bab 1

127 2 0
                                    

"Alana! Keluar dari sini. Jangan biarkan orang-orang itu menangkapmu!" teriak seorang wanita yang tengah tergeletak dengan berlumuran darah.

Dia adalah nyonya Marlina, ibu Alana.

Gadis itu tampak bingung, air mata terus mengalir di pipinya. Dia adalah Queen Alana, 20 tahun, putri tunggal dari tuan Swiss dan nyonya Marlina.

Saat dia kembali dari luar negeri, ia mendapati keluarganya di bantai habis oleh para musuhnya.

"Ternyata putrimu sangat cantik, tuan Swiss," ucap salah satu orang yang yang berdiri mengelilingi Alana

Alana mencoba kabur, tapi sayangnya orang-orang itu lebih cepat menangkapnya. Alana di ikat tangan dan kakinya. Mulut dan matanya tertutup oleh kain hitam.

"Kau akan menjadi pelayan disini!" teriak seorang pria yang duduk di sebuah kursi mewah

Dia adalah tuan Brody, musuh dari sang ayah yang telah menghabisi keluarganya.

Alana hanya terduduk lemas dengan air mata terus mengalir. Dia tidak menyangka di hari ulang tahunnya hal tragis ini akan terjadi.

"Bawa dia ke ruang tahanan! Setelah dia berhenti menangis, ajari dia bagaimana menjadi pelayan disini!" teriak Brody memberi perintah kepada dua kacungnya.

Kedua kacung itu menyeret Alana melewati sebuah lorong gelap. Di sana terlihat banyak gadis yang juga menjadi tawanannya. Bahkan, banyak gadis yang di jadikan pelacur di tempat itu.

"Tu... Tuan... Tolong, lepaskan saya," pinta Alana dengan diiringi isakan tangis

Tanpa memberi Alana jawaban, kedua orang itu mendorong Alana ke sebuah ruangan, lebih tepatnya sebuah penjara.

"Tolong...! Keluarkan saya!" Alana berteriak sekencang-kencangnya. Namun, bukan sambutan baik yang ia terima. Sebaliknya, gadis lain yang berada di tempat itu, merasa muak melihatnya.

"Jangan berisik, bodoh!" cerca gadis lain yang ada di sebelah Alana

Meskipun gadis-gadis itu di tempat yang sama, tapi mereka terhalang oleh dinding besi.

****

"Pakai baju itu, lalu layani tuan muda kami!"

Seorang pelayan wanita melempar baju pelayan ke arah Alana. Alana hanya menatap baju itu, tidak berniat memakainya.

"Cepat pakai! Apa kamu tuli?" bentaknya

"Bi, bisakah saya berganti di ruangan yang tertutup?" tanya Alana, sambil menatap sekeliling

Tempat itu hanya terhalang oleh sel besi, tanpa ada ruangan tertutupnya. Bahkan jika salah satu kacung sedang bercinta dengan gadis tawanan, gadis lain akan melihatnya dengan mata telanjang.

"Jangan banyak permintaan! Cepat pakai!" bentaknya lagi

Alana hanya bisa menuruti wanita itu. Dengan perasaan yang malu, ia mulai membuka bajunya. Terlihat kulit yang putih mulus.

"Ikuti aku!" perintah wanita itu setelah membuka gembok

Alana berjalan keluar dengan tangan menyilang di tubuh. Dia merasa tidak nyaman dengan pakaian yang sedang ia kenakan. Bagaimana tidak? Pakaian itu hanya menutupi bagian-bagian tertentu di tubuhnya.

"Tuan muda, saya telah membawa gadis itu," ucap wanita itu, berubah menjadi lebih sopan

Pintu terbuka, tampak empat pria di dalam ruangan itu. Mereka adalah putra dari tuan Brody. Gerald Kingsley 32 tahun, Nathaniel Kingsley 30 tahun, Theodore Kingsley 27 tahun, dan Lucian Kingsley 25 tahun.

