⸙͎ 𝓞𝓬𝓽𝓸𝓫𝓮𝓻 ¹𝓼𝓽

72 19 11
                                    


▶• ılıılıılılılıılıılı. 1̸̛̻̐̽͋͛̑̕

.

🪐. Smoking cigarettes on the roof. You look so pretty and I love this view

.

────୨ৎ────

   Mereka bilang, Abyss itu pemalu. Sayangnya, ia dipertemukan dengan wanita kurang ajar yang tak punya malu.

Manik pria itu tampak bergetar, dengan susah payah, ia meremas ujung lembaran LKS yang ia pegang sedari tadi. Menahan rasa malu tiada tara disaat sang dara berada di hadapannya dengan senyuman yang sangat manis bak madu yang terukir di wajah jelitanya.

Terkadang, ia berpikir. Mengapa kawan-kawannya bercakap bahwa wanita ini aneh? nyatanya, ia sangat mempesona di mata Abyss. Sang gadis hanya menjadi dirinya sendiri, tetapi nampaknya orang-orang mempermasalahkannya.

"Abyss kok ngelamun?"

Pria itu terperanjat begitu daun telinganya menangkap suara halus bak sutra milik sang dara. Dengan cepat ia mengangkat kepalanya dengan hati hati, takut bila sang dara tiba tiba menatap mata kirinya.

"Abyss?" panggilnya sekali lagi.

"Abyss katanya mau nemenin aku, kok malah ngelamun?" ujar sang dara dengan tak sabar. Lantas ia meraih pergelangan tangan sang putra dan menggenggamnya.

"Maaf... n—nemenin apa...?" pria tersebut membalas dengan pertanyaan, ia terlarut dalam lamunannya hingga lupa akan wanita dihadapannya.

Terlihat senyuman merekah sang dara luntur secara instan, tergantikan dengan bibirnya yang melengkung ke bawah dan kedua pipinya yang digembungkan secara sengaja.

"Abyss gak asik, ah!"

Sontak pipi pemuda tersebut bersemu, ia tak bermaksud membuat sang dara tersinggung. Ia hanya bingung harus bereaksi apa, pasalnya dokter cinta dirinya—alias Abel, tak ada disini.

Merasa malu, pemuda itu menggunakan lembaran LKS yang ia pegang untuk menutupi wajahnya yang memerah. Memang pada dasarnya, Abyss tak terbiasa berinteraksi dengan wanita.

Lantas kenapa ia bisa mempunyai kekasih? tentunya karena suatu alasan yang tak dapat ia beritahu, intinya, asal muasal hubungan Abyss dengan [name] adalah rahasia, hanya dokter cinta mereka dan Hara >< yang mengetahuinya.

"Kerjain, Abyss. Malah ngelamun."

Abyss terhenyak begitu jemari lentik nan mungil milik sang dara memegang lembaran LKS pemuda tersebut, dan menurunkannya pada permukaan meja kayu. Abyss menatap gadis itu untuk sesaat, memperhatikan raut wajahnya. Rupanya senyumannya sudah kembali.

"Duh... iya... ini mau dikerjain," ujarnya dengan suara yang melemah, ia menyugar helaian surainya yang menutupi mata kirinya.

Pandangan pemuda tersebut jatuh pada deretan soal matriks yang tertera di lembaran LKS tersebut. Abyss menghela nafas, berusaha untuk fokus pada deretan soal tersebut dikala sang dara dihadapannya terus menatapnya tanpa mengedip.

[name] memang sangat usil, untungnya kali ini Abyss tak jatuh pada usilannya. Lagipula ia menerapkan prinsip 'tugas dulu baru kamu.'

"Sebenarnya... yang ditemenin itu kamu atau aku?" tanya Abyss tanpa mengangkat kepalanya sama sekali, satu-satunya cara supaya ia lancar bicara pada sang kasih tanpa gugup ataupun gemetar.

"Mmm... siapa, ya? tugas punyaku udah beres, lagian." Watados sekali dirimu, [name]. Memang kau itu usil sejak kau masih berwujud zigot.

Abyss terdiam untuk beberapa saat, rupanya gadis itu hanya ingin menghabiskan waktu bersamanya tanpa harus berterus terang pada si dokter cinta—Abel.

"Kamu kan bisa bilang mau date."

"Ini kan date, library date." [name] bangkit dari kursinya, lantas ia memajukan badannya, menghadap sang putra yang masih memfokuskan pandangannya pada soal matriks di kertas LKS miliknya.

"Abyss makin ganteng deh kalo pake kacamata," ujar sang dara. Jemarinya terulur, menangkap batang kacamata pemuda tersebut dan melepas benda tersebut dari kepalanya.

Lantas batang kacamata tersebut ia selipkan pada sela kedua telinganya, dan bagian tengah benda tersebut ia tempatkan pada batang hidungnya, menyaksikan hal tersebut, Abyss menghela nafas lelah.

"[nameeee], balikin," rengek Abyss pada sang dara, ia tahu betul jika gadis itu mengusiknya supaya pemuda tersebut tak terfokus pada tugasnya.

"Nanti, mau nyoba."

"Pretty, please...?" DEG. Tubuh sang dara mematung bagaikan tersambar petir, bagaimana ia bisa kembali usil disaat Abyss menggunakan nada memelas itu padanya? Tidakkah ia tahu jikalau [name] sangat lemah akan hal itu?

Pada akhirnya Abyss bangkit dari kursinya, dan berjalan kehadapan sang dara. Ia meraih kacamata miliknya, dan melepasnya dari kepala gadis itu, membuat beberapa helai surainya berjatuhan hingga menutupi pasang netranya.

"Jangan diulang ya, sayang." Jemari sang putra terulur, menyelipkan helai surai tersebut pada sela telinga [name].

"[name]? kok diem?" Lagi lagi suara lembut itu membuat [name] meleleh bagaikan lilin yang terbakar habis oleh sebuah api.

Jantung gadis itu berpacu lebih kencang dari biasanya, sementara darahnya mengalir dengan deras dari ujung kaki ke ujung kepala.

Untuk pertama kalinya sejak mereka pacaran, [name] memerah padam layaknya sebuah tomat hanya karena sentuhan ringan yang diberikan oleh Abyss.

────୨ৎ────

.


Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.

༄˖°. Tᨵׁׅ Bꫀׁׅܻ Cᨵׁׅꪀׁׅtׁׅꪱׁׅꪀׁׅυׁׅꫀׁׅܻժׁׅ݊  .ೃ࿔*:・

ೀ 𝗪𝗲 𝗙𝗲𝗹𝗹 𝗜𝗻 𝗟𝗼𝘃𝗲 𝗜𝗻 𝗢𝗰𝘁𝗼𝗯𝗲𝗿 ⟡ 𝐟𝐭. 𝐀𝐛𝐲𝐬𝐬 𝐑𝐚𝐳𝐨𝐫Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang