PROLOG
Di sebuah desa kecil yang dikelilingi sawah hijau dan gunung megah, Zhei dan Zavi tumbuh bersama, berbagi tawa dan impian di antara derai hujan dan sinar mentari. Mereka adalah sepupu, sahabat, dan akhirnya, sepasang hati yang terikat oleh takdir. Namun, di balik keindahan cinta mereka, ada batasan yang menghalangi; norma dan tradisi masyarakat yang menganggap cinta mereka sebagai suatu yang tabu.
Saat Zhei menatap ke arah langit malam yang penuh bintang, pikirannya melayang kepada masa kecil yang dipenuhi kenangan. Dia ingat saat Zavi mengajaknya berlari di ladang, saat mereka berbagi rahasia di balik pohon mangga, dan saat perasaan itu perlahan tumbuh menjadi sesuatu yang lebih dalam. Sekarang, perasaan itu tidak bisa diabaikan, tetapi begitu banyak halangan yang menghadang.
Dengan desakan dari keluarga dan bisikan angin yang membawa keraguan, mereka berdua dihadapkan pada pilihan yang sulit: mengikuti kata hati mereka atau tunduk pada norma yang telah ada selama berabad-abad. Di tengah pergolakan emosi dan tekanan, mereka harus menemukan kekuatan untuk mempertahankan cinta yang tulus, atau membiarkannya hancur oleh harapan dan ketakutan.
Ketika malam semakin gelap, Zhei dan Zavi tahu bahwa perjalanan mereka baru saja dimulai. Cinta sejati bukan hanya tentang bersatu, tetapi juga tentang berjuang melawan arus, mencari cara untuk menjadikan impian mereka nyata di tengah dunia yang tidak selalu memahami.
-o0o-
Hari itu, Zhei duduk di meja makan, menikmati sarapan sambil mendengarkan ayahnya membicarakan rencana untuk menghadiri pernikahan tante mereka di Kediri.
"Zhei, bagaimana kalau kamu dan adikmu ikut ke acara pernikahan tante?" tanya ayahnya sambil mengaduk kopinya.
Zhei mengangguk. "Boleh yah! Sudah lama sekali kan aku tidak bertemu keluarga di sana."
"Ayah dan Ibu tidak bisa ikut karena ada acara dinas," lanjutnya. "Jadi, kamu dan adikmu yang akan pergi."
Hari berikutnya, saat matahari mulai bersinar cerah, dia bersiap-siap di rumahnya. Pakaian yang telah dipilihnya terlihat cantik dan rapi. Dia tidak bisa menahan senyuman saat membayangkan suasana ceria di acara tersebut.
Tak lama kemudian, terdengar ketukan di pintu. Zhei membuka pintu dan melihat Zavi berdiri di ambang pintu, tampak ragu-ragu.
Zhei sedikit terkejut karna tenyata Zavi lah yang diutus untuk menjempitnya, "Zavi! Kamu datang untuk menjemputku?" Zhei berkata sambil sedikit tersenyum kikuk.
"Iya, aku diutus untuk menjemputmu dan adikmu. Tante sudah tidak sabar ingin melihat kalian," Zavi menjawab, tetapi ada sedikit canggung dalam suaranya.
Setelah Zhei dan adiknya berpamitan kepada ayah mereka, mereka melangkah menuju mobil Zavi. Saat mereka mulai berjalan, Zhei memperhatikan bahwa rumahnya berada di kota, sementara rumah kakek nenek mereka yang ada di pegunungan semakin dekat.
"Aku rindu suasana di sana," Zhei mengungkapkan, menatap pemandangan luar mobil yang hijau dan asri.
"Iya, suasana pegunungan selalu menyegarkan," Zavi menjawab, tetapi nada bicaranya tetap terasa datar.
Di sepanjang perjalanan, hanya suara Oliver lah yang terdengar dengan sesekali jawaban dari Zavi. Zhei mendengarkan mereka berbicara seolah tersimpan banyak pikiran dan peetanyaan di benaknya.
Akhirnya, saat mereka tiba di rumah kakek nenek mereka, suasana sudah ramai. Zhei dan adiknya melangkah keluar dari mobil, terpesona oleh aroma masakan tradisional yang tercium dari dalam rumah. Zhei merasakan kehangatan dan nostalgia saat melihat anggota keluarga lainnya berkumpul, tetapi di sisi lain, dia menyadari bahwa ada sesuatu yang telah berubah di antara mereka.
Mereka berdua saling bertukar tatapan, tetapi perasaan yang dulu mengikat mereka kini terasa samar. Zhei tahu bahwa meskipun mereka kembali berkumpul, jarak di antara mereka sudah terlanjur terbangun oleh waktu dan pengalaman yang berbeda.
Angin pegunungan sepoi-sepoi membawa aroma khas dedaunan yang tertiup lembut, seolah menyambut kedatangan Zhei dan Zavi. Matahari sore yang mulai tenggelam di balik bukit memancarkan cahaya jingga, memberikan kehangatan di tengah suasana yang canggung di antara mereka.
"Sudah lama sejak aku ke sini terakhir kali," ujar Zhei dengan nada pelan, memecah keheningan. Matanya terpaku pada rumah kakek nenek mereka yang berdiri kokoh di antara pepohonan tinggi. Ada rasa rindu yang berdesir di dadanya, bukan hanya untuk tempat ini, tetapi juga kenangan masa kecil yang kini terasa begitu jauh.
Zavi hanya mengangguk, menghindari tatapan Zhei. Dia tampak lebih dewasa, lebih tenang, tapi ada sesuatu di matanya yang tak bisa Zhei pahami. Keduanya berjalan beriringan, tapi langkah-langkah mereka terasa seperti milik dua orang asing.
Ketika mereka tiba di depan rumah, suara tawa dari dalam rumah terdengar ceria, kontras dengan perasaan yang mereka bawa.
"Kamu baik-baik saja?" tanya Zavi tiba-tiba, suaranya rendah namun jelas.
Zhei berhenti sejenak, mengerutkan kening sebelum menjawab, "Aku baik. Kenapa tanya begitu?"
Zavi menghela napas, menatap lurus ke depan. "Hanya ingin memastikan. Aku tahu kita jarang bertemu ... dan semuanya terasa berbeda sekarang."
Zhei merasakan dadanya sesak mendengar kata-kata itu. Dia tahu maksud Zavi, bukan hanya soal jarak fisik, tapi juga jarak emosional yang terbentang di antara mereka sejak lama.
"Iya, banyak yang berubah," jawab Zhei, suaranya hampir berbisik. "Tapi kita harus terus berjalan, kan?"
Senyum pahit muncul di wajah Zavi sebelum dia membuka pintu dan mengundang Zhei masuk.
Di dalam, orang-orang menyambut mereka dengan kehangatan. Tawa, pelukan, dan ucapan selamat datang terdengar di seluruh ruangan. Tapi di tengah keramaian itu, Zhei merasakan sesuatu yang kosong, sesuatu yang tidak dapat diisi oleh tawa ataupun kegembiraan orang lain.
Malam itu, ketika mereka semua berkumpul di ruang tamu, Zavi dan Zhei duduk di sisi yang berbeda dari ruangan, seperti dua bintang yang pernah berdekatan namun kini terpisah oleh galaksi yang luas. Sesekali, pandangan mereka bertemu, namun segera beralih, seolah ada dinding tak terlihat yang menghalangi.
Dalam hati kecilnya, Zhei tahu bahwa kenangan masa lalu mereka akan selalu ada di sana, tersimpan rapi di sudut hatinya. Namun kini, dengan langkah kecil tapi pasti, mereka berdua harus menerima bahwa masa depan mereka tidak lagi seperti yang mereka bayangkan di masa kecil.
Dan di situlah cerita baru dimulai-bukan tentang kebersamaan, tapi tentang bagaimana mereka menghadapi hidup yang terus berjalan meski cinta yang dulu mengikat mereka perlahan memudar.
-o0o-
-o0o-
KAMU SEDANG MEMBACA
Unraveled Threads [ON GOING]
Teen FictionSeiring waktu berlalu, dunia di sekitar Zhei dan Zavi mulai berubah. Keluarga mereka, yang dulunya saling akrab, kini dipenuhi dengan ekspektasi dan tekanan dari masyarakat. Saat mereka memasuki usia remaja, perasaan yang terpendam antara mereka sem...