"Siapa namamu?" tanya Gerald dingin

Alana menunduk, tidak berani menatap mereka.

"A, Alana, tuan," jawabnya pelan

"Kemarilah, Alana!" perintah Theo sambil menepuk meja di sebelahnya

Alana masih terpaku di tempat, tidak berani mendekat. Namun saat tepukan meja semakin keras ia tersentak.

"Kemarilah!" teriak Theo kasar

Alana melangkah dengan pelan, berharap tidak membuat para tuan muda itu marah.

"Kau tau, apa tugasmu?" tanya Nathaniel sambil mengangkat dagu Alana

Alana menatap pria tampan di hadapannya, lalu menggeleng pelan.

Lucian berjalan perlahan mengitari tubuh Alana, lalu berhenti tepat di belakangnya.

"Kau harus melayani kami, Alana!" bisik lucian. Jari-jarinya memainkan rambut Alana yang terurai berwarna coklat.

Suara tawa menggema setelahnya, membuat Alana semakin kebingungan.

Ingin sekali Alana menjauh dari semua pria itu, tapi dia seperti terhimpit di tengah-tengah.

"A, apa yang harus Alana lakukan, tuan?" tanya Alana setelah mengumpulkan semua keberaniannya

Ke empat pria itu menatap Alana dengan tajam. Matanya menyusuri setiap inci tubuhnya. Setelah beberapa saat, senyuman licik merekah di bibir mereka.

"Kau harus melayani kami secara bergantian," bisik Lucas sambil menunjuk ke arah ranjang

Alana mundur selangkah, matanya membulat saking terkejutnya. Wajahnya menunjukkan ketakutan yang hebat, apalagi saat salah satu tangan pria itu mulai membelainya.

"Jangan, tuan. Tolong jangan lakukan itu," pinta Alana. Air matanya kembali berjatuhan

"Ck, membosankan!" decak Theo

Gerald beranjak pergi di ikuti oleh Nathaniel dan ke dua pria lainnya.

"Bersihkan saja kamar kami, di lantai 3," ucap Nathaniel sambil menunjuk ke atas

Lalu Lucas melempar beberapa kunci kepada Alana.

"Kau cari sendiri yang mana kamar kami. Disana sudah ada tandanya," sautnya lali pergi

Alana masih terdiam dengan isakan tangis. Namun dia bersyukur, meskipun hanya sebagai pelayan tapi dia tetap di perlakukan selayaknya manusia.

Saat Alana bergegas mencari kamar-kamar itu, tiba-tiba pintu yang tadi telah tertutup terbuka lagi, membuat Alana terkejut bukan main.

"Oh, aku lupa memberitahu mu. Ini kamarmu... Dan akan menjadi kamar kita semua," ucap Theo, lalu suara tawa kembali menggelegar

Perasaan Alana seperti rollercoaster, sesaat di buat tenang, dan sesaat lagi di buat ketakutan.

****

Alana naik ke lantai 3 dengan menaiki anak tangga satu persatu. Meskipun ada lift, tapi Alana yang hanya seorang pelayan di larang menggunakan fasilitas tersebut.

"Ma, pa, kenapa kalian cepat sekali meninggalkan Alana?" Isak tangis Alana kembali berderai.

Setelah menemukan kamar-kamar para tuan muda, Alana segera bergegas membersihkannya. Meskipun dia belum pernah melakukan pekerjaan kasar itu, tapi Alana berusaha sekuat tenaga agar tidak mengacaukannya.

Kamar ke empat tuan muda itu tidak berbeda jauh. Hanya ada beberapa barang yang tertata rapi. Tapi satu hal yang membuat Alana terkejut bukan main. Di setiap kamar tersebut memiliki beberapa alat yang menurut Alana sangat aneh.

"Apakah para tuan muda ini masokis?" gumam Alana saat melihat sebuah sex toys di setiap kamar. Alana bergidik jijik melihatnya.








Takdir Queen Alana (21+)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang