Cindy terbangun dengan perasaan aneh. Kakinya terasa berat, seolah mengenakan sepatu yang sangat besar dan berat, meskipun dia tidak bisa benar-benar merasakannya. Kepalanya berdenyut nyeri saat dia membuka mata, dan dia terkejut mendapati dirinya duduk di kursi roda. Jantungnya mulai berpacu ketika dia menyadari bahwa kamar ini tampak seperti milik Ahda. Saat itulah dia menyadari sesuatu yang mengejutkan — dia berada dalam tubuh Ahda. Cindy menatap kakinya sendiri, tetapi mereka tidak bergerak.
Cindy menarik napas dalam-dalam, mencoba menenangkan diri. Dia tidak ingat apa yang terjadi semalam, tetapi jelas bahwa mereka telah bertukar tubuh. Saat itulah gagang pintu berputar, dan tubuhnya sendiri masuk, tersenyum lebar. "Oh, akhirnya kamu bangun," kata tubuhnya. "Maaf ya, menukar tubuh kita mungkin agak kasar, tapi aku harus mencoba mantra itu." Tubuh Cindy yang kini dikuasai Ahda mendekat ke pintu dan melirik kaki-kakinya yang ramping. "Lihat tubuhmu. Aku sudah lama memimpikan ini. Setelah sekian lama terjebak di kursi roda karena berat badanku yang luar biasa, akhirnya aku bisa merasakan gerakan bebas lagi. Selama ini, obesitas membuatku kehilangan segalanya. Tapi sekarang, aku punya tubuhmu yang indah."
Rahang Cindy jatuh terbuka. Sulit baginya mempercayai bahwa temannya tega melakukan hal ini. Ketika dia mencoba berbicara, kepalanya mulai berdenyut lebih parah. Cindy berusaha berdiri, tapi kakinya tidak bergerak, dan dia terjatuh ke lantai. Suara langkah cepat terdengar saat tubuhnya yang kini ditempati Ahda menariknya kembali ke kursi roda. "Kembalikan tubuhku," Cindy berhasil berkata dengan suara serak. Tenggorokannya semakin kering. "Kenapa aku?"
"Kenapa kamu?" Ahda berkata dengan nada geli. "Lihatlah tubuh ini! Kenapa aku tidak memilihmu? Lihat hidup yang kamu miliki. Hidup yang sekarang jadi milikku. Aku bisa populer. Aku punya keluarga yang menyayangiku. Dan yang paling penting, aku punya tubuh yang menarik, yang bisa kubuat untuk mendapatkan apa pun yang aku mau. Kamu tidak tahu betapa beruntungnya dirimu, Cindy. Tubuh dan hidupmu ini terlalu sempurna untuk dilewatkan. Aku tahu, dengan mantra yang tepat, akhirnya aku bisa memiliki tubuh yang aku dambakan. Ini cuma soal waktu."
"Itu bukan persahabatan," desis Cindy, yang semakin lemah dari menit ke menit. Tubuhnya semakin terasa mati rasa, dan dia mulai merasa dia mungkin akan terjebak selamanya. "Apa yang akan kamu lakukan sekarang?"
"Santai saja, aku akan mengawasimu," jawab Ahda sambil menyeringai. "Kamu mungkin merasakannya: sakit kepala, sulit bicara, mulut kering... itu semua akibat ramuan yang aku minum sebelum aku mencuri tubuh cantikmu ini. Begitu ramuan itu sepenuhnya bekerja, kamu tidak akan mengingat apa pun yang terjadi, dan aku bisa melakukan apa saja yang aku inginkan dengan tubuh barumu ini."
Cindy menutup matanya, rasa takut perlahan mulai menguasainya. Selama ini, dia percaya bahwa Ahda adalah teman yang setia, tapi sekarang tubuhnya akan digunakan untuk keinginan orang lain. Sebelum ramuan itu benar-benar membuatnya hilang kesadaran, dia mulai mengingat peristiwa yang terjadi sebelumnya. Dia ingat mimpi aneh yang dialaminya malam sebelum Ahda mencuri tubuhnya. Cindy ingat bahwa seharusnya malam itu hanya menjadi acara menginap biasa di rumah Ahda di Surabaya. Namun, tanpa dia sadari, malam itu menjadi awal dari kehancurannya. Dan ketika temannya yang manipulatif tersenyum penuh kemenangan, Cindy bertanya-tanya apakah Ahda memang selalu seperti ini, sebelum pikirannya benar-benar tenggelam dalam kegelapan.
Beberapa hari kemudian
"Dia benar-benar sedang membaca," Rahmad tertawa sambil mencium pipi istrinya. "Kamu ternyata serius." Sambil tersenyum, Sulis mengawasi putrinya dengan cermat dari balkon bersama suaminya. Cindy duduk di halaman belakang, membaca salah satu buku teksnya dengan pandangan yang serius. Sulis memperhatikan bahwa belakangan ini Cindy lebih pendiam dan rajin belajar.
Sulis juga menyadari bahwa Cindy mulai membaca lebih dari sekadar buku teks, tetapi dia tidak pernah mempertanyakan hal itu. Justru, Sulis sangat senang karena putrinya kini serius menghadapi kuliah, terutama dengan ujian tengah semester yang semakin dekat. Tentu, Cindy tidak bermain olahraga sebanyak dulu, dan berat badannya bertambah sedikit. Tapi, dari perspektif jangka panjang, hal-hal itu tidak terlalu penting.
Namun, saat Sulis duduk kembali di kursinya dan menyeruput kopi, dia tidak bisa tidak bertanya-tanya mengapa kepribadian Cindy berubah secara tiba-tiba. Sebelumnya, Cindy selalu keras kepala dan lebih suka aktivitas fisik dibandingkan duduk diam belajar. Dia juga lebih suka berpesta dan bergaul dengan teman-temannya daripada membaca buku. Cindy yang sedang membaca ini benar-benar berbeda dari anak yang dia kenal. Sulis tahu bahwa gaya hidup berpesta tidak akan membantu masa depan Cindy, tapi perubahan drastis ini tetap terasa aneh bagi Sulis dan Rahmad.
Kenyataannya adalah bahwa Cindy bukan lagi Cindy. Dia adalah Ahda, yang kini menjalani kehidupan yang dia impikan dalam tubuh Cindy sementara orang-orang di sekitarnya memuji perubahan "Cindy" yang lebih baik. Ahda, gadis obesitas yang tidak pernah merasa percaya diri karena tubuhnya, kini hidup dalam tubuh yang jauh lebih sehat dan menarik. Ahda tidak peduli dengan hubungan sosial yang dulu Cindy miliki. Fokusnya hanya satu: memaksimalkan kehidupan barunya ini dan memastikan masa depannya yang cerah. Cindy, dengan keluarganya yang kaya dan segala fasilitas yang tersedia, telah memberi Ahda kesempatan emas.
Kebebasan bergerak adalah hal yang paling dirindukan Ahda. Dia menikmati berjalan-jalan dengan tubuh yang ringan, sesuatu yang sebelumnya hanya menjadi mimpi bagi dirinya. Meski Ahda tidak terbiasa menjadi pusat perhatian, dia menikmati setiap momen dalam tubuh baru ini. Tidak ada yang curiga dengan perubahan drastis Cindy, dan Ahda tahu dia bisa melakukan apa pun yang diinginkannya tanpa menimbulkan pertanyaan.
Sulis, yang masih mengawasi putrinya dari jauh, tidak menyadari bahwa anak yang dia lihat bukan lagi Cindy yang sebenarnya. Saat Ahda, dalam tubuh Cindy, melirik ke atas dan melambaikan tangan, Sulis tersenyum dan membalasnya, tidak menyadari kenyataan pahit yang terjadi. Sulis tidak tahu bahwa putri kandungnya sekarang terjebak di suatu tempat, duduk di kursi roda dengan tubuh obesitas Ahda, kehilangan kebebasan dan kehidupannya yang dulu.
Cindy, yang kini terjebak dalam tubuh Ahda, menjadi bayangan dari dirinya yang dulu. Terperangkap dalam tubuh yang besar dan berat, dia ditinggalkan di panti perawatan jangka panjang. Hidupnya, teman-temannya, dan keluarganya akan terus berjalan tanpa menyadari apa yang sebenarnya terjadi. Sementara itu, Ahda akan terus menikmati kehidupan barunya, sementara Cindy tetap terperangkap sebagai korban ambisi temannya.
"Mereka tidak akan pernah tahu kebenarannya," kata "Cindy" yang baru setelah menutup bukunya.