi maupun kenyataan.
"Galen!"
Panggilan itu memecah lamunannya, memaksanya mengalihkan perhatian dari rumah megah yang baru saja menyita pikirannya. Sebelum sempat menoleh, sosok seorang wanita sudah melesat dari ruang tengah, berlari ke arahnya, dan tanpa basa-basi langsung memeluknya erat.