Chapter 1

27 1 0
                                    

"Kau mengada-ada. Apa yang sedang kau rencanakan?" Suara Maya melengking. Masumi menatap Maya tercengang sekali ini. Sepertinya Maya tidak main-main. Wanita itu bersungguh-sungguh saat mengatakan usianya 16 tahun.

"Jangan mendekat!" Teriak Maya saat melihat Masumi berusaha mendekatinya.

Mizuki mendekati Masumi dan berbisik, "Tuan. Kondisi Nyonya masih belum stabil sebaiknya kita turuti dia dulu." Mizuki melihat tubuh Maya berdiri dengan tidak stabil. Masumi juga melihat itu.

"Mama kenapa marah-marah." Ryuchi menatap Maya juga bingung. Maya melihat Ryuchi sengit. Tapi dia juga merasa tak tega membentak bocah itu.

"Singkirkan dia Hayami-san." Maya bukan tak suka anak kecil. Dia sangat menyukai bocah. Tapi berhubung Ryuchi memanggilnya Mama, Maya merasa merinding. Oleh perasaan marah juga perasaan aneh. Merasa tak sangat tak suka dengan panggilan itu.

"Maya, sayang. Tenang du-"

"Berhenti memanggilku sayang!" Maya yang memang masih lemah itu kemudian menggelosoh jatuh.

"Maya!" Mizuki segera bertindak menghampiri Maya. Masumi juga mendekat.

"Pingsan, Tuan." Mizuki mengambil alih Ryuchi kecil sementara Masumi menggendong Maya, meletakkannya lagi di ranjangnya.

"Mama cakit lagi." Ryuchi memandang Maya bingung. Masumi memencet bel untuk memanggil perawat. Menuju meja telpon.

"Istri saya pingsan. Tolong panggil dokter dan perawat."

Dokter beserta seorang perawat masuk ke ruangan Maya.

"Apa yang terjadi, Tuan Masumi?"

Masumi hanya menatap dokter itu bingung.

"Maya, istri saya aneh sekali, dokter. Sepertinya dia kehilangan ingatan."

Dokter itu memandang tak percaya.

"Tuan. Sebaiknya saya pulang untuk mengantar Tuan Muda Ryuchi." Masumi menoleh dan mengangguk.

"Ryu. Ryu pulang dulu, ya. Sama Onty."

"Ryu mau cama Mama, Papa."

"Tapi Mama masih sakit ..." Masumi mencium kening putranya. "Pulang, ya. Sama Onty. Papa janji akan bawa Mama pulang."

Ryuchi akhirnya mengangguk, "Janji ya, Papa." Bocah itu menyodorkan jari kelingkingnya.

"Iya. Janji." Masumi tersenyum.

**

Maya sadar kembali. Matanya melihat Masumi yang melihatnya dengan tersenyum.

"Nyonya. Nyonya apa bisa mendengar saya." Si dokter bertanya.

Maya menoleh. Kemudian dia menutup wajahnya dengan bantal. Menangis.

"Maya, sa ..." Masumi menghentikan ucapannya, "Kenapa kau menangis. Buka wajahnya. Tolong dengarkan dokter."

"Aku tidak suka melihatmu," kata Maya. Dokter dan Masumi saling pandang.

"Kenapa kalian berkomplot. Kenapa dokter ikut-ikut memanggilku Nyonya."

Masumi dan dokter saling pandang.

"Tuan Masumi, sebaiknya Anda keluar dulu." Dokter menyarankan. Dengan berat hati Masumi mengangguk.

"Nyonya Maya ... suami Anda sudah keluar. Bisakah Nyonya membuka wajah Nyonya ...."

"Jangan panggil aku Nyonya. Aku masih kecil. Aku belum menikah. Aku Maya Kitajima." Maya masih menangis.

"Baiklah kalau begitu. Bisakah kita bicara sekarang, Nona Maya ..." Akhirnya Maya menyingkirkan bantal dari wajahnya.

"Jadi berapa umur Nyo- Nona sekarang?"

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Sep 27 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

MagicWhere stories live. Discover now