Kejadian di supermarket

852 123 7
                                    

👨‍💼🕵️‍♀️

Tujuan Michael dan Klarisa menuju kota yang sama. Sejak masuk ke dalam pesawat, Darka tak henti berusaha menutupi rasa masa bodohnya karena sejak tadi Klarisa terlihat asik bercengkrama dengan Michael.

Lelaki yang ternyata mantan anak buah Ijal di kepolisian sebelum pindah keluar negeri menjadi pengawal keluarga kerajaan di Swedia, membuat Darka cukup minder juga apalagi dari segi bentuk tubuh.

Maaf nih, ya, kalau kalian tau postur tubuh Alan Ritchson yang main di film Fast X, hmmm ... wajar Darka begitu.

Ia melirik lengannya sendiri, belum sekekar dahulu. Butuh beberapa bulan untuk kembali terlihat sempurna. Namun, rasanya rencana itu harus ia abaikan karena urusan mengambil alih perusahaan sawit itu lebih penting.

"Selamat pagi, Pak, ini sarapannya." Pramugari meletakkan kotak makanan di meja kecil. "Untuk minumnya mau kopi, teh atau jus jeruk?" Begitu ramah.

"Kopi," jawab Darka bernada dalam.

"Baik. Untuk istrinya, mau minum apa, Bu?" tawar pramugari. Sontak Klarisa dan Michael menoleh ke arah pramugari. Mereka duduk di kelas bisnis, tapi kursi Klarisa dipinggir sehingga masih bisa bicara dengan Michael.

"Istri?" bisik Michael terkejut.

"Ngaco," sinis Klarisa. Ia tersenyum menatap pramugari, "saya bukan istrinya, Mbak cantik. Saya bosnya, ini satpam saya. Saya mau jus jeruk untuk minumnya, ya, terima kasih."

Pramugari tampak menahan rasa malu karena sudah salah sangka. Sedangkan Darka, bisa kalian bayangkan sendiri bagaimana kesalnya ia tapi hanya bisa mengepalkan tangan.

Michael merasa curiga, ia beberapa kali melempar pandangan ke arah Klarisa yang santai makan. Gelengan pelan Michael ia lakukan demi mengenyahkan pikiran perihal Klarisa menikahi Darka karena ia sudah tau siapa Darka, hanya saja pura-pura tak tau.

Ijal, ia yang memberi informasi. Rasa khawatir tetap saja ada walau Darka menunjukkan sikap berbeda. Ijal tetaplah Ijal. Ayah yang protektif.

Pesawat mendarat dengan selamat. Klarisa memakai kacamata hitam, berjalan menyeret koper sembari mengunyah permen karet.

Darka sendiri memesan kamar hotel untuk keduanya. Pisah kamar, tentu saja, dengan aplikasi di ponselnya.

"Kla, kita langsung ke restoran itu?" ujar Darka seraya memasukkan ponsel ke tas ranselnya.

"Iya. Aku udah sewa mobil, sebentar lagi dateng unitnya." Klarisa menoleh ke arah pintu kedatangan di lobi.

"Kla!" panggil Michael teriak. Klarisa menoleh. Michael langsung memeluk erat Klarisa. "Im so happy, Kla. Bisa ketemu kamu lagi." Kalimat itu tulus, Michael dan Klarisa tumbuh bersama saat SD hingga SMA.

"Ah, iya ... aku juga. Take care, ya, selamat liburan sebelum balik ke sana," balas Klarisa. Ia usap punggung kekar Michael.

"Darka, kamu yakin sama dia?" bisik Michael. Pelukan terlepas, Klarisa menggelengkan kepala diikuti senyum tipis. Tangan Michael terulur, ia usap kepala Klarisa lembut. "Jaga diri kamu kalau begitu. Call me anytime if you need me, Kla."

"Sure." Klarisa mengusap cepat lengan Michael. Hal itu disalah artikan Darka yang semakin dongkol.

Klarisa berpisah dengan Michael, keduanya melambaikan tangan tetapi lelaki itu akan tetap memantau Klarisa hingga wanita itu mampu dilepas. Saipa Michael? Nanti kita bahas.

"Baru punya otot kayak gitu belagu," gumam kesal Darka. Klarisa tersenyum remeh sambil menyeret koper ke arah mobil SUV hitam. Seorang sopir turun dari dalam mobil, menyerahkan kunci ke Klarisa lalu pergi.

Magnetize ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang