Prolog

32 4 0
                                    

“Lo yakin, Lunetta?" tanya seorang remaja lelaki dengan nada yang kebingungan. Dengan fokus dan cekatan, tangan kirinya kini telah bersiap mengatur posisi kamera ponsel itu dan mengarahkan pusat lensanya ke arah seorang perempuan yang kini telah berada di hadapannya.

“Yakin, Fan. Lakuin aja permintaan gue," jawab remaja perempuan itu dengan santainya. Semilir angin sore itu kini perlahan menerbangkan rambut coklat miliknya yang panjang terurai. Netra hitam gadis itu menyipit sedikit, memberikan isyarat bahwasannya ia siap untuk melanjutkan rencananya.

Sore kala itu, memang terasa lebih sejuk dari biasanya. Deru angin yang berhembus tipis itu kini telah menyapa kedua insan yang tengah duduk bersama di atas bukit yang sepi, tanpa ada kebisingan sedikit pun. Dua insan yang tengah sibuk dengan kegiatan merekam sebuah video.

Bukit yang mereka jadikan latar belakang itu memang indah. Sangatlah indah. Burung dan kupu-kupu yang berterbangan, berpadu dengan tanaman yang asri. Tanah yang menjadi pijakan kaki mereka juga berlapiskan hamparan rumput hijau yang beriring dengan hiasan langit sore berwarna jingga keemasan. Sungguh sore pemandangan yang sangat  menawan.

“Siap, Netta? Camera, Rolling, Go!"

"Halo guys, ini Lunetta Cahaya Arabella. Ini merupakan video terakhir dari akun tiktok Suka-suka Cahaya. Dan Video ini, akan aku persembahkan untuk seseorang. Seseorang yang sangat berarti buatku. Seseorang yang mungkin udah jadi bagian dari hidup aku dan yang paling spesial. Kalian pasti tahu siapa dia. Dia yang dulu suka marah-marah karena aku videoin dia, tanpa izin. Dan aku juga pasti bakal kangen sama kalian semua. Kalian yang selalu menanggapi positive setiap video yang aku share. Tapi ... Setiap pertemuan, pasti akan ada perpisahannya, 'kan? So, i decided kalau akun tiktok ini bakal aku tutup dan semua videonya akan dihapus. Makasih buat empat tahun yang keren banget!"

Gadis itu kemudian berhenti sejenak, dan menjeda kalimatnya. Menatap ke atas, menikmati pemandangan langit senja yang sangat indah.

"Buat kamu Halilintar Diotama ... Happy valentine's day. Mungkin, ini jadi valentine pertama dan terakhir kita. Maaf, Netta nggak bisa berbuat apa-apa. Ini keputusan yang gak bisa di ganggu gugat. Maaf kalau aku ngecewain kamu karena ini. Maaf juga karna aku gak bisa nemenin kamu yang lagi sakit sekarang. Aku minta maaf. Tapi, aku akan selalu memberi do'a yang terbaik buat kamu. Supaya kamu cepat sembuh. Tolong banget, setelah kamu sembuh nanti jangan jadi cowok yang suka marah-marah. Suka ngambek. Suka sinis. Jutek. Dan.. Ngamukan kayak gledek. Sekali lagi, selamat tinggal semua."

“Fan, fan, matiin!"

Lelaki yang tengah berada dihadapan gadis itu pun hanya dapat tersenyum. Kemudian, ia matikan kamera ponsel tersebut dan kemudian memberikannya pada pemiliknya.

“Makasih karena kamu selalu ada, Taufan!" seru Lunetta dengan nada yang gembira, “Sekarang, kita save video ini di draft Tiktok!"

Lelaki yang ternyata bernama Taufan itu pun hanya tersenyum. “Lunetta?" panggilnya.

“Iya, Fan?"

“Lo kenapa, sih?"

Nevermind."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 26 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Dari Bukit Belakang | BoBoiBoy FanFictionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang