Only If You Say Yes | MarkMin

1.7K 140 16
                                    

Mark Lee bukannya tak kenal dosa sama sekali. Tapi lelaki itu hanya paham cara membatasi diri. Tak mau terjerumus hingga rugikan diri sendiri. Pekerja keras itu nama tengahnya, dan sifatnya yang demikian buat Mamanya diliputi khawatir. Pasalnya sampai usia menginjak tiga puluh tahun masih betah tanpa pasangan.

Jangan tanya sudah berapa kali Mamanya agendakan kencan buta. Ujung-ujungnya cuma jadi teman saja.

Menengguk Martini sembari memikirkan diri sendiri jelas bukan tabiatnya. Bunyi bising musik di club malam yang Mark kunjungi tak ganggu aktifitasnya nikmati minuman dalam genggam.

Mamahnya tak pernah memaksa perihal kencan buta, begitu dapat kabar kalau tak berjalan lancar pun wanita itu tak marahi anaknya. Yang ada di benak wanita itu hanya seperti apa sih selera anaknya?

Yang hari ini buat kepala Mark Lee pening sejadi-jadi.

Mamahnya beri kabar jika ia mengagendakan makan malam bersama  kolega. Mark jelas paham arahnya kemana. Hanya saja ucapan Mamanya terngiang di kepala.

"Yang ini Mama janji terakhir. Mama juga mau minta maaf udah ngatur kencan kaya gini mulu buat kamu. Mama cuma mau kamu nikmatin kehidupan kaya orang biasa, jatuh cinta bukan cuma fokus sama berkas yang ga ada habisnya. Maunya lihat ada yang dampingi kamu jalan sama-sama, biar kalau Mama sama Papa udah ga ada, kita jadi tenang soalnya udah ada yang jaga."

Gatau aja kalau Mark udah mau nangis dengar Mamanya ngomong begitu. Lelaki Lee niatnya hendak pergi ke apartemen adiknya untuk diajak bicara. Nyatanya Heeseung sedang pergi dengan tunangannya.

Maka jangan salahkan Mark Lee jika setir mobilnya berbelok ke arah club malam dan berakhir di atas ranjang dengan lelaki manis yang buat Mark Lee terpesona hingga hilang akal.

Mungkin sebab alkohol, mungkin sebab Mark juga tolol. Sebenarnya bukan cuma Mark yang tolol, sebab si manis yang diajak berbagi kehangatan pun tak beri penolakan.

Malam itu nafsu gantungi kepala. Nggak cuma kepala atas tapi kepala bawah. Ranjang apartemen milik lelaki Lee jadi saksi betapa ia memuji si manis tanpa henti.

"Mau sarapan?"

Bangun di keesokan hari dengan si manis dalam peluknya. Mark Lee singkirkan rambut yang halangi dahi untuk beri kecup tanpa permisi. One night stand tak harusnya begini, tapi Mark Lee itu fakir romansa jadi biarlah ia melakukan hal sesukanya.

"Boleh." Sebab si manis lapar sekali.

Mark Lee utak-atik ponselnya sebentar sebelum menanyakan apa yang ia pesan berkenan si manis makan.

"Kakak ga bisa masak?"

"No, yang ada bisa bakar apartemen kalau aku sentuh dapur."

"Kalau gitu biar aku yang masakin aja."

Mark Lee meringis. Isi kulkasnya kosong melompong, apa yang diharapkan dari isi kulkas orang ga bisa masak kaya dia.

Si manis terkekeh. "Yasudah, aku sarapan sandwich aja kalau gitu."

Mark Lee mengangguk setuju. "Kamu mau mandi dulu?"

"Sekalian pinjam baju apa ngga papa?"

Pasalnya baju si manis Na ketumpahan minuman di club semalam.

"Ngga apa-apa kok." Mark Lee lantas lepaskan dekapannya. Beranjak dengan badan yang masih total telanjang tanpa malu sama sekali. Ambil setelan baju di dalam lemari dengan dalaman yang melengkapi.

"Di kamar mandi ada sikat gigi baru, dalam drawer ya. Handuknya juga di situ." Mark Lee pungut boxernya untuk ia kenakan. Usak ringan surai milik si manis dan biarkan si manis selesaikan urusannya tanpa diganggu Mark sama sekali.

Cemilan Sekali Lahap 🔞Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang