Tidak ada yang tau masa depan, begitu juga dengan pertemuan 7 pemuda yang awalnya tidak mengenal satu sama lain. Bagaimana mereka di pertemukan, hingga akhirnya mereka saling mengenal dan berakhir kata 'keluarga' menggambarkan keadaan mereka sekaran...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Pukul 10.00 malam, jalanan semakin sepi. Hampir semua toko-toko sudah tutup, hanya ada beberapa minimarket yang masih buka.
Sepasang mata menatap ke sekeliling lingkungan, mencari minimarket yang masih buka.
Namanya Jihan, remaja berusia 18 tahun yang sekarang menduduki bangku kelas 12 SMA. Anak laki-laki yang terkenal karena visual dan bakat dalam menari modern.
Langkah kakinya melebar saat melihat ada minimarket 24 jam yang masih cukup ramai. Dengan menyeret kopernya Jihan memasuki minimarket, ia berniat membeli apapun yang dapat mengganjal perutnya. Mengingat ia belum memakan apapun dari pulang sekolah.
15 menit berkeliling di dalam minimarket akhirnya Jihan mendudukkan dirinya di kursi yang ada di depan minimarket tersebut.
Ia memakan satu onigiri dan satu bungkus ice cream. Seiring mulutnya mengunyah, matanya menatap jalanan di depannya yang tampak sepi dan sunyi. Ingatannya kembali berputar pada kejadian 30 menit lalu.
° ✿ ° ✿ ° ✿ ° ✿ ° ✿
Pukul 09.30 malam, seorang remaja baru saja tiba di kostan setelah melakukan pekerjaan paruh waktu di sebuah cafe. Tubuhnya sangat lelah ia ingin segera mengistirahatkan tubuhnya.
Namun, setibanya di kostan. Ia melihat koper nya tersimpan di depan pintu dengan seorang wanita berpakaian sedikit terbuka berdiri di samping kopernya.
"Akhirnya kamu pulang juga," Ucap wanita tersebut dengan nada sedikit angkuh.
"Tante, maaf. Kenapa koper saya di luar?"
"Maaf, mulai malam ini kamu udah gak bisa ngekos di sini lagi. Keponakan saya sebentar lagi nyampe, dia mau ngekos disini. Jadi kamu harus pindah sekarang dan ini uang kost 3 bulan kedepan, saya kembaliin." Setelah mengatakan itu, dia pergi begitu saja meninggalkan remaja itu terdiam kaku di depan pintu.
Otaknya masih berusaha mencerna apa yang baru saja terjadi. Dengan tatapan bingung ia menatap uang dan kopernya.
"Aku diusir?"
° ✿ ° ✿ ° ✿ ° ✿ ° ✿
Helaan nafas cukup panjang terdengar. Hari semakin larut, jalan pun semakin sepi, sekarang ia tidak tau harus bagaimana. Mencari kost tidaklah mudah, apakah ia harus tidur di luar malan ini. Lagi dan lagi ia membuang nafas dengan kasar, dengan kesal ia menghabiskan gigitan terakhir onigiri dan meminum air. Namun baru saja ia mengarahkan ujung botol pada bibirnya, tiba-tiba saja HP-nya berbunyi.
Chandrin (IPA 2)
'Hallo, Ji. Gue di depan gerbang kost Lo. Turun dong, gue mau ngembaliin buku sejarah Lo, sekalian mau ngomongin soal bazar.'
"Can, maaf. Tapi, aku udah gak di kost-an itu."
'Hah, gimana!? Oh, Lo masih di cafe apa gimana, gue susul deh ya?'