Rafi adalah mahasiswa yang biasa saja, tidak terlalu menonjol di kampusnya. Di jurusan teknik, ia berusaha fokus untuk lulus dengan hasil yang baik. Temannya, Wira, adalah satu-satunya orang yang dekat dengannya sejak kuliah dimulai. Meski baru mengenal, kedekatan mereka tumbuh cepat. Sayangnya, kebiasaan Wira yang suka berjudi dan sering meminjam uang mulai meresahkan Rafi. Meskipun awalnya Rafi merasa kasihan dan memberi pinjaman, semakin lama ia sadar bahwa Wira tak pernah benar-benar berniat membayar hutangnya.
Clara, pacar Rafi, adalah segalanya bagi Rafi. Mereka sudah bersama lebih dari setahun, dan hubungan mereka semakin erat. Clara, yang berasal dari keluarga menengah ke atas, adalah gadis yang anggun dan bijak. Berbeda dengan gadis seusianya, Clara tidak terpengaruh tren-tren viral di TikTok, yang justru semakin membuat Rafi jatuh cinta padanya. Ia merasa beruntung memiliki Clara, seorang gadis yang tidak hanya cantik, tapi juga baik hati dan dewasa.
Namun, masalah Wira terus menghantui Rafi. Ketika Wira kembali meminta pinjaman untuk membayar kosnya, Rafi terpaksa menolak. Hutang Wira sudah terlalu banyak, dan kali ini Rafi merasa perlu bersikap tegas. Wira, yang terpaksa keluar dari kosnya, terjebak dalam hujan deras dan badai. Menggunakan sepedanya dengan ugal-ugalan, Wira kehilangan kendali dan menabrak bus merah yang melaju kencang. Sayangnya, nyawa Wira tidak bisa diselamatkan.
Namun, kisah Wira tidak berakhir di situ. Jiwa Wira tidak pergi ke alam baka, melainkan terlempar ke tubuh Clara. Saat Wira menyadari dirinya berada dalam tubuh pacar Rafi, pikirannya dipenuhi dengan rencana licik. Ia mulai memanfaatkan tubuh Clara untuk kesenangan pribadi dan terus melanjutkan kebiasaan buruknya berjudi, bahkan memanfaatkan Rafi untuk uang.
Suatu malam, Clara yang kini dikuasai Wira, menghubungi Rafi.
"Fi... aku kangen banget sama kamu. Ke sini dong, temenin aku malam ini." Suara Clara terdengar lembut di telepon, tapi ada nada yang berbeda dari biasanya.
Rafi yang tidak menyadari ada sesuatu yang salah, langsung menjawab, "Iya, sayang. Aku ke sana sekarang."
Setibanya di kos Clara, Wira yang sudah menguasai tubuh Clara mulai memanipulasi Rafi.
"Fi, kamu nggak kangen aku?" Clara mendekati Rafi dengan tatapan yang berbeda. Sentuhannya terasa lebih berani.
"Eh, Clara... kok kamu beda malam ini?" Rafi merasa ada yang aneh, tapi ia terlalu bucin untuk memprotes.
Dengan senyum nakal, Clara berkata, "Aku cuma mau kamu lebih dekat sama aku. Lagipula... kita sudah lama pacaran, kan?" Wira di dalam tubuh Clara merasa puas melihat bagaimana Rafi mulai tergoda dan tak bisa menolak.
Malam itu, Clara yang dikuasai oleh Wira sengaja mengatur suasana untuk membuat Rafi tak tahan lagi dengan godaan yang terus ia berikan. Mengenakan pakaian yang jauh lebih menggoda dari biasanya, Clara (Wira) menyambut Rafi di kamarnya dengan senyum penuh arti. Setiap gerakan Clara semakin provokatif, membuat Rafi tak mampu berpikir jernih. Ia sudah lama menahan diri, dan malam ini semua pertahanan emosinya runtuh.
"Rafi, aku pengen kamu malam ini," bisik Clara (Wira) dengan nada yang lebih panas dari biasanya. Wira tahu betul cara memanfaatkan tubuh Clara untuk membuat Rafi tergoda. Ia berjalan mendekat, tangannya menyusuri bahu Rafi, dan tanpa banyak basa-basi, Clara langsung mencium Rafi dengan penuh nafsu.
Rafi awalnya ragu, tetapi hasrat yang sudah lama ia pendam memecah kebimbangan itu. Dia merespon cumbuan Clara dengan intensitas yang semakin meningkat. Hawa panas memenuhi ruangan, dan Rafi tak menyadari bahwa di sudut kamar, Wira telah memasang alat perekam video yang tersembunyi, merekam semua momen tersebut tanpa sepengetahuan Rafi.
Setelah beberapa waktu, ketika semuanya sudah selesai dan tubuh Rafi terbaring di samping Clara (Wira), perasaan bersalah mulai menghantui pikirannya. "Apa yang baru saja aku lakukan?" Rafi berbisik dalam hati, menatap langit-langit kamar dengan perasaan kacau.
Namun, sebelum Rafi bisa lebih jauh merenungkan apa yang baru saja terjadi, Clara (Wira) bangkit dari tempat tidur dengan tawa kecil yang terdengar aneh dan menyeramkan. "Kamu tahu, Fi," katanya sambil merapikan rambutnya, "sebenarnya ada sesuatu yang ingin aku kasih tahu kamu."
Clara mendekat, matanya memandang Rafi dengan sinis. "Kamu bodoh banget, Rafi."
Rafi merasa ada yang tidak beres. "Clara... kamu kenapa?"
Clara (Wira) berbicara dengan nada yang tidak lagi seperti Clara. "Ini aku, Wira, bodoh. Aku udah ada di tubuh Clara sejak aku mati."
Rafi terkejut, wajahnya pucat. "Apa... apa yang kamu bilang? Itu nggak mungkin!"
Clara (Wira) tertawa lebih keras. "Kamu nggak percaya? Lihat aja sendiri nanti. Dan, ngomong-ngomong, aku punya rekaman bagus. Semua yang baru saja kita lakukan, sudah terekam dengan jelas."
Wira dalam tubuh Clara kemudian mengeluarkan ponselnya dan memperlihatkan cuplikan rekaman video yang ia ambil. Rafi menatap layar dengan mulut ternganga, tidak percaya apa yang ia lihat.
"Kamu gila, Wira! Kamu nggak bisa ngelakuin ini ke aku!" seru Rafi, suaranya bergetar antara marah dan ketakutan.
Clara (Wira) menyeringai. "Aku bisa, dan aku sudah melakukannya. Kalau kamu nggak mau video ini tersebar, kamu harus bayar aku setiap minggu. Aku butuh uang untuk... hidup nyaman dengan tubuh ini. Oh, dan jangan coba-coba kabur, atau video permainan kita akan tersebar."
Rafi merasa dunianya runtuh. Clara, gadis yang ia cintai, kini dijadikan alat oleh Wira untuk memerasnya. Ia tahu kalau video itu bisa menghancurkan reputasinya, mungkin juga masa depannya. Ia hanya bisa menunduk, pasrah dengan situasi yang ia hadapi.
"Jadi gimana, Fi? Aku tunggu transferannya minggu depan. Jangan telat ya, Sayang." Clara (Wira) memperagakan gaya bicara Clara dan keluar dari kamar, meninggalkan Rafi yang masih terduduk tak berdaya.
Rafi hanya bisa memegang kepalanya, memikirkan kesalahan besar yang baru saja ia perbuat. Hidupnya kini ada di tangan Wira-dalam tubuh pacarnya sendiri.