Malam itu, angin dingin berembus pelan, menghempaskan tirai-tirai tipis yang bergoyang di tepian jendela kamar. Dalam remang cahaya bulan yang masuk samar, Cathy duduk diam, memeluk lututnya, sementara pikirannya terjebak dalam labirin perasaan yang tak terjelaskan. Di sisinya, Michie berdiri, memandang keluar jendela dengan tatapan kosong yang tampak jauh, seolah menghindari kenyataan yang ada di antara mereka.
Di dalam hatinya, Cathy tahu bahwa setiap sentuhan Michie adalah paradoks. Ada cinta yang begitu dalam, namun juga ada rasa sakit yang tak mampu dia pahami. Setiap pelukan membawa kehangatan, tapi juga menancapkan duri-duri kecil ke dalam hatinya, perlahan merusak dirinya dari dalam. Michie, sosok yang kuat dan penuh kendali, selalu hadir dengan sikap tenang, namun Cathy bisa merasakan ada tembok besar yang tak pernah bisa ia lewati, bahkan saat berada dalam dekapan Michie yang seolah penuh kasih.
"Kenapa harus begini?" Cathy berbisik di dalam hati, seolah pertanyaan itu melayang di antara mereka, tanpa suara, tanpa harapan akan jawaban. Meski ada cinta, mereka tak pernah benar-benar bersama—ada jarak yang begitu dalam, jarak yang diisi oleh rasa takut, luka, dan ketidakmampuan untuk saling memahami.
Michie tahu, dalam diamnya, bahwa pelukan yang ia berikan adalah pelukan yang tak pernah utuh. Ada terlalu banyak luka di dalam dirinya, luka yang belum pernah sembuh, dan itu menghalangi cintanya untuk sepenuhnya menyentuh Cathy. Dia ingin melindungi Cathy, ingin mencintainya dengan segenap jiwa, tapi di dalam dirinya, ada sisi gelap yang terus menariknya ke bawah, membuat setiap usaha untuk mencintai menjadi usaha yang sia-sia.
Di antara dingin malam itu, di dalam kamar yang hening, Cathy dan Michie terjebak dalam pelukan yang tak lagi bisa mengobati, hanya meninggalkan bekas luka yang semakin dalam. Mungkin cinta mereka tidak akan pernah cukup. Mungkin, dalam pelukan itu, Cathy akan terus terluka—dan Michie akan terus menjadi saksi bisu dari kehancuran yang dia ciptakan tanpa sadar.
Malam yang tenang menjadi saksi bisu dari kebisuan mereka yang menyakitkan. Cathy, yang terjebak dalam perasaan yang tak bisa dijelaskan, merasakan cinta yang seolah indah, namun penuh duri. Pelukan Michie yang seharusnya membawa ketenangan, justru meninggalkan luka-luka yang perlahan merusak dirinya. Sementara itu, Michie, dengan kendalinya yang penuh kekuatan, sadar bahwa dia tak bisa memberikan Cathy cinta yang utuh, karena luka di dalam dirinya sendiri.
Ketidakmampuan mereka untuk menjembatani jarak di antara mereka menciptakan ketegangan yang terus tumbuh. Mereka terjebak dalam hubungan yang penuh cinta namun menyakitkan, di mana pelukan Michie, alih-alih menjadi tempat perlindungan, malah menjadi sumber kehancuran yang tak terhindarkan.
Cathlin Niangtara, adalah sosok yang lembut dan penuh perasaan. Dia mencintai dengan tulus dan selalu berusaha memahami orang-orang di sekitarnya, terutama Michie. Di balik kerapuhannya, Cathy memiliki kekuatan dalam bertahan dan menghadapi luka-luka emosional yang tak terlihat. Dia peka terhadap perasaan orang lain, sering kali mengorbankan kebahagiaannya demi mereka yang dia cintai. Meski begitu, Cathy cenderung memendam perasaannya sendiri, terkadang menutup diri dari konfrontasi yang mungkin dapat menyembuhkan hubungannya. Ketulusan cintanya pada Michie membuatnya terus bertahan, meskipun hatinya sering kali terluka. Dalam cerita, Cathy sering berada di antara cinta dan rasa sakit, dan dilema ini menggambarkan kesetiaan dan kerentanannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Terluka Dalam Pelukanmu, Michie.
FanfictionMichie, seorang lelaki dengan hati yang rapuh dan masa lalu kelam, mencintai Cathy dengan cara yang keras dan penuh kendali. Namun, di balik kendali itu, ada perasaan takut dan ketidakmampuan Michie untuk membuka hatinya sepenuhnya. Michie mengangga...