bab 2

87 2 0
                                    

'klik'

Suara pintu yang tiba-tiba terbuka membuat Alana yang tengah terlelap segera bangun.

Seorang pelayan wanita datang membawa setumpuk baju untuk Alana.

"Ini baju-bajumu saat bekerja. Setiap hari satu baju!" ucap wanita itu ketus, lalu melempar baju-baju itu ke arah Alana

Alana memandangi baju-baju itu, seketika ia mengernyitkan dahinya.

"Kenapa, baju-baju ini sangat aneh?" tanya Alana pelan

Wanita itu menatap Alana dengan tatapan kesal. Selain karena wajah Alana yang sangat cantik, juga karena Alana yang terpilih menjadi pelayan ke empat tuan muda sekaligus.

"Tinggal pakai saja, kenapa banyak protes?!" decaknya kesal

'Bukankah ini sama seperti baju pelacur?' pikir Alana dalam hati sambil menenteng salah satu baju itu

Namun, meskipun dia enggan, tapi tetap saja harus memakainya.

Baju itu sangat pas di badan Alana, seolah-olah orang yang membeli itu telah mengukurnya. Di tambah lagi payudara yang besar dan berisi menambahkan daya tarik tersendiri.

'klik'

Suara pintu terbuka lagi. Alana segera berbalik menatap siapa yang datang. Kali ini ke empat pria itu lagi yang muncul.

"Waw, tidak salah kami memilihkan baju-baju itu untukmu," gumam Lucas

Alana gelagapan, segera menutup tubuhnya dengan kedua tangannya.

"Tu, tuan..." sapa Alana dengan gelagapan

Ke empat pria itu semakin mendekat, menatap Alana dari ujung kaki hingga ujung rambut.

"Alana, sudah saatnya..." ucap Gerald sambil menyeringai

Alana mundur beberapa langkah. Jantungnya berdetak dengan cepat.

"Apa maksud anda?" tanya Alana gugup

Tanpa aba-aba, Gerald mendorong tubuh Alana hingga terbaring di ranjang. Sementara ketiga lainnya mengambil sex toys dari dalam lemari.

Alana semakin ketakutan. Tubuhnya bergetar hebat saat ke empat pria itu semakin dekat dengannya.

"Jangan, tuan..." Alana memohon kepada mereka, namun di abaikan

"Bermain sendiri, atau kami yang memainkan?" Tanya Nathaniel sambil memegang sebuah alat bernama vibrator

Alana kebingungan sekaligus takut. Jujur saja, dia belum pernah mengenal hal-hal seperti itu.

"Apa, maksud anda, tuan? Saya, tidak mengerti," tanya Alana dengan polosnya

Lalu sebuah layar yang besar muncul di sisi dinding memperlihat adegan seorang wanita yang sedang masturbasi.

Seketika wajah Alana memerah, reflek kedua tangannya menutupi wajahnya.

Meskipun matanya tertutup, tapi suara desahan dari layar tersebut terdengar sangat nyaring.

"Alana, buka matamu! Kau harus belajar!" perintah Theo

Namun Alana menggeleng dengan kencang menolak permintaan mereka.

"Tidak, tuan! Saya terlalu malu untuk melihat hal seperti itu," seru Alana

Dengan cepat Theo menarik kedua tangan Alana, memaksanya untuk menatap ke layar.

"Belajarlah Alana! Kami ingin kau melakukan hal yang sama dengan yang ada di layar." ucap Gerald

Alana tidak menyangka jika ke empat bersaudara itu memiliki hobi yang sama. Mereka semua sama-sama mesum dan juga masokis.

Beberapa adegan telah di putar. Alana hanya bisa menelan salivanya saat melihat hal yang baru baginya.

Tidak berhenti disitu. Mereka juga memperlihatkan adegan dewasa antara laki-laki dan perempuan.

"Cukup, tuan. Alana mohon," Alana terus memohon, namun terus juga di abaikan

"Kau harus belajar Alana. Kau harus belajar bagaimana menyenangkan lawan bermainmu." seru Nathaniel

Alana menggeliat, entah, rasanya ada yang aneh dalam dirinya. Wajahnya semakin merona.

"Lakukan, Alana! Lakukan semua yang yang kau lihat. Setelah kau mahir menyenangkan dirimu sendiri, kau akan menyenangkan kami ber empat." kata Lucas

Alana sontak terkejut, matanya terbuka lebar. 'Apa? Melayani mereka? Ber empat? Apa mereka gila?' pikir Alana dalam hati

Alana masih terdiam terpaku. Sampai akhirnya sebuah tembakan terdengar sangat memekakan telinga. Alana tersentak seketika.

"Jika kau tidak segera melakukannya, mungkin peluru berikutnya akan menembus otakmu!" ucap Gerald pelan, namun sarat dengan ancaman

Alana gemetar, tubuhnya menggigil ketakutan. Air mata mulai membasahi pipinya. Tapi, kini mereka tidak lagi merasa iba. Dengan tarikan kasar, Gerald merobek baju yang Alana kenakan.

"Tubuhmu, sangat indah," ucap Gerald. Ia mendekatkan wajahnya ke tubuh Alana, mencium aroma tubuhnya yang khas.

Alana semakin menggigil. Tangannya ia silangkan menutupi dadanya yang hanya berbalut bra.

Namun, Nathaniel dan Theo segera beraksi. Ia menyingkirkan tangan Alana dengan paksa. Menahannya agar tidak menghalangi pandangan mereka.

Gerald perlahan mulai membelai tubuh Alana, hingga tanpa sadar kancing bra telah terbuka.

Kini tubuh atas Alana tidak tertutup apapun, menampilkan payudara yang terlihat besar dan padat berisi.

"Apakah belum ada yang menyentuh di sini, Alana?" ucap Gerald sambil meremas bukit kembar tersebut

"Ahhh..."

Satu desahan lolos, keluar dari mulut Alana.

"Bahkan, suaramu sangat indah," ujar Lucas

Gerald tetap memainkan bukit ranum tersebut, membelainya dengan lembut.

"Cu, cukupp, tuan.... hmm," racau Alana

Takdir Queen Alana (21+)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang