Author POVSetelah rangkaian minggu pertama yang masih sering tidak belajar lebih sering ngobrol - ngobrol santai, hari ini guru mengumumkan bahwa ada tugas kelompok yang harus mereka kerjakan.
Setiap kelompok akan memiliki topik yang berbeda untuk diteliti dan dipresentasikan di depan kelas. Reva merasa sedikit khawatir karena dia tidak terlalu berpengalaman dalam tugas kali ini.
“Kalian harus memilih kelompok sendiri terserah 4 orang” jelas guru.
Naya langsung menarik Reva ke arah Sheila dan Irene. Reva setuju meskipun sedikit khawatir tentang dinamika kerja kelompok mereka.
Sheila adalah orang yang sangat aktif dan kadang-kadang sulit untuk diajak kompromi, sementara Irene sering terlihat tidak sabar dan cenderung blak-blakan. Naya, di sisi lain, cenderung lebih tenang dan bisa diandalkan.
Sementara itu, Tian dan Azril juga bergabung dengan kelompok lain. Tian, yang dikenal jahil dan sering mengganggu Reva, menawarkan bantuan jika Reva dan kelompoknya membutuhkan, tapi Reva menolak dengan sopan.
“Gak usah yan. Kita udah punya rencana. thank you ya."
diskusi berjalan dengan lancar pada awalnya, meskipun ada beberapa ketegangan ketika Sheila mulai mendominasi diskusi. Irene mengkritik ide-ide Sheila secara terbuka, yang membuat suasana menjadi tegang.
“Gak semua orang harus setuju dengan ide lo sel ” kata Irene dengan nada sinis,
“Tapi kalau lo pikir itu yang terbaik, yaudah.” lanjutnya.
"Eh jangan gitu ren. Kita harus lebih terbuka untuk ide orang lain,”
Naya mencoba meredakan ketegangan.Reva berusaha menengahi dan mencari solusi.
“Mungkin kita bisa coba gabungkan beberapa ide dan liat hasilnya."
Saat mereka terus bekerja, Reva mulai merasa lebih percaya diri dan nyaman dengan kelompoknya.
Mereka memutuskan untuk menggabungkan ide Sheila tentang pemasaran digital dengan ide Irene tentang analisis data, dan Naya membantu merancang presentasinya.
Ketika waktu presentasi tiba, Reva merasa gugup tetapi juga bersemangat. Kelompok mereka tampil dengan baik, dan presentasi mereka mendapat pujian dari guru dan teman-teman sekelas.
.
.
.
.
Di kantin, setelah hari yang panjang, Reva, Sheila, Irene, dan Naya duduk bareng sambil makan dan ngobrol. Tian dan Azril bergabung di meja mereka.“Gila, hari ini bener-bener capek,” kata Sheila sambil mengambil sepotong gorengan.
“Gue butuh istirahat.”
“Iya, gue setuju,” balas Reva sambil nyeruput minuman.
“Tapi ngobrol kayak gini enak juga setelah hari yang hectic.”
Irene menambahkan potongan kue ke piringnya.
“Sama, meskipun ada beberapa drama hari ini.”
Tian, dengan ekspresi jahilnya, langsung menyela.
“Eh, sel, lo tau gak kenapa gorengan ini bisa jadi makanan favorit gue?”
Sheila melirik Tian dengan bingung. “Apasih sokab deh lo?”
"kenapa emang?"
Tian nyengir lebar.
“Soalnya gorengan itu, kayak hidup kita.... kadang crispy di luar, tapi kalau isinya gak sesuai, rasanya jadi kurang enak!”
Sheila langsung mengerutkan dahi. “Dih, apa sih gajelas lo”
Tian terus bercanda. Mereka tertawa karena sedari tadi Tian selalu menggoda Sheila.
Azril, yang duduk disebelah Reva tiba tiba bersuara.
“Eh, Rev, gue denger dari Tian, lo dulu sering juara kompetisi bulu tangkis, bener gak?”
Reva terlihat sedikit terkejut dengan pertanyaan itu, tapi kemudian tersenyum bangga.
“Iya, gue memang pernah beberapa kali juara. Tapi sekarang udah mager setelah kakak gue mutusin buat ga lanjut lagi."
“yah sayang banget bakat lo rev.”
Tian, yang mendengar itu, langsung menimpali.
" gimana kakak dia ga berhenti, patah gitu tangannya, ngeri gue liat dulu""Lagian nih anak kata mama gue kalo latian dari pagi ampe sore, sore ketemu malem"
"Buset serius rev?" kaget Irene yang daritadi juga ikut mendengarkan
"Ya kan gue dulu atlet pas kecil." timpal Reva
Percakapan terus berlanjut sampai bel masuk berbunyi. Melanjutkan sisa jam pelajaran hari itu.
TBC.
KAMU SEDANG MEMBACA
best friend (?)
Fanfictionバストフレンド Disclaimer : 100% FIKSI 😌 (BxG) Gender bender starting by : Muhammad Azril Adiyeksa Aresha Reva Kaeswara