2. Gagal

150 18 4
                                    

Hari pertama Shunxi masuk SMA, menjadi hari tersibuk bagi Lilian dan Difei, mereka terpaksa libur kerja demi mengantar anaknya ke sekolah pertamanya, untung hanya sekolah khusus laki-laki jadi menurut mereka Shunxi tidak akan berpacaran.

"Ayah aku malu," ucap Shunxi saat tiba di sekolah.

Kedua orangtuanya mengantarnya, ya itu tidak malu tapi masalahnya ... Ayahnya memakaikan dia helm, perban tebal dilutut kepala dan sikut katanya agar tidak luka, perutnya juga dipakaikan plester ukuran XXXl ya plester itu biasa digunakan setelah operasi untuk menutup luka operasi tapi masalahnya Shunxi kan tidak kenapa-kenapa katanya supaya tidak ada yang melukai perutnya.

"Hush, malu apanya yang penting kau tidak terluka, bagaimana kalau kau jatuh pendarahan diotak, kejang, lalu mati? Bagaimana hah?" ucap Pria bernama lengkap Li Lian Hua itu. Pikiran pria itu terlalu berlebih-lebihan.

"Pa," rengek Shunxi melirik papanya.

DiFei melipat tangannya sembari memperhatikan sesuatu diatas atap sekolah.

"Turuti saja, papa sudah jelaskan semuanya pada gurumu, semua akan menjagamu, tidak akan ada yang membullymu, soalnya papa sudah ..." Difei menggantung perkataannya.

Shunxi curiga, ia pun melihat papanya menunjuk ke atap sekolah yang terdapat poster besar yang sedang di pasang.

"Ta-da,"

Shunxi menganga.

"Lebih malu mana hah?" Lian Hua tertawa meledek anaknya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Lebih malu mana hah?" Lian Hua tertawa meledek anaknya.

Shunxi masih melotot, kedua mata besarnya itu masih tidak berkedip, ia tidak menyangka kalau keluarganya benar-benar segila ini. Poster yang terdapat fotonya kemudian seperti papan pengumuman agar tidak membullynya.

Mereka pun akhirnya mencari kelas Shunxi, Shunxi cukup malu jadi pusat perhatian. Dia seperti anak SD apalagi bawaan tasnya paling banyak bukan tas isi buku doang.

"Banyak-banyak minum air putih supaya tidak mengantuk ya," ucap sang ayah didepan kelas kemudian menyerahkan tas belajar Shunxi.

"Ini camilanmu, makan yang banyak jangan makan temanmu," kini papanya memberikan dia tas yang berisi camilan. Papanya lalu memberikan Shunxi 1 kardus air mineral.

"Biar ayah yang memilihkan bangkumu." Lianhua masuk ke dalam kelasnya, dia memilihkan Shunxi bangku paling belakang karena dirasa tempat itu cukup tenang. Setelah mengantar anaknya masuk kelas mereka harus pergi.

"Hati-hati ya sayang," ucap Lianhua mengecup kening turun ke hidung lalu kedua pipinya. Sang papa hanya tersenyum kemudian menarik kedua pipi Shunxi.

"Iywa iywa," ucap Shunxi.

Semua orang yang ada di sana tidak bisa berkata-kata, mereka tidak berkedip memperhatikan interaksi itu.

"Anak baru itu diperlakukan seperti bayi oleh ayah dan pamannya," bisik mereka iri.

[Bl] Tian Chen Zuo Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang