10

115 12 4
                                    

Setelah Sasuke dan Sakura pergi, Hinata berdiri sendiri, perasaannya campur aduk. Dia merasa hancur, dan saat melihat Sasuke yang hendak pergi, dia memutuskan untuk tidak tinggal diam. Dengan suara yang bergetar, dia memanggil Sasuke.

"Sasuke-kun, tunggu!" serunya, menghentikan langkah Sasuke.

Sasuke menoleh, sedikit terkejut. "Ada apa, Hinata?" tanyanya dengan nada datar, meski ada rasa ingin tahu dalam matanya.

Hinata mengambil napas dalam-dalam, berusaha mengumpulkan keberanian. "Aku... aku perlu memberitahumu sesuatu," ujarnya, suaranya pelan namun tegas. "Aku sangat mencintai Naruto. Selama ini, aku selalu mencintainya, bahkan sebelum video itu beredar."

Sasuke mengernyit, tak mengerti ke mana arah pembicaraan ini. "Apa hubungannya dengan video itu?" tanyanya, mulai merasa ada yang tidak beres.

Hinata menggigit bibirnya, merasakan air mata mulai menggenang di matanya. "Video itu... direkam oleh Naruto. Dia melakukannya untuk membuatku menjauh dari dia. Aku tidak tahu apa yang dia pikirkan. Dia... dia sangat berjuang untuk mengatasi perasaannya, dan aku tidak ingin menjadi beban baginya."

Sasuke tertegun, merasakan beratnya pernyataan Hinata. "Jadi, Naruto merekam itu untuk... menakut-nakuti kamu? Kenapa dia melakukan itu?" tanyanya, kebingungan terlihat di wajahnya.

Hinata menunduk, merasa sakit di dadanya. "Aku rasa dia merasa bingung dan tidak tahu bagaimana menghadapiku. Dia tidak ingin aku terluka lebih jauh, tapi cara yang dia pilih malah membuat semuanya semakin rumit."

Sasuke, meski tidak ingin terlibat dalam drama ini, merasa ada sesuatu yang harus diperjelas. "Hinata, kalau kamu mencintainya, kenapa kamu tidak langsung bicara padanya? Kenapa harus membiarkan ini berlarut-larut?"

Hinata menghapus air mata yang mulai mengalir. "Aku takut, Sasuke-kun. Aku takut ditolak, takut jika dia tidak melihatku sebagai seseorang yang spesial. Dan sekarang, setelah melihat dia bersama Sakura, aku merasa semua harapanku hancur."

Sasuke melihat keteguhan dalam mata Hinata meski ada kesedihan yang mendalam. "Kamu tidak boleh menyerah. Jika kamu benar-benar mencintainya, katakan padanya. Jangan biarkan rasa takutmu menghancurkan kesempatanmu."

Hinata mengangguk pelan, merasakan semangat dari kata-kata Sasuke. Meskipun hatinya berat, dia tahu dia harus berjuang untuk perasaannya. "Terima kasih, Sasuke-kun. Aku akan mencoba."

Dengan itu, Hinata merasa sedikit lebih ringan. Sasuke, meskipun tidak ingin terlibat lebih jauh, merasa lega karena Hinata memiliki keberanian untuk berjuang demi cintanya. Dia kemudian melangkah pergi, meninggalkan Hinata dengan pikiran dan keputusan baru yang harus dia ambil.

Di kantin sekolah, suasana ramai dan bising. Sasuke duduk di salah satu meja, terlihat serius dan terfokus pada makanannya. Namun, pikirannya terus melayang pada pembicaraannya dengan Hinata dan pengakuan Naruto yang baru saja dia dengar. Rasa kesal terhadap Naruto perlahan-lahan memuncak dalam dirinya.

Tiba-tiba, Naruto masuk ke kantin, terlihat ceria seperti biasanya. Namun, melihat senyum lebar di wajahnya membuat Sasuke semakin jengkel. Dia tidak bisa membayangkan bagaimana Naruto bisa bersikap seperti itu setelah apa yang terjadi dengan Hinata dan Sakura.

Tanpa berpikir panjang, Sasuke berdiri dan berjalan mendekati Naruto, yang sedang mengambil makanan. "Naruto!" serunya, suaranya tegas dan penuh emosi.

Naruto menoleh, tampak terkejut melihat Sasuke mendekat dengan ekspresi marah. "Sasuke? Kenapa kamu terlihat marah?" tanyanya, sedikit bingung.

Tanpa memberi kesempatan untuk berbicara lebih jauh, Sasuke mengangkat tangannya dan memukul Naruto dengan keras di wajahnya. Pukulan itu mengejutkan semua orang di sekitar, dan suasana di kantin seketika sunyi.

Naruto terhuyung, memegang pipinya yang merah. "Sasuke, apa yang—" dia mulai berkata, tetapi Sasuke sudah tidak sabar lagi.

"Kau brengsek, Naruto!" teriak Sasuke, suaranya menggema di seluruh kantin. "Kau tahu betapa Hinata mencintaimu, tapi kau malah memperlakukannya seperti itu! Dan sekarang, dengan Sakura... Kau tidak menghargai perasaannya sama sekali!"

