بسم الله الرحمن الرحيم
Rules:
01. Jadi pembaca saya harus siap sabar.
02. Dilarang keras memplagiat cerita saya.
03. Cerita ini saya buat berdasarkan pemikiran sendiri. Jika ada kesamaan nama, tempat, ataupun lainnya, maka itu ketidaksengajaan.
04. Jangan panggil ‘thor’ apa lagi ‘min’.
05. Segala bentuk hate komen ataupun yang tidak mengenakkan akan saya hapus.
06. Kritik dan saran, silakan dm.
07. Tidak ada double update.
08. Berikan vote dan komen jika kamu menyukai cerita saya.
09. Jangan membawa-bawa cerita lain di lapak saya, begitu pun sebaliknya.
10. Harus siap dan menerima mau end di chapter berapa dan kayak gimana.Seluruh hak cipta dilindungi oleh Allah Subhana wa taala.
Semangat menulis saya menurun di tahun ini, jangan heran kalau jarang update atau seminggu cuma bisa sekali. Banyakin sabar aja, ya.
Saya hanya manusia biasa yang masih jauh dari kata sempurna, tolong tegur baik-baik jika ada salah dalam penyampaian di cerita ini. Ambil baiknya dan buang buruknya, ya. Enjoy with my story!
🌸‧₊˚💕✩₊˚🎀
Seorang perempuan bernama Syazani Janeisha Azzahra atau kerap disapa Asya tengah berjalan dengan gugup. Sebentar lagi acara ulang tahun pesantren akan dimulai, dia diberi amanah untuk mengisi acara tersebut dengan membaca ayat-ayat suci Al-Qur'an.
Selama beberapa bulan terakhir ini, Asya sudah berusaha melakukan yang terbaik mempersiapkannya, tentu saja dia tidak ingin mengecewakan para pihak pesantren yang telah memilih dirinya.
Asya menghentikan langkahnya untuk mengatur napasnya yang tidak beraturan. Tinggal beberapa langkah lagi dia akan sampai di tempat acara yang sudah ramai orang-orang. Namun, tiga orang gadis seusianya tiba-tiba menghadang jalannya.
“Maaf, ada apa, ya?” tanya Asya sopan dan terdengar lembut.
Asya memang dikenal sebagai santriwati yang sopan, ramah dan juga pintar. Pernah beberapa kali dia mengikuti lomba Hafizh Qur'an dan debat bahasa Arab, berhasil mendapatkan juara pertama membuat dia sangat dihormati dan dibanggakan para pihak pesantren karena prestasinya.
Tidak jarang hal tersebut menimbulkan kecemburuan santriwati lain, seperti tiga orang di depannya ini. Akan tetapi, Asya tidak terlalu memikirkan persepsi orang-orang terhadapnya. Selagi mereka masih bisa menjaga batasan agar tidak berbuat berlebihan dan menganggu dirinya, maka dia akan diam.
Salah seorang santriwati di depan Asya yang diketahui bernama Lidia berdeham singkat. “Bukan apa-apa kok, kita cuma mau menyampaikan pesan aja dari ustazah Nila kalau kamu diminta menemui beliau.”
Asya mengerutkan keningnya mencerna ucapan Lidia, agak bingung. “Sekarang? Untuk apa?”
Tiga gadis tersebut mengangkat bahunya acuh. “Nggak tahu, kita cuma disuruh. Kamu datang aja ke sana,” jawab Lidia.
“Di mana?”
“Di dekat gudang.” Santriwati lain di samping Lidia menyahut.
Kening Asya semakin berkerut heran, untuk apa ustazah Nila ingin bertemu dengannya di dekat gudang? Tempat yang jarang sekali orang-orang pesantren ini datangi, karena gudang tersebut sudah lama tidak dipakai.

KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta yang Terjaga
Romance[Slow update] Askara tahu dia tidak sebaik saudara kembarnya. Dia masih ingin bebas, melakukan apa pun yang dia suka bersama teman-temannya. Itulah yang membuat rumah tangganya dengan Asya kerap kali terjadi kesalahpahaman. Asya mengkhawatirkan Aska...