***
Lea baru selesai mengeringkan Tangannya ketika smartphone miliknya yang ia simpan di meja wastafel menyala.
Setelah membuang tisu bekas kedalam tempat sampah, Lea mengambil handphone nya, menggeser layarnya keatas. Sederet pesan muncul.
Papa
Kak, hari ini papa gak bisa jemput.Kamu pulang bareng Shaka ya, papa udah bilang ke dia.
Lea menghela napas panjang begitu selesai membaca pesan yang baru saja Ayahnya kirimkan itu. Tanpa berniat membalas pesan Ayahnya, Lea menyimpan handphonenya kedalam saku roknya dan melangkah keluar.
Langkah kaki Lea tertahan ketika sebuah teriakan lantang menggema menyerukan namanya di sepanjang koridor sekolah. Seorang gadis yang sangat familiar terlihat setengah berlarian kearahnya.
Lea mengerutkan keningnya bingung, "Kenapa?" Tanya Lea ketika Gaby, gadis yang memanggilnya itu sudah berada di hadapannya.
"Ayo ke lapangan." Jawabnya setelah berusaha mengatur napasnya yang masih ngos-ngosan.
"Ngapain?" Tanya lea penasaran.
"Shaka lagi tanding basket!"
Seketika raut wajahnya berubah, jengah. Shaka yang tanding basket ngapain gue yang ke lapangan? Gak penting banget. diakan gak suka basket. "Terus kenapa?"
"Ya kita harus nonton." Jawab gaby cepat, Gaby menarik tangan Lea yang masih kebingungan, langkahnya cepat menuntun Lea menuju lapangan basket indoor.
Belum sampai di lapangan Lea melepaskan genggaman tangan Gaby. "Gak mau." Tolak Lea. "Gue laper, mau ke kantin. Lo nggak liat jam istirahat udah-" Lea berhenti mengomel ketika Gaby menyerahkan kantong plastik berisi sebotol air mineral dan kebab kesukaannya.
"Makanan udah beres kan?" Tanya Gaby melihat ke arah Lea yang tengah berbinar menatap kebabnya. Merasa tak akan mendapat seruan keberatan dari Lea lagi, gabi kembali menarik Lea menuju Lapangan basket indoor. "Ayo!"
"Harus banget ya nonton Shaka tanding basket?"
"Katanya kak Shaka sama kak Kevin lagi battle basket, jadi kita harus liat." Jelas Gaby terlihat bersemangat.
Mendengar itu, Lea langsung menghentikan langkahnya. "Ngapain lagi itu orang?"
"Nggak tau, makanya ayo liat."
"Males ah, gue gak suka nonton basket. gue mau balik kelas aja. Mau makan kebab." Ujar Lea bersiap melangkah pergi menenteng kantong berisi kebab dan minumannya.
"Eits-" Gaby menahan langkah Lea, "lo harus ikut." Kemudian menarik tangan Lea, kembali menyeretnya menuju lapangan basket.
Begitu mereka sampai, disana sudah banyak anak-anak yang tengah berkerumun di sekitar lapangan basket. Kebanyakan adalah anak perempuan.
"Kenapa rame banget?" Tanya Lea heran ketika melihat kerumunan di sekitar lapangan basket.
"Jelas rame lah." Jawab Gaby dengan senyum jumawa miliknya, "lo gak tau kan seberapa populer Shaka di sekolah ini?"
Gaby terus menarik Lea membelah kerumunan untuk mencari tempat di barisan depan yang lebih jelas untuk menonton.
Di tengah lapangan, pertandingan sudah berlangsung. Terlihat Shaka dan Kevin yang tengah bermain basket satu lawan satu.

KAMU SEDANG MEMBACA
The Best Part feels like
RomanceHal terbaik dalam hidupnya adalah, kebebasan. Namun, hampir sepanjang hidupnya Razka selalu berada di sekeliling Lea. Mereka bertetangga dan sudah bersama sejak kecil bahkan sejak masih menjadi embrio mungkin. Razka yang setahun lebih tua dari Lea...