Naruto tampak terkejut dan bingung. "Sasuke, aku tidak bermaksud—"

"Jangan berdalih!" potong Sasuke, matanya penuh amarah. "Kau harus bertanggung jawab atas tindakanmu! Jika kau mencintainya, bicaralah padanya, jangan membuat semuanya semakin rumit!"

Suaranya semakin pelan, tetapi rasa kesal di dalam dirinya tetap membara. Dia tidak bisa memahami bagaimana Naruto bisa bersikap seolah semuanya baik-baik saja, sementara Hinata menderita.

Naruto menundukkan kepalanya, menyadari bahwa dia telah menyakiti orang yang sangat mencintainya. "Aku tahu aku salah. Aku tidak tahu harus bagaimana," ucapnya dengan suara rendah.

Sasuke merasakan sedikit empati, tetapi dia tidak bisa mengabaikan rasa marah yang masih membara. "Berhentilah menghindar. Jika kamu terus seperti ini, kamu akan kehilangan Hinata selamanya."

Sasuke lalu berbalik dan pergi, meninggalkan Naruto di kantin yang masih terdiam. Meski hatinya masih marah, dia merasa sedikit lega telah mengekspresikan perasaannya. Sekarang, Naruto harus menghadapi konsekuensi dari tindakan dan perasaannya.

Setelah Sasuke pergi, Naruto berdiri di tempatnya, masih merasakan efek dari pukulan dan kata-kata yang baru saja diucapkan oleh Sasuke. Dia menarik napas dalam-dalam, berusaha mengumpulkan pikirannya sebelum mengejar Sasuke.

Dengan cepat, Naruto mengikuti Sasuke ke luar kantin. "Sasuke! Tunggu!" teriaknya, membuat Sasuke berhenti dan berbalik.

"Apa lagi, Naruto?" Sasuke menjawab dengan nada dingin, tidak ingin berurusan lebih jauh dengan masalah ini.

Naruto tampak lebih serius sekarang, menatap Sasuke dengan intens. "Aku perlu menjelaskan sesuatu," katanya, suaranya penuh tekad. "Aku tidak mencintai Hinata, sama sekali."

Sasuke mengernyit, tidak percaya. "Kau serius? Dia sudah mengorbankan banyak untukmu."

"Ya, aku tahu, dan itu masalahnya!" Naruto mengangkat suaranya. "Aku tidak ingin menyakiti perasaannya, tapi aku tidak pernah melihatnya sebagai lebih dari teman. Aku merasa terjebak dalam situasi ini."

Sasuke menatap Naruto tajam, berusaha memahami. "Lalu, apa yang kau inginkan? Kenapa kau tidak mengatakannya padanya?"

Naruto menggelengkan kepala, merasa frustrasi. "Karena aku tidak ingin menyakitinya. Tapi aku juga tidak bisa berpura-pura mencintainya. Aku tidak mau membuatnya berharap lebih."

Sasuke merasa sedikit lebih tenang, meskipun marah sebelumnya. "Jadi, apa rencanamu? Kau hanya akan membiarkannya menderita?"

"Aku tidak ingin ada pernikahan antara kau dan Sakura," jawab Naruto dengan tegas. "Aku akan berusaha menggagalkannya. Aku tahu ini mungkin egois, tapi aku tidak bisa melihat kalian bersatu, sementara hatiku bergejolak dengan perasaan yang tidak jelas."

Sasuke terkejut mendengar pengakuan itu. "Kau mau menghancurkan hubungan kami karena perasaanmu sendiri? Apa kau pikir itu adil?"
*alah taeik lu

Naruto terlihat bingung, tetapi keteguhannya tetap ada. "Aku tidak peduli. Aku akan melakukan apa pun untuk melindungi perasaanku dan tidak melihat Sakura bersamamu."

Sasuke merasakan kemarahan kembali bangkit, tetapi dia juga menyadari bahwa Naruto sedang berjuang dengan perasaannya sendiri. "Kau harus mencari cara untuk menyelesaikan ini, Naruto. Jika kau benar-benar peduli pada Hinata, katakan padanya yang sebenarnya. Jangan terus bersembunyi di balik kebohongan."

Naruto terdiam, memikirkan kata-kata Sasuke. "Tapi... jika aku melakukannya, akan ada konsekuensi. Aku tidak ingin menyakiti siapa pun."

"Kadang-kadang, kejujuran adalah hal terpenting," jawab Sasuke dengan tegas. "Lebih baik menghadapi kenyataan daripada membiarkan semuanya terjebak dalam kebohongan."

Dengan itu, Sasuke meninggalkan Naruto di sana, membiarkannya merenungkan kata-kata yang baru saja diucapkan. Saat berjalan pergi, Sasuke merasa semakin yakin bahwa masalah ini jauh lebih rumit daripada yang dia kira, dan mungkin, Naruto juga membutuhkan waktu untuk menemukan jalannya sendiri.

Annoying Boyfriend Